Judul uraian ini bisa dikata saya copy paste dari sebuah judul film yang diiklankan di sebuah televisi swasta; Ada apa dengan cinta. Terus terang tidak pernah nonton, tapi saya telusuri sinopsisnya, ternyata film ini bercerita tentang kisah percintaan di masa SMA karya Rudi Soedjarwo dengan pemeran utamanya Nicholas Saputra dan Dian Sastrowadoyo.
Kalau hanya membaca judulnya saja memang; pertama, kita akan teringat film ini. Kedua, akan membawa imajinasi kita berselancar pada kenangan masa-masa waktu di SMA. Dan ketiga, adanya bayangan akan hubungan asmara antar dua sejoli dengan kisah cintanya yang beragam. Bahkan perfileman dan sinetron Indonesia termasuk banyak mengangkat kisah-kisah percintaan serupa. Minsalnya Cinta Segi Tiga, Nikah Yuk, Temen Kondangan, Akhir Kisah Cinta Si Doel, dan lain-lainnya.
Film seperti ini memang digandrungi, tidak saja remaja, tapi juga orang tua. Apalagi yang kisahnya mirip dengan apa yang dialami, tambah terlena dia. Dulu saat film Kuch Kuch Hota Hai booming, rata-rata penonton yang perempuan menangis menyaksikannya. Istilah (anak-anak sekarang baper (bawa perasaan).
Saya kembali ke Judul tadi; ada apa dengan cinta? Sesungguhnya menyimpan makna yang sangat luas dan dalam. Potret percintaan yang ditampilkan di atas hanya sebutiran atau hanya sekelumit dari penerjemahan manusia tentang cinta dalam menjalani episode demi episode kehidupan.
Mari coba kita menoleh sebentar ke Al Asma al Husna (Nama-nama Allah yang baik dan mulia). Setelah nama Allah, lalu diikuti dengan ar-rahman dan arrahim. Dalam kamus al-Mu'jam al Mufahras li alfazhil Qur'an, karya Muhammad Fu'ad Abdul Baqy, kata ar-rahman disebutkan sebanyak 57 kali, sedangkan kata ar-rahim sebanyak 95 kali.
Setelah sifat ini baru kemudian diikuti dengan nama-nama yang lainnya. Ar-rahman ar-rahim bermakna satu, tidak terpisah. Kedua kata ini kita dapat artikan dengan kasih sayang, bukan kasih dan sayang. Kasih sayang inilah yang menjadi sifat utama Allah Swt. Kasih sayang ini pulalah yang kemudian melahirkan dan menaungi sifat Allah Swt yang lainnya.
Sebagai contoh sifat al-malik (Yang Menguasai atau Raja Di Raja), bahwa Allah Swt menguasai seluruh aset ciptaan-Nya berdasarkan nilai kasih sayang. Ketika Dia menjadi Penguasa langit dan bumi, Dia menegaskan diri sebagai Tuhan, namun menaungi dan bertanggung jawab penuh atas semua makhluk ciptaa-Nya. Dia menjamin rejeki seluruh makhluk yang diciptakan-Nya. Jadi bukan sekedar mengusai, tapi Allah menaungi semua makhluk ciptaan-Nya.
Bahkan kasih sayang Allah Swt jauh lebih besar dari marah dan murka-Nya. Dia akan membuka pintu maaf dan ampunan kepada orang yang melakukan dosa dan kesalahan lalu melakukan taubat dan berjanji terus memperbaiki diri, karena Allah Swt Maha Pengampun dan Penyayang. Kecuali bagi mereka yang melakukan 'perselingkuhan' tauhid, menyekutukan Allah Swt, maka itu adalah kesalahan fatal dan dosa yang sangat besar.
Ada apa dengan cinta? Tenyata memang harus dengan cintalah kita dapat membangun kepribadian yang kokok. Dengan cinta pula kita dapat meraih beragam kesuksesan; cinta ilmu, cinta materi lalu kita berusaha untuknya, cinta perempuan juga lalu kita berupaya mendapatkannya, tapi tentu dengan modal cinta kepada Allah sehingga cinta yang bernuansa duniawi mendapat sentuhan kasih sayang dan ridha dari Allah Swt.
Ternyata dengan cintalah kita membangun keluarga yang mawaddah wa rahmah. Suami tanpa cinta kasih sayang pada istri dan anak akan berbuat zhalim pada mereka; berlaku kasar, tidak bertanggung jawab, berselingkuh dan sebaginya. Demikian sebaliknya. Anak pun nanti tanpa cinta mungkin akan membiarkan orangtuanya yang sudah lemah tak berdaya, sakit, dan kalau perlu diserahkan ke panti jumpo.
Ternyata modal cinta pula yang dibutuhkan atasan, pejabat, maupun pemimpin agar mereka tulus menjalankan tugasnya dan bertanggung jawab atas bawahan, maupun rakyatnya. Tanpa cinta seorang atasan akan menekan bawahan, seorang pejabat akan mengambil hak orang lain, dan seorang pemimpin akan menyengsarakan rakyatnya serta rela berkhianat.
Hanya dengan cinta pulalah segala persoalan dapat diselesaikan dengan elok. Kenapa antar negara berperang? Karena rasa cinta sesama luntur, lalu mereka mengedepankan gengsi masing-masing. Mengapa sebuah negara berambisi menekan negara lain karena sumber daya alamnya? Karena rasa cinta kemanusiaan mereka telah pudar. Maka setiap persoalan konflik, masalah utamanya adalah krisis rasa cinta terhadap sesama. Dengan sedikit mengutip pernyataan Kanda Dr. Marah Halim dalam sebuah diskusi kecil, kata beliau dunia sekarang kehilangan makna bismillah, lunturnya kasih sayang maka banyak konflik, masalah, dan perang.
Untuk itu, kuatkanlah kasih sayang di hatimu. Cinta itu akan kuat dan abadi ketika iman menaungi hatimu. Namun cinta akan luntur dan menepi ketika hatimu diselimuti nafsu. Cinta berlandas imanlah yang akan membuat orang berkata jujur tidak dusta, amanah tidak khianat, menepati janji bukan menginggakarinya.
Maka di akhir pembahasan ini, mari kita kembali pada ayat pertama surah al fatihah; bismillahirrahmanirrahim (atas nama Allah yang Maha Berkasih-Sayang). Sifat inilah yang sejatinya kita tancap dalam bumi hati kita hingga berakar sehingga lahir sikap dan sifat yang senantiasa nyaman bagi kita, baik bagi orang lain, lingkungan, dan senantiasa bernilai di sisi Allah Swt. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H