Mohon tunggu...
Johansyah M
Johansyah M Mohon Tunggu... Administrasi - Penjelajah

Aku Pelupa, Maka Aku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sisihkan Waktu untuk Menata Dirimu

10 Juli 2020   14:32 Diperbarui: 10 Juli 2020   14:40 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eksistensi kita dalam panggung kehidupan tidak lepas dari penilaian orang lain. Demikian halnya kita yang senantiasa menilai orang lain. Sebenatnya tanpa tujuan menilai, kita akan memiliki ragam pandangan atas sikap dan tingkah laku orang lain; cara bicara, berpakaian, menyikapi masalah, dan lain-lain. Ada penilaian dalam benak kita, orang ini baik, itu sombong, yang di sana merasa pintar, dan lain-lainnya.

Terkadang, terlalu banyak waktu yang kita gunakan untuk memberi penilaian terhadap objek dan fenomena di luar diri kita. Sementara itu, kita sering lupa untuk membaca diri. Sebaiknya ketika ada peluang untuk bermuhasabah, tafakkur, atau merenung, maksimalkan waktu tersebut untuk membaca dan mengoreksi diri kita.

Allah sudah menyiapkan waktu tersebut, yakni minimal dalam shalat lima waktu. Kalau mau lebih, maka dirikanlah shalat malam, dan shalat-shalat sunat lainnya. Karena shalat digunakan sebagai media muhasabah dan komunikasi langsung, sehingga kita diharapkan bisa serius dan menikmati ibadah ini.

Allah Swt berfirman; 'sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan yang hak selain Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku' (QS. Thaha: 14). Ketika kita menghadap Allah Swt dengan menyerahkan diri secara totalitas, maka hal penting yang harus kita lakukan mengakui kesalahan dan dosa sebagi hamba-Nya yang lemah. Pengakuan dosa ini kemudian diringin dengan permohonan ampunan kepada-Nya. Ketika itu dilakukan secara kontinyu dalam shalat, itu semua dapat menjadikan diri kita untuk fokus pada diri sendiri, bukan sibuk melihat dan menilai orang lain.

Oleh sebab itu, ketika pada waktu-waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh Allah Swt dalam menjalin komunikasi dengan-Nya, berusahalah untuk tidak bergegas menyelesaikan ibadah ini. Cobalah kita nikmati bacaan demi bacaan secara substantif. Merendahlah di hadapan Allah Yang Maha Besar karena kehadiran kita dihadapan-Nya yang penuh noda dan dosa. Usai shalat, kita juga hendaknya menyisihkan waktu untuk bertasbih, tahmid, takbir, serta memanjatkan do'a.

Shalat adalah satu-satunya peluang bagi kita untuk sejenak melupakan hiruk-pikuk dunia, menjinakkan ambisi, dan lebih banyak merenungi kekurangan diri. Mungkin ketika itu benar-benar diresapi, air mata kita akan berlinang sendiri karena ternyata apa yang kita lakukan selama ini masih jauh dari petunjuk-Nya.

Untuk sampai pada tangga-tangga perenungan, memang ada beberapa kondisi, minsalnya ketika dihadapkan pada musibah, mengalami sakit, atau ketika kondisi ekonomi kurang stabil. Lalu apakah kalau seseorang berada dalam kondisi fisik yang nyaman, jarang dan mungkin tidak pernah merenung dan mengevaluasi diri? Biasanya begitu, orang akan lupa melakukan ini. Makanya Allah Swt memerintahkan shalat sebagai media perenungan dan evaluasi diri dalam kondisi apa pun; senang-susah, atau sehat-sakit.

Karena fungsinya yang begitu prinsip, orang yang mendirikan shalat tidak hanya melepaskan kewajibannya. Lebih dari itu, shalat benar-benar dimanfaatkan untuk bengkel atau servis batin yang rusak akibat syahwat dunia dan keinginan-keinginan yang tiada habisnya. Shalat yang hanya menggugurkan kewajiban pasti tidak akan pernah berfungsi  mencegah orangnya dari perbuatan keji dan mungkar.

Dalam sebuah titah-Nya ditegaskan; 'Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan' (QS. al-Ankabut: 45).

Salah satu kemunkaran yang harus kita hindari adalah sibuk melihat kelemahan dan kekurangan orang lain. Untuk itu, dalam shalat kita sejatinya berdo'a agar dilindungi dari sikap dan perilaku buruk ini. Mohonlah bimbingan-Nya agar kita senantiasa lebih sibuk dengan penilaian terhadap diri sendiri, bukan sebaliknya sibuk dengan melihat kekurangan orang lain.

Untuk itu, mari maksimalkan shalat, selain untuk melepas kewajiban, media komunikasi dengan Allah, sekaligus untuk membaca diri. Berapa kebaikan dan keburukan yang kita lakukan. Kalau ternyata lebih banyak kebaikan, teruslah tingkatkan. Kalau kemudian sebaliknya, maka mohonlah bimbingan dan petunjuk Allah agar shalat dapat mempengaruhi perilaku kita untuk lebih meningkatkan semangat diri untuk berbuat baik. Semoga bermanfaat. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun