Mohon tunggu...
Yohanes Arkiang
Yohanes Arkiang Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Pembungkus Embun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fenomena PUBG dan Kenikmatan Berimajinasi, Apakah itu Unfaedah?

6 Februari 2019   01:34 Diperbarui: 6 Februari 2019   10:02 3776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PUBG adalah singkatan dari Player Unknown's Battlegrounds, yang merupakan sebuah permainan dengan genre battle royale. Permainan ini bisa dimainkan dengan 100 orang sekaligus secara daring. 100 orang tersebut akan berusaha bertahan hidup dengan saling membunuh di suatu pulau. 

Sampai saat ini, Game yang dirancang oleh pria asal Irlandia, Brendan Greene ini menjadi game terfavorit kedua setelah Garena Free Fire di google play store.

PUBG ini sendiri dipercayai bahwa konsepnya terinspirasi dari novel Jepang berjudul Battle Royale yang dirilis pada tahun 1999. Novel ini juga sempat dijadikan manga dan film yang rilis di tahun 2000 dan meraih kesuksesan luar biasa. Novel ini bercerita tentang 40 siswa yang dikirim ke sebuah pulau selama tiga hari untuk saling bunuh dengan tujuan bertahan hidup. 

Hanya boleh satu orang yang bertahan hidup. Setiap siswa dibekali oleh air, obat, peta, kompas dan senjata acak. Selain novel Battle Royale ini, novel The Hunger Games yang terbit tahun 2008 juga menggunakan konsep yang sama. The Hunger Games juga menjadi film Hollywood terkenal yang dibintangi oleh Jennifer Lawrence.

Pada awal perancangannya, Brendan Greene bekerja sama dengan perusahan game asal Korea Selatan, Blue Hole Studio. Berkat ambisi Brendan Greene, game ini berhasil dirilis pada maret 2017. Tak ayal, jelang delapan bulan setelah dirilis game ini meraup keuntungan sebesar 9.5 triliun.

w644-5c5a4f3c6ddcae13ab0c7f5b.jpeg
w644-5c5a4f3c6ddcae13ab0c7f5b.jpeg
Fenomena PUBG melanda serdadu milenial

Dilansir dari kompas.com, menyebut bahwa jumlah pemain PUBG mobile pada akhir 2018 sudah mencapai 200 juta pemain di seluruh dunia. Dalam satu hari ada sekitar 30 juta orang aktif bermain game ini. 

Jumlah ini belum ditambah dengan angka pemain pada platform lain seperti Xbox, PC, dan PS4 yang baru saja diresmikan tahun lalu. Pada Juli 2018 angka pemain game PUBG dari seluruh platform sudah mencapai 400 juta orang secara global (tekno.kompas.com).

Sementara itu, Indonesia, Amerika Serikat, dan India menjadi tiga negara pengguna PUBG terbanyak di dunia. Di India, seperti dilansir dari tekno.rakyat.com menyebut Organisasi Pendidikan Jammu and Kashmir Students mengklaim, game battle royale tersebut berperan besar membuat nilai siswa SMA di India menjadi anjlok. 

Selain itu, kehadiran PUBG Mobile bahkan dianggap menjadi hal yang lebih membahayakan dibandingkan obat-obatan terlarang. Melihat besarnya dampak buruk dari game ini bagi anak-anak di India, pada Selasa (22/1/2019) game PUBG resmi diblokir di negara itu.

Selain di India, Dikutip dari liputan6.com, seorang bocah berumur 13 tahun dari Haimen, Jiangsu, Tiongkok melompat dari lantai empat sebuah gedung dan tewas mengenaskan. Dikabarkan bocah yang benama Xu ini kecanduan bermain gim PUBG hingga membuat dirinya bunuh diri tengah bermain gim akibat ingin menirukn karakter dalam gim PUBG ini.

Permainan ini memang menampilkan visual yang memungkinkan pemainnya sungguh menikmati keseruan tembak-menembak di layar telepon pintar. Banyak sekali orang rela menghabiskan waktunya seharian demi mengejar ranking yang merupakan stimulus untuk tetap berjuang dan hingga candu. 

Di tengah maraknya isu sosial budaya, politik, dan lain sebagainya hari-hari ini justru diabaikan oleh sebagian orang yang candu bermain gim ini. Dari sinilah sikap apatis tumbuh dan mulai mengabaikn keadaan sekitar hingga lupa dengan kegiatan yang prioritas. Seperti lupa belajar dan mengembangkan diri. 

Sebenarnya, gim, tidak hanya PUBG, berfungsi memberikan hiburan bagi setiap orang yang memiliki waktu luang. Tentu setiap orang mempunyai titik kejenuhan dalam bekerja sehingga butuh hiburan untuk menghempas kebosanan itu dengan gim. 

Namun bila gim mobile diberikan kepada anak-anak dan pelajar, maka gim itu akan beralih fungsi mejadi media belajar bagi mereka. 

Marilah kita sadar dengan fenomena ini. Jangan sampai dunia imajinasi membunuh kreatifitas dan talenta prioritas yang kita miliki. Sadar bahwa ahli dalam bermain gim adalah bukan talenta yang diprioritaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun