Di tempat saya tinggal dulu, wilayah Lampahan Bener Meriah Aceh, ada seorang tetangga, namanya Udin. Saya tidak tau nama lengkapnya karena semua orang memanggilnya Udin, lantas saya juga memanggilnya Udin. Usianya saya perkirakan sekitar 46 tahun. Dari aspek mental-psikis, dia memang tidak berkembang sebagaimana layaknya orang normal, memiliki keterbatasan.
Walau begitu, sosok Udin yang berpenampilan agak aneh ini sama sekali tidak mau menjadi beban bagi keluarganya dan orang lain. Dia disenangi orang sekitar dan tetap gembira. Aktivitas kesehariannya adalah mengumpulkan botol aqua atau sejenisnya. Sekali-kali bertindak menjadi tukang parkir dadakan. Terkadang tampak dari kejauhan, Udin menyisir pinggir jalan sekitar wilayah Lampahan sambil memikul karung besar tempat botol aqua di pundaknya. Jika ada pesta pernikahan atau acara lainnya, dia tampak sangat senang karena tidak sulit berkeliling mengumpulkan barang yang dicari.
Sosok Udin memang unik, jika diberi sebungkus rokok atau uang lima ribu saja sangat merasa senang dan mau mengerjakan beragam pekerjaan yang kita tawarkan. Terkadang ada rasa kasihan juga, karena ada juga orang yang hanya memanfaatkan tenaga dan kucuran keringatnya, tapi tidak memberikan upah yang setimpal dengan apa yang dia kerjakan. Karena sang Udin adalah orang yang memiliki keterbatasan, dia tidak pernah merasa ditipu oleh orang lain.
Karena kondisinya yang demikian pula, biasanya dengan siapa saja berjumpa dia akan minta duit. Dikasih seribu atau dua ribu dia sangat senang. Tapi dia tidak pernah marah pada orang yang tidak memberikan uang kepadanya. Orang-orang yang lumayan sering memberi uang, biasa dia panggil abang walaupun dari sehi usia masih terpaut jauh, lebih muda darinya.
Si Udin memang orang yang memiliki keterbatasan psikis. Tapi di balik itu semua dia memiliki keistimewaan, di mana banyak tidak dimiliki oleh manusia normal secara umum. Apa itu? Udin adalah sosok pekerja keras, energik, dan tidak menuntuk banyak imbalan dalam setiap pekerjaan yang dilakukannya. Mungkin banyak yang mengejek dan menertawakannya, tetapi dengan segala keterbatasannya justru kita sangat mengaguminya karena banyak pekerjaan yang dia lakukan justru tidak mampu dilakukan oleh manusia normal secara umum.
Udin dengan kepolosannya dikenal juga sebagai sosok yang jujur. Seandainya ia berjanji akan mengerjakan pekerjaan itu esok hari dengan terlebih dahulu diberikan upahnya, maka dia akan memenuhi janjinya. Justru kita heran dengan orang yang sehat normal umumnya, banyak yang tidak jujur. Mereka dengan mudah dan tanpa rasa bersalah mengelabui orang lain. Lucunya, dia sama sekali tidak malu melakukan kebohongan tersebut. Baru-baru ini ada seorang bendahara di sebuah instansi pemerintahan  dekat tempat saya berkerja. Dia menggelapkan uang kantor sekitar tiga ratus juta rupiah. Ketika ditagih dan diancam, dia malah santai seolah-olah tidak melakukan kesalahan.
Begitulah, ternyata anugerah yang telah dilimpahkan Tuhan kepada orang-orang yang 'sempurna' banyak yang tidak dikelola secara maksimal dan tidak dimanfaatkan. Manusia normal sejatinya dapat melakukan sesuatu pekerjaan lebih dari apa yang diusahakan, penuh rasa tanggung jawab, dan jujur lebih dari apa yang dicontohkan seorang Udin. Tapi kenyataan di sekitar kita mungkin tidak demikian, banyak orang-orang normal tidak mau bekerja keras, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, suka culas, Â malas, motivasi rendah, dan tidak memiliki cita-cita jauh ke depan.
Saya berharap, orang maupun kelompok yang suka minta-minta sedekah di pinggir jalan itu bisa mengambil pelajaran dari sosok seperti Udin. Heran, umumnya peminta-minta sedekah itu dalam kondisi fisik yang sehat, tidak cacat, dan kelihatan sangat bugar. Tapi sama sekali tidak malu meminta-minta sedekah. Anehnya lagi, dia marah jika orang tidak memenuhi permintaannya.
Di sisi lain, ketika melihat kegigihan seorang Udin, kita juga akan mengubah asumsi tentang keadilan Tuhan. Bahwa ketika Tuhan menciptakan makhluk-Nya dengan keterbatasan, sesungguhnya Dia memberikan anugerah lain yang mungkin tidak dimiliki oleh manusia lain. Selain itu, apa yang dilakukan oleh orang yang memiliki keterbatasan, sejatinya kita jadikan sebagai pelajaran berharga.
Bagian ayat kauniyah
Sosok seperti Udin bagi saya adalah bagian ayat kauniyah yang dihamparkan Tuhan di muka bumi. Semua ciptaan-Nya merupakan ayat-ayat yang sejatinya kita baca secara jeli dan dapat dijadikan teladan dan pelajaran. Begitulah kiranya; kita belajar dari berbagai makhluk ciptaan-Nya; gunung, laut, binatang, peristiwa, fenomena, bahkan orang gila sekali pun. Di sana ada berbagai pelajaran yang bermanfaat bagi manusia.
Banyak fenomena  dan realitas kehidupan yang membentang dan terhampar ini sejatinya memang kita baca, telaah, dan dalami. Apa makna, tujuan, nilai, hikmah di balik itu semua? Makanya Tuhan menantang kita agar giat melakukan pennyelidikan dan penelitian untuk mengungkap hal-hal yang belum kita ketahui. Dalam al-Qur'an ditegaskan; 'maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan? Dan Langit bagaimana ditinggikan? Dan gunung bagaimana ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan?' (QS. al-Ghasyiyah: 17-20)
Jika ayat qur'aniyah itu hanya terdiri dari enam ribuan ayat, maka ayat kauniyah itu jauh lebih luas. Semakin digali semakin dalam, dan satu persatu tersingkap sehingga melahirkan berbagai disiplin ilmu; pendidikan, kesehatan, fisiologi, biologi, fisika, geologi, matematika, filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi, politik, dan disiplin ilmu lainnya. Tujuannya tidak lain adalah mengungkap ke-Mahabesaran Tuhan.
Tidak ada satu ciptaan Tuhan pun yang sia-sia, semua pasti ada nilai guna dan manfaatnya. Maka tugas kita adalah mengungkap nilai guna itu dengan maksimal dengan terus menggali dan mendalami pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan inilah yang akan mampu menyingkap berbagai rahasia ciptaan-Nya. Maka tidak heran kalau Tuhan menegaskan bahwa menuntut ilmu itu wajib. Karena hanya dengan ilmu-tentu dibarengi iman, kita akan mampu menyingkap ke-Mahabesaran Tuhan.
Beginilah sekolah kehidupan, ada banyak realitas di sekitar kita yang sebenarnya tidak lain adalah pelajaran mulia. Semua realitas akan menjadi pengetahuan, pengalaman, pelajaran, dan bahan renungan bagi kita. Ketika manusia mau belajar dan merenung tentang ciptaan Tuhan, maka sesungguhnya manusia sedang meniti dan mengekspolari anugerah Ilahi yang jumlahnya tidak dapat dihitung. Inilah salah satu bentuk sekolah kehidupan, belajar dari sebuah realitas, dari kegigihan Udin yang selalu energik dan bersikap jujur dalam keterbatasannya. Wallahu a'lam bi shawab!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H