"Kemudian ketika ada latihan yoyo terakhir, saya dapat tesnya meningkat menjadi 74. Standar yoyo setahu saya di AFF itu 50-55," jelasnya.
Setelah tidak berhasil lolos ke Timnas U-16, Fardan terus melanjutkan kiprahnya di EPA bersama Madura United. Ia membuktikan mampu bertahan dalam kondisi yang tidak nyaman, bahkan sangat sulit bagi remaja seusianya.
Mental itu, seperti disampaikan oleh pelatih mental dan ahli psikologi olahraga Amerika Serikat, Jim Afremow, Â dalam bukunya, The Champions Mind (2015) sangat penting dalam konteks olahraga kompetitif.
Dalam situasi pertandingan yang penuh tekanan, banyak stimulus yang masuk ke dalam pikiran atlet, seperti tuntutan publik untuk menang, tekanan penonton, emosi atlet, hingga pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
Usai gagal masuk Timnas U-16,  Fardan menunjukkan performa luar biasa dengan mencetak 19 Gol hingga pekan ke 18  kompetisi Elite Pro Academy  (EPA) U-16 2024/2025,
Meski menjadi topskorer di EPA U-16, namun Fardan mengatakan bahwa itu bukanlah tujuan utamanya. Bergabung di Grup C bersama Persebaya, bali united U16, Persik Kediri  dan Malut United menjadi tantangan tersendiri
"Alhamdulillah, yang penting setiap diberikan kesempatan bermain oleh pelatih harus dimaksimalkan. Tampil baik di setiap pekan agar tim bisa mendapat poin penuh dan bisa mencetak gol banyak adalah keinginan semua striker," tegasnya.
Perjalanan Fardan masih panjang dan dengan kekuatan mentalnya untuk menghadapi berbagai rintangan, perkara memperkuat timnas hanya soal waktu saja.
Seperti disampaikan oleh Angela Duckworth, profesor psikologi Universitas Pennsylvania AS, dalam bukunya Grit: The Power of Passion and Perseverance (2016), tiga atribut psikologis seorang bermental juara yakni komitmen, keuletan, dan ambisi prestatif.
Dalam diri seorang juara tidak dikenal istilah putus asa. Itu semua karena buah kecintaan dan komitmen terhadap pekerjaan serta persistensinya dalam mewujudkan tujuan.