Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Sastra Reboan bagi Siapa Saja

3 Juni 2024   17:09 Diperbarui: 4 Juni 2024   20:30 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi yang menampilkan Ken Zuraida, Slamet Widodo dan Yo Sugianto dipandu Kurnia Effendi (Foto : Dok.Yo)

Diskusi yang menampilkan Ken Zuraida, Slamet Widodo dan Yo Sugianto dipandu Kurnia Effendi (Foto : Dok.Yo)
Diskusi yang menampilkan Ken Zuraida, Slamet Widodo dan Yo Sugianto dipandu Kurnia Effendi (Foto : Dok.Yo)

Beberapa penyair ternama memang pernah datang. Sapardi Djoko Damono sudah tiga kali datang, menjawab beberapa pertanyaan tentang puisi. Rendra berpidato, Sutardji menyaksikan sambil minum kopi. Sastrawan lainnya sebut saja Gerson Poyk, Joko Pinurbo, Saut Situmorang dan Remy Silado.

Ditambah lagi beberapa musisi pernah mengisi Reboan, seperti Glen Fredly, Franky Sahilatua dan Tri Utami. Grup T'Koes yang merupakan salah satu pelestari lagu-lagu Koes Plus juga turut merasakan dibesarkan Reboan. Lalu artis Cornelia Agatha, Wanda Hamidah, Happy Salma atau Paquita Wijaya pernah membaca puisi di panggung yang hanya beberapa meter dari kursi pengunjung.

Selain itu, banyak yang pertama kalinya tampil membaca puisi di panggung. Gemetar karena grogi tampil di depan para penyair atau cerpenis. Namun, itu menjadi pengalaman yang luar biasa bagi mereka yang memang awam bersastra seperti ibu rumah tangga, siswa SMA atau pekerja kantoran.

Meski begitu, sebuah catatan yang rasanya usang karena berkali-kali ditulis dan dirasakan oleh mereka yang ingin menikmati dengan nyaman, adalah apresiasi dari pengunjung yang sesama penulis.

Dari kursi-kursi yang selalu penuh di Warung Apresiasi (Wapress) Bulungan, Jakarta Selatan saat Reboan digelar, suara percakapan terasa dominan. Obrolan yang seperti bersaing dengan suara pembaca puisi, naras umber saat berdiskusi atau saat cerpen dibacakan.

Tak heran jika yang baru pertama kalinya datang akan mengernyitkan dahi. Merasa heran kenapa pengunjung banyak yang lebih suka ngobrol daripada mengapresiasi mereka yang mencoba tampil baik di panggung.

Hal itu juga yang dialami oleh pianis terkenal, Ananda Sukarlan. Seperti ditulisnya di tinemu.com : "O ya dan puisinya Sofyan tuh tepat banget. Sastrawan pada baca puisi sementara yg lain pada ngomong sendiri hahaha....kalo di konser musik klasik, bisa dihujat seluruh gedung kalo brisik."

Sentilan satu-satunya orang Indonesia yang dimuat dalam buku "The 2000 Outstanding Musicians of the 20th Century itu ditulisnya usai menyaksikan Reboan, 29 Mei 2024 lalu. Acara yang juga berisi syukuran atas 16 tahun usia komunitas tersebut.

Sah-sah saja apa yang disampaikan Ananda. Suasana itu memang bertolak belakang dengan pertunjukan seni lainnya seperti musik klasik yang perlu keheningan. Jangankan berbicara keras di tengah suara pembaca puisi atau dentingan gitar seperti di Wapress Bulungan itu. Berbisik pun bisa mengundang hujatan, setidaknya dipelototi satu gedung.

Bagaimanapun, sekali lagi, kritik Ananda menjadi cubitan pedas bagi para penulis yang lebih sibuk berbicara dengan temannya, ketimbang mendengarkan pembacaan puisi. Memberi ruang bagi pembaca puisi, siapapun dia, adalah apresiasi tersendiri. Apalagi sebagai penulis yang sudah dikenal, akan menjadi contoh bagi mereka yang baru belajar mengenal sastra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun