Namun, pada satu sisi suasana seperti itu sering dirindukan. Riuh bisik atau obrolan keras memang mengganggu, tapi juga menjadi tantangan tersendiri bagi penampil untuk mengatasinya.
Himbauan sudah berulang kali disampaikan MC, dengan bercanda tapi serius. Lalu semuanya kembali pada diri sendiri, apakah nikmat saat ia tampil tapi suaranya tenggelam oleh keriuhan obrolan?.
Pada sisi lain, suasana seperti itu bagi sebagian pengunjung malah membuat kangen. Suasana yang berbeda dengan acara sastra lainnya yang digelar di perpustakaan misalnya. Diam kadang tidak menuntaskan rindu.
Nafas Panjang
Reboan sudah eksis sejak April 2008. Usia yang panjang bagi sebuah komunitas. Berdiri tegak di tengah keterengahan para penggiatnya yang berpacu dengan kesibukan sehari-hari, serta usia yang tak bisa dilambatkan.
Dalam perjalanannya, Reboan juga menjadi inspirasi bagi penggiat sastra lainnya untuk membentuk komunitas yang sama. Banyak yang akhirnya tak terdengar lagi kabarnya.
Seperti disampaikan oleh Ketua Komisi Simpul Seni Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Imam Ma'arif saat berbicara dalam ulangtahun Reboan ke-16, tidak banyak komunitas sastra seperti Reboan.
"Ini bisa menjadi inspirasi bagi komunitas-komunitas lain dan bisa juga dikaji mengapa Sastra Reboan sampai hari ini bisa bertahan dengan orang yang sama," ujar Imam yang juga seorang penyair.
Dibutuhkan nafas panjang untuk mampu bertahan, sembari mempersiapkan mereka yang peduli dan masih memiliki stamina kuat untuk mempertahankan eksistensi Reboan.
Tak pelak itu merupakan pekerjaan rumah yang harus segera dijalankan. Merangkul, mengajak bicara dan melibatkan wajah-wajah baru sudah menjadi keharusan.