Tidak jarang sebuah klub memenangkan pertandingan setelah sempat tertinggal satu atau dua gol, bahkan tiga gol. Tentu perasaan deg-degan menggedor diri tim pelatih, manajemen dan tentunya suporter.
Namun, pameo bola itu bundar memang sering terbukti. Klub yang tertinggal bisa membalikkan keadaan. Mengejar ketertinggalan, bahkan berbalik memenangkan pertandingan. Media menyebutnya sebagai comeback.
Di dunia olahraga, khususnya sepakbola, mengutip Football Handbook, comeback adalah kembali unggul atau bisa mengimbangi setelah posisi kalah terlebih dahulu.
Sedangkan dalam Cambridge Dictionary, arti lain comeback adalah upaya untuk kembali terkenal setelah beberapa waktu kurang terkenal.
Begitu juga pada dunia musik secara umum, comeback juga berarti kemunculan kembali seorang artis atau grup musik setelah lama tidak terlihat.
Salah satu comeback yang mengejutkan dilakukan oleh aktor ternama, Brendan Fraser. Ia lama menghilang dari dunia perfilman, dan kini kembali dengan membawa pulang penghargaan Best Actor di Academy Awards ke-95 atau Oscar 2023.
Karier Brendan mulai anjok setelah ia pada 2003 mengungkapkan pernah dilecehkan oleh Presiden Hollywood Foreign Press Association (HFPA), Philip Berk di Beverly Hills Hotel. Keberaniannya mengungkapkan hal itu menjadi awal dari malapetakan kariernya. Ditambah lagi dengan perceraiannya di tahun 2007.
Setelah beberapa peristiwa yang dialaminya, kehidupan Branden semakin terpuruk dan banyak agensi aktor Hollywood sineas kemudian meragukan kinerja dari pemeran utama film The Mummy itu. Â Â
Bertahun-tahun terpuruk, ia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi melalui perannya di film The Whale. Â Branden mengalahkan aktor-aktor lainnya seperti Austin Butler, Colin Farrell, Paul Mescal, dan Bill Nighy. Â
Eddy Comeback
Comeback itu yang saat ini sedang dilakukan oleh Eddy Syahputra, agen pemain sepakbola dan pelatih terkenal. Bahkan media pernah menjuluki Ligina Sportindo Soccer Agency (LSSA), bendera yang diusungnya, sebagai agen tersukses di tanah air.
Namun, hampir sepuluh tahun bendera LSAA yang dikibarkannya sejak 2004 tak lagi berkibar.
Di masa berjayanya, LSSA dikenal membawa pemain ternama seperti De Porras, Edward Wilson Junior, Zah Rahan, Robertino, Greg Nwokolo, Ponaryo. Selain itu juga pelatih hebat seperti Coach RD (Rahmad Darmawan) dan Serghei Dubrovin.
Eddy pada Liga 1 2019 bahkan sempat mengundang perhatian ketika ia nyaris mendatangkan Alfred Riedl untuk menangani Persebaya Surabaya dan Sergei Dubrovin di Semen Padang. "
"Sebenarnya saya sudah deal dengan manajemen kedua klub itu. Tapi, kami akhirnya gagal melanjutkan dengan alasan berbeda," ujar Eddy dalam satu wawancara di media online.Â
Tentang vacumnya LSSA, Â ia mengakui ada beberapa hal yang membuat LSSA kurang berkibar, terutama saat menghadapi masa-masa berat seperti dibekukannya PSSI pada 2015 dan pandemi Covid-19.
Kemelut di tubuh PSSI pada 2015 turut menghantam dapur bisnis Eddy. Kontrak yang tadinya disepakati bahkan diputus di tengah jalan. SItuasi yang tak kondusif pun membuat sejumlah klub kelabakan.
Saat itu, tutur Eddy  yang memegang lisensi FIFA sebagai agen, kontrak pemain langsung diputus di tengah jalan. Sebagai agen ia berusaha membantu mengatasi masalah itu. Ia tidak mau pemain ngoceh atau mengadukan hal itu ke FIFA untuk melakukan tuntutan.
Begitu juga saat pandemi Covid-19 yang pada 2021 melanda negeri ini. Kompetisi terhenti karena pemerintah tidak mau mengambil resiko dengan adanya kerumunan warga dalam pertandingan sepakbola.Deretan klub Liga 1 banyak yang meliburkan pemain. Banyak pemain asing yang memilih pulang ke nerasanya dengan kondisi belum jelasnya keberlangsungan kompetisi Liga 1 saat itu.
Ketidakpastian saat pandemi juga menghantam bisnis peragenen pemain, tak terkecuali LSSA. Situasi yang membuat bendera harus lunglai, tersimpan hampir sepuluh tahun lamanya.
Â
Tantangan Agen
Eddy sendiri tidak menyangka dirinya akan mengarungi dunia keagenan, yang di awal tahun 2000-an masih belum banyak dikenal, meski sudah ada yang bergelut di situ seperti Eko Subekti. Sosok ini merupakan legenda bagi para agen pemain, dan banyak yang belajar dari Mbah Eko, panggilannya.
Agen, tutur Eddy yang lama tinggal di Jakarta sebelum pindah ke Jakarta, memang kadang kurang dikenal, tapi punya peran penting dalam perjalanan karier seorang pemain.
Fungsinya menjembatani kepentingan pemain dan klub. Agen harus menempatkan dirinya di tengah-tengah. Selain itu juga hadir saat terjadi konflik kepentingan antara keduanya untuk memberikan solusi.
Saat disinggung tentang apa yang mempengaruhi harga pemain, Eddy dengan tegas menyebut dua hal. Pertama, skill itu otomatis mempengaruhi, kedua adalah attitude.
"Saya agak selektif untuk mengambil pemain sebagai partner. Hubungan secara personal dengan pemain sangat dekat. Bahkan untuk urusan pendamping hidup juga diajak diskusi," kata Eddy yang juga admin grup Rembuk Sepakbola Nasional di Whatsapps.
Orang-orang di sekitar pemain memegang peran penting bagi penampilannya di lapangan. Karena itu ia sering bicara dengan isteri atau keluarga pemain, agar mereka lebih tahu apa yang dibutuhkan untuk menjaga performa si pemain. Â Â
Kedekatan personal dengan pemain itu akan tetap dipertahankan oleh Eddy dalam comeback-nya saat ini.
Alasan comeback, bagi Eddy bersifat personal karena habit utamanya adalah agen pemain, serta kecintaannya pada sepakbola nasional.
"Kita punya banyak pemain muda yang luar biasa, tinggal dikelola dan diberikan tempat yang sesuai dengan kemampuannya," kata Eddy yang ingin bisa mengekspor atau membawa pemain Indonesia berkarier di luar negeri.
Saat ini perusahaannya sudah bekerja sama dgn PSF Akademi, Persis Solo Akademi, Barito Putera, Persipa Pati dan lainnya.
Yaa..karena habitat utamanya agent pemain mas, senang berinteraksi denganbanyak pemain dan klub. Selain itu juga merupakan bisnis yang menantang dan menggiurkan," kata Eddy sambil tertawa.
Welcome back, Eddy Syahputra. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H