Malam ini saya membaca berita dari media asing. Ada artikel yang menarik perhatian saya. Artikel itu menceritakan kisah tentang seorang mahasiswa pasca-sarjana di Universitas Macquarie di Sydney - Australia yang berencana melakukan bulan madu di Indonesia. Sayangnya rencana itu harus gagal total karena dia dicekal masuk dan segera dideportasi dari Indonesia.Â
Kabarnya selain berencana berbulan madu dia juga berencana menghadiri festival budaya di Baliem Papua. Otoritas berwenang menerapkan kebijakan dan pembatasan sangat ketat bagi wartawan asing dan diplomat untuk masuk ke wilayah Papua.
Lopez berkisah tentang para petugas imigrasi yang ingin mengetahui apakah ia seorang wartawan dan berulangkali menanyakan apakah ia telah melakukan sesuatu yang buruk terhadap Indonesia? Tentu saja Lopez membantah hal tersebut dan berujar dia hanya ingin liburan, bulan madu serta mengujungi temannya di Indonesia. Lopez dikabarkan baru saja melangsungkan pernikahan dengan Sebastien Leveque. Kemesraan mereka dapat dilihat dalam foto dibawah.
Kabarnya sepuluh tahun lalu Lopez pernah menjadi editor surat kabar berbahasa Inggris di Jakarta, membuat podcast untuk radio pemerintah Australia. Dia mengaku kini hanya mahasiswa biasa yang ingin berlibur di Bali dan beberapa wilayah di Indonesia.
Lopez juga mengatakan perpanjangan visa-nya dua tahun lalu di Papua telah ditolak karena petugas imigrasi menduga ia seorang wartawan. Menurut Lopez, ketika itu ia tidak diijinkan memasuki wilayah Indonesia lagi selama enam bulan.
Dilansir dari kanal berita VOA, pihak Militer Indonesia telah memasukkan Belinda Lopez ke dalam daftar hitam pemerintah sebagai "covert journalist". Hal itu diungkapkan oleh kepala kantor Imigrasi di bandara Ngurah Rai di Bali, Amran Aris. Beliau mengatakan tidak dapat memberikan rincian lebih dalam karena ini rahasia negara.
Saya jadi bertanya dalam hati, apa yang dilakukan seorang wartawan perempuan itu hingga membahayakan kedaulatan negara kita? Bukankah saat ini Papua sedang dibangun infrastrukturnya? Â Jalan dibangun hingga membelah gunung, pasar dan bandara juga dibangun jadi lebih megah dan elok. Bukankah saat ini ada standarisasi harga BBM satu harga di sana? Lantas apa yang perlu disembunyikan dari Papua?
Jika ada celah ketidakberesan di Papua, mengapa oposisi pemerintah tidak mengubahnya menjadi senjata untuk serangan politik kepada pemerintah? Bukankah saat ini saatnya pendaftaran capres cawapres dan tahun depan adalah tahun politik akbar? Mengapa partai oposisi seolah sibuk menyerang Jokowi dari potongan pidato Jokowi tentang "berantem"?
Tanpa adanya investigasi mendalam dan kemampuan intelijen tentu pertanyaan diatas tidak akan terjawab. Namun apapun fakta dibalik semua ini, saya sebagai netizen berharap NKRI tetap berdaulat dan tidak boleh ada yang mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.