Semua masih tetap seperti yang dulu. Kalau kesetiaan terhadap pasangan, cocok kita katakan; 'aku masih seperti yang dulu'. Tapi sebagai alumni ramadhan nanti, kiranya kita malu seperti yang dulu, tapi harus 'bukan seperti yang dulu lagi'. Orang yang berpuasa harus menunjukkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Inilah yang pantas diwaspadai dan disadari oleh orang yang berpuasa. Ketika di siang hari kita berjuang keras mengendalikan semua sifat buruk, termasuk amarah, sejatinya setelah berbuka puasa pun kita tetap mengendalikannya. Tidak mentang-mentang telah tiba waktunya berbuka puasa, lalu kita pun bebas kembali melakukan apapun.Â
Justru terkadang, ujian sesungguhnya itu ketika telah berbuka puasa. Apakah setelah berbuka, lalu kita bebas makan dengan porsi yang berlebih? Lalu perilaku buruk yang sering dilakukan, kemudian bebas kita lakukan? Tentu tidak demikian. Inilah yang kemudian coba dikendalikan.
Dari dimensi waktu, puasa itu kalau ibarat kartu paket bersifat unlimited edition, tidak ada batas waktu dan harus bersifat total. Puasa sepanjang hari? Ya, tidak ada istilah berbuka puasa sebenarnya untuk hal-hal terkait puasa ruhiyah. Memang tidak membatalkan puasa lagi ketika seseorang melakukan seperti cerita di atas.Â
Siang dia menahan diri, malamnya meluapkan rasa marah. Atau siangnya sabar, malamnya seperti tidak sadar (kesurupan), marah-marah, dan lain sebagainya. Tapi sikap seperti ini semua tidak akan pernah menjadi process perfect dalam upaya menjalani tahapan mencapai metamorfosis ruhiyah.
Ini artinya, salah satu modal yang dibutuhkan dalam menjalani metamorforsis ruhiyah adalah keistiqamahan dalam berpuasa secara perilaku. Salah satu titah-Nya ditegaskan;Â 'maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat bersama kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesunggunya Dia Maha Melihat atas apa yang kamu kerjakan'Â (QS. Hud: 112).Â
Dalam sebuah hadits, sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah Saw tentang satu perkataan yang dia tidak akan bertanya kepada seorang pun. Rasulullah Saw pun menegaskan; 'istiqamahlah' (lihat HR. Muslim no 38).
Istiqamah adalah syarat utama mencapai kesuksesan. Maka istiqamah untuk mengendalikan diri secara ruhiyah dalam puasa akan mengantarkan seseorang pada puncak metamorfosis ruhiyah-nya. Saat di siang hari dia menjaga pandangan Di malam harinya juga dia tetap menjaga pandangan dari tontonan yang sia-sia. Begitu juga dengan mulut, tetap dia kunci untuk mengeluarkan kalimat-kalimat yang kotor. Begitu seterusnya.
Seorang yang dikenal disiplin pada sebuah instansi bukanlah disebabkan aturan yang mewajibkannya untuk hadir setiap hari jam 8.00 WIB. Namun ketika tidak diwajibkan dia datang seenaknya, apalagi kalau atasan lagi bertugas keluar daerah.Â
Dia yang disiplin itu adalah tidak bergantung pada aturan yang mewajibkannya atau karena atasan. Kedisiplinan itu muncul dari kesadaran dirinya sehingga dalam situasi dan kondisi apapun dia tetap mampu disiplin. Begitu juga dengan ibadah puasa, pengendalian diri kita tidak karena siang hari puasa, akan tetapi di setiap waktu kita mampu mengendalikan diri, walaupun sudah berbuka puasa.
Ketakwaan itu tidak mengenal batas waktu dan tempat, kapan dan di mana pun. Kata Rasulullah Saw, bertakwalah kamu di mana pun berada. Inilah yang kita latih di bulan penuh berkah ini.Â