Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Cukup Satu Musim Saja, Bhayangkara FC akan Kembali ke Liga 1

25 April 2024   18:58 Diperbarui: 25 April 2024   19:03 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bhayangkara FC harus alami degradasi ke Liga 2. (Foto : Instagram bhayangkarafc)

Cukup satu musim, lalu kembali ke Liga 1.

Itu yang dicanangkan oleh Bhayangkara FC (BFC), klub milik institusi kepolisian yang terdegradasi dalam Liga 1 musim 2023/2024. BFC mendampingi Persikabo 1973 yang sudah lebih dulu turun kasta.

Saat artikel ini ditulis, belum diketahui klub mana yang ikut terdegradasi ke Liga 2 musim depan. Terdapat setidaknya empat klub saling menyelamatkan diri agar tidak tersungkur, yakni PSS Sleman, Arema FC, RANS Nusantara dan Persita Tangerang.

Tidak seperti Persikabo 1973 yang belum memberikan pernyataan tentang turun kasta itu, BFC langsung menyampaikan ambisinya untuk bangkit. Mereka bertekad hanya satu musim saja di Liga 2.

Tekad itu diikuti dengan disiapkannya skuad yang akan dihuni oleh para pemain yang menjadi anggota polisi. Mereka bukan wajah baru tapi sudah punya pengalaman di Liga 1, beberapa diantaranya berlabel pemain tim nasional.

Pemain timnas itu seperti Muhammad Ferarri yang saat ini masih menjadi bek Persija Jakarta, Timnas Indonesia, dan timnas U-23. Ia baru dilantik sebagai anggota kepolisian belum lama ini bersama beberapa pemain alumni timnas U-20 yang gagal berkancah di Piala Dunia U-23 2023.

Pemain timnas lainnya yang anggota kepolisian adalah Ginanjar Wahyu (Arema FC), Frengky Missa (Persikabo 1973), Kakang Rudianto (Persib Bandung), Ananda Raehan (PSM Makassar).

Selain itu juga adalah Dimas Juliano Pamungkas (Bhayangkara FC), Rabbani Tasnim Siddiq (RANS Nusantara FC), Daffa Fasya (Borneo FC), dan Muhammad Faiz Maulana (Bhayangkara FC).

"Semua pemain yang berstatus polisi baik di Bhayangkara FC maupun bermain di klub luar wajib bertanggung jawab menaikkan kembali tim ini ke Liga 1," kata Chief Operationg Officer Bhayangkara FC, Sumardji saat saya hubungi lewat Whatsapp, juga berbicara lewat telepon.

Pria berpangkat Kombes itu saat ini masih berada di Qatar, mendampingi Timnas U-23 yang mencetak Sejarah melaju ke perempat final Piala Asia.

Saat klubnya dipastikan resmi degradasi, usai Persita Tangerang bermain imbang melawan Persik Kediri pada 20 April 2024, Sumardji yang Manajer TImnas U-23 tidak bisa menyaksikan langsung laga minggu ke-32 itu.


Loyalitas

Keseriusan BFC untuk segera kembali ke Liga 1 bisa dilihat dari langkah mereka saat tepuruk di paruh musim. Mereka menggebrak jendela transfer dengan mendatangkan beberapa pemain yang sarat pengalaman.

Mulai dari Radja Nainggolan yang malang melintang di klub-klub besar Eropa hingga pemain timnas Indonesia, Witan Sulaiman didatangkan.

Namun, kurun waktu yang hanya beberapa bulan tersisa tak juga mampu mengangkat posisi BFC, termasuk juga dengan mengganti pelatih. Mario Gomez, Gomes de Oliveira, dan Emral Abus tidak mampu mengangkat posisi tim.

Memang memprihatinkan melihat catatan pertandingan yang sudah dilalui juara Liga 1 2017 itu. Dari 31 pertandingan yang telah dilalui, The Guardians hanya meraih empat kemenangan. Selain itu seri 11 kali dan kalah 16 kali.

Pelantikan 27 pemain Bhayangkara FC menjadi polisi pada 7 Maret 2017. (Foto : Divisi Humas Polri)
Pelantikan 27 pemain Bhayangkara FC menjadi polisi pada 7 Maret 2017. (Foto : Divisi Humas Polri)

Tekad BFC untuk hanya menghuni Liga 2 selama semusim saja, dan membentuk skuad dengan anggota korps yang bertebaran di berbagai klub, tak pelak mengundang komentar dari publik. Mereka mempertanyakan keputusan tersebut.

"Anak-anak itu saat masuk polisi, secara otomatis karena punya klub saya yakin semuanya punya keinginan untuk membela klubnya sendiri. Saya yakin dan percaya itu, karena memang di polisi dididik untuk menomersatukan loyalitas terhadap organisasi atau institusinya," jelas Sumardji menjawab pertanyaan yang saya ajukan.

Berkarier di sepakbola, lanjutnya, bisa dikatakan waktunya tidak panjang. Jadi sejak dia menjadi polisi, misalnya di usia 18 atau 19 tahun, paling sampai umur 32 atau 34 tahun sudah istirahat sebagai pemain professional. Secara otomatis harus fokus ke tugasnya sebagai anggota polisi.

Sementara kalau lihat dari kepolisian, dari usia 32 atau 34 sampai pensiun umur 58 kan cukup kan cukup panjang rentangnya. Itulah yang menjamin kehidupan dan  kesejahteraan cdari pemain yang berstatus anggota polisi. Memang berbeda.

Tentang loyalitas, terkait dengan rencana pemanggilan para pemain yang menjadi polisi, Sumardji mengatakan, jika berbicara soal loyalitas, siapapun yang hidup dari yang memberikan gaji, dan fasilitas lainnya, otomias akan loyal.

Kedua, kalau soal gaji, pasti dapatlah kecuali remunirasi. Karena memang anak-anak  yang statusnya polisi ini kan diangkat dari rekrutmen dari masyarakat yang punya prestasi yang bagus. Baik di bidang sepakbola atau di bidang lainnya, maka negara memberikan reward berupa jadi anggota kepolisian.

"Setiap bulannya mereka menerima gaji. Statusnya di klub ya profesional, jadi tidak perlu dipermasalahkan terkait status pemain sepakbola yang anggota kepolisian. Hal serupa juga terjadi di beberapa negara ASEAN yang lembaga militernya punya klub sepakbola."

Di kepolisian, ujar Sumardji yang mantan Kapolresta Sidoarjo Polda Jawa Timur, sejak ia bergabung di Bhayangkara FC pada 2015, semuanya selalu professional dan kedepankan fair play.

Hal lain yang juga bagian terpenting dan tidak boleh ditinggalkan adalah disiplin, yang merupakan penyelarasan, pengaplikasian antara Pendidikan dan ketika mereka berada di klub profesional.

Perkara suara-suara negatif, bagi pria kelahiran Nganjuk, 12 Februari 1972 itu menilai sebagai hal yang biasa diterima oleh BFC.

"Lumrah saja orang suka dan tidak suka, dukung dan tidak mendukung. Itu sudah terbiasa dialami hayangkara FC. Wong kita juara saja dinilai negatif, apalagi kita mengalami situasi  yang sulit seperti saat ini  yakni degradasi. Pasti banyak cibiran. Saya kita hal itu hanya di dunia maya, di medsos."

Meski begitu, di tengah merosotnya penampilan BFC, ada hal yang membuat Sumardji bangga dengan dikenalnya klub itu di pelosok-pelosok. Masyarakat tahu bahwa BFC adalah klub milik kepolisian, dan menjadi bagian penting dari dalam sepakbola Indonesia.


Urus Serius

Kenapa Bhayangkara FC yang merupakan tim kuda hitam, bahkan di awal mulainya Liga 1 pada 2017 mampu menyabet gelar juara bisa degradasi?

Sumardji yang pernah menjadi korban pemukulan ofisial Thailand saat berlangsung final sepakbola SEA Games 2023 mencoba menganalisanya.

Bhayangkara FC harus alami degradasi ke Liga 2. (Foto : Instagram bhayangkarafc)
Bhayangkara FC harus alami degradasi ke Liga 2. (Foto : Instagram bhayangkarafc)

Banyak hal-hal, pertama adanya perubahan situasional di klub itu sendiri, kedua, adanya perubahan pemain, mungkin banyak dihuni pemain muda sehingga berpengaruh pada penampilan dan keyakinan. Ketiga, kondisi di tim itu sendiri

Segala hal bisa terjadi ketika mental pemain turun dengan drastis. Banyaknya kekalahan yang didapat membuat mental pemain drop.

Faktor lainnya adalah fokusnya yang lebih banyak pada timnas. Padahal klub butuh sosok sebagai marwah klub. Saat itu hilang, akan menimbulkan ketidakfokusan klub.

Padahal mengelola klub jauh berbeda dengan Perusahaan, karena hal itu menyangkut hati. Jika di Perusahaan maunya begini, akan dibuat atau diwujudkan seperti yang diinginkan.

"Saya akan lebih fokus dan serius untuk musim depan menangani Bhayangkara, bersama dengan niat dan tekad para pemain untuk membawa kembali klub ke Liga 1," tegas pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur, 12 Februari 1975 itu.

Ia tak menutup telinga atas berbagai penilaian yang diberikan masyarakat di media sosial terhadap BFC.  Baginya, hal itu tak menjadi masalah, karena hak orang untuk memberikan  pendapat.

"Prinsipnya dimanapun Bhayangkara FC, mau di Liga 1 atau Liga 2 tidak masalah, yang penting kami ingin berkontribusi  bagi sepakbola Indonesia Todal ada sedikitpun ada keinginan untuk berbuat tidak baik terhadap sepakbola. Justeru sebaliknya kami ingin membantu kemajuan sepakbola tanah air."

"Sama halnya saya di timnas, all out untuk itu. Bahkan boleh dikatakan lebih banyak di timnas daripada di klub. Hal ini tak lain untuk membantu dan membanggakan masyarakt sepakbola. Tentu hal ini tak lepas dari klub. Sama halnya dengan posisi di Komite Eksekutif (Exco) PSSI yang mewakili Liga 1, 2 dan 3."

Kini, tinggal menanti sejauh mana keseriusan Sumardji, manajemen, para pemain dan ofisial Bhayangkara FC mewujudkan tekadnya untuk kembali ke Liga 1. Masih ada waktu yang cukup untuk berbenah, berkaca dari langkah yang sudah ada, baik dan buruknya itu. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun