Mohon tunggu...
Johansyah M
Johansyah M Mohon Tunggu... Administrasi - Penjelajah

Aku Pelupa, Maka Aku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gimana Rasanya Ngurus Anak, Enak?

2 April 2020   11:49 Diperbarui: 2 April 2020   11:57 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Nah, bagi orangtua yang profesi selain guru, akan merasa risih dan kesulitan mengatasi situasi keributan atau kegaduhan anak-anak. Maka kalau tidak sabar, ujung-ujungnya marah, mengancam anak-anak, bahkan mungkin menghukum anak-anak. Makanya dalam kondisi seperti sekarang banyak orangtua yang stress menghadapi situasi yang jarang dihadapi sebelumnya.

Saya pun teringat ketika ada perdebatan seputar implementasi Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak saat kasus-kasus kekerasan di sekolah muncul. 

Ada dua kubu yang berbeda pandangan. Kata kubu pertama, bahwa guru tidak boleh melakukan kekerasan terhadap anak dalam bentuk apapun. Kalau ada guru yang melakukannya, maka dia telah melanggar hak asasi manusia. Maka menurut madzhab pertama ini, sekolah tidak boleh memberikan funishment (hukuman) kepada siswa.

Adapun kelompok kedua berpendapat bahwa dalam upaya mendidik dan menumbuhkan karakter siswa, mereka tetap harus diberi hukuman. Tujuannya agar mereka mengerti bahwa sikap dan perbuatan itu benar atau salah. Kalau tidak, siswa akan ketagihan dan akhirnya menganggap benar apa yang dilakukannya karena tidak bisa ditegur.

Kelihatannya, bagi kita yang menganut aliran pertama, saat ini mungkin sedikit merasakan apa yang dialami oleh para guru kita yang selalu berhadapan dengan siswa dengan berbagai karakternya. Ternyata oh ternyata, proses pengasuhan dan pendidikan itu rumit dan selalu menemukan berbagai persoalan dari beragam aspeknya.

Tentu, bukan berarti kita lebih mendukung dan melegalkan apa yang mungkin dilakukan oleh guru dan sekolah yang pernah memberlakukan funishment (hukuman) dan tindak kekerasan. 

Tapi setidaknya, setelah mengalami dan merasakan apa yang dirasakan oleh guru di sekolah kita sedikit paham, dan mungkin memaklumi bahwa ternyata tugas guru itu sangat sulit.

Harus jadi guru

Ternyata setiap orangtua harus mampu menjadi guru. Mendidik itu bukan hanya tugas sekolah atau lembaga pendidikan. Bahkan keluarga memiliki peran penting dalam menumbuhkan karakter anak. 

Apapun profesi kita, sejatinya harus mempu melakukan proses pendidikan dengan baik ketika anak ada di rumah. Betul, di samping ada sekolah, adalagi kursus private. Kita bayar orang untuk mengajar anak kita. Tapi itu semua lebih pada pengayaan intelektual mereka. Soal penumbuhan karakter anak, keluargalah yang menjadi pilar utamanya.

Untuk itu, barangkali di antara hikmah vicor yang sedang mewabah ini, di mana para orangtua dituntut lebih banyak di rumah adalah menumbuhkan kesadaran diri para orangtua bahwa sesungguhnya mereka adalah pendidik, pembimbim, motivator, dan partner bagi anak-anaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun