Mohon tunggu...
Y. P.
Y. P. Mohon Tunggu... Sales - #JanganLupaBahagia

Apabila ada hal yang kurang berkenan saya mohon maaf, saya hanya orang biasa yg bisa salah. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesejahteraan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Belajar "Millennial Marketing" dari Jokowi

10 April 2018   22:23 Diperbarui: 11 April 2018   09:00 3526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka memiliki "values" tersendiri yang digunakan untuk menilai dan mengambil keputusan. "Values" tersebut adalah hasil kompilasi dari pencarian mereka di dunia maya dan juga dunia nyata.

Secara komposisi umumya lebih banyak referensi dunia maya. Beberapa dari sumber itu diantaranya adalah media sosial dan media online lainnya. Apapun kata orang-orang disekitarnya, tidak akan banyak mempengaruhi penilaian pribadi milenials.

Hal lain yang juga mempengaruhi adalah experience atau pengalaman. Apa yang mereka rasakan dan mereka alami adalah faktor lain yang melengkapi khasanah "values" mereka dalam menilai produk maupun jasa. Jadi dalam beriklan atau menawarkan produk dan jasa, ajaklah milenials untuk merasakan terlebih dahulu produk atau jasa anda.

Setelah mereka menyadari kelebihan produk anda, barulah anda bercerita tentang kelebihan produk dan jasa yang anda tawarkan. Jangan terbalik ya, iklan di TV gencar tapi kenyataan di lapangan tidak sesuai. Bisa-bisa hanya laris diawal saja, setelahnya produk dan jasa anda tidak lagi digunakan oleh milenials.

Efek Multiplikasi

Apapun yang baik dan buruk yang dirasakan milenials akan disebarkan lebih cepat dari "getok tular"nya generasi pendahulu. Misalnya ada sebuah film yang begitu mengena dihati, milenial akan menyebarkan pengalamannya itu dalam berbagai bentuk sesuai minat mereka. Ada yang membuat vlog meniru adegan film tersebut. Ada yang membuat komik plesetan atau membuat meme. Ada yang membuat artikel dan menulisnya di blog.

Sebenarnya dari sini kita bisa belajar bahwa dalam menjual yang dikejar pertama bukan menyiapkan buzzer, melainkan pengalaman yang unik dan baik dulu. Kalau anda perhatikan, ada film yang diviralkan oleh buzzer dengan sangat baik, namun tidak laris manis. 

Ada film yang awalnya tidak diviralkan oleh buzzer, namun kemudian menjadi viral dan akhirnya buzzer pun membuatnya semakin viral. Ada kebanggaan dan kesenangan tersendiri ketika milenial menyebarkan sesuatu disosial media mereka. Semakin eksis, semakin populer, bisa berinteraksi dengan jejaring bahkan bisa menghasilkan uang.

Jangan pula memakai strategi menggunakan sales force yang "agak maksa" dalam menjual produk kepada milenials. Prestasi yang diraih tidak akan bertahan lama jika yang dihadapi adalah milenials. Ingat bahwa milenials hidup bebas tanpa tekanan dan sangat tidak suka untuk dipaksa-paksa. Apalagi "dirayu paksa" oleh tenaga penjual untuk memakai suatu produk. Bisa-bisa jatuh citra perusahaan gara-gara hal tesebut.

Oleh karena itu, perbaiki produk dan jasa anda. Berikan experience terbaik bagi pengguna produk dan jasa. Berikan ruang kepada mereka untuk berpartisipasi lebih dengan membuat mereka semakin eksis karena menyebarkan pengalaman positif menggunakan produk dan jasa anda. Niscaya anda akan berjaya dalam memasarkan produk dan jasa kepada milenials.


Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun