Para suporter Persib datang dengan tiket yang dibeli dari calo, dan di situ terdapat cap "komplimen'.
Selama ini, tiket "komplimen" itu diberikan oleh PT Liga Indonesia Baru (LIB), sebagai operator kompetisi, kepada para sponsor atau rekanan, serta ofisial tim tamu. Tiket tersebut dilarang diperjual-belikan.
Apakah jual beli tiket komplimen itu merupakan hal yang sudah biasa terjadi, sehingga terkesan PT LIB melakukan pembiaran. Tidak ada hukuman bagi pegawai LIB yang terlibat dalam penjualan tiket komplimen itu.
Padahal hal itu yang menyebabkan kericuhan, bahkan bisa menelan korban jiwa. Ada demand dan supply yang tak terhindarkan.
Dalam kasus kericuhan suporter PSS Sleman, belum diketahui dari mana mereka mendapatkan tiket. Apakah juga membeli dari komplimen. Panpel PSIS Semarang jelas tidak menyediakan kuota tiket untuk suporter tim tamu.
Hadangan
Ketidakadilan yang dirasakan oleh PSIS dengan hukuman pertandingan tanpa penonton hingga akhir musim kompetisi tidak semata hilangnya pemasukan dari tiket. Hal itu sudah pasti, dengan 6 partai kandang yang memberikan pemasukan kas lebih dari Rp 2 miliar.
Saat ini PSIS Semarang menempati posisi 4 klasemen sementara. Kemenangan 1-0 atas PSS Sleman merupakan laga ke-20. Setelah kejadian itu, PSIS kalah Â
Kini PSIS yang menang 1-0 atas tamunya, PSS Sleman harus menerima hukuman yang lebih berat, dan tidak adil yakni laga kandang tanpa penonton hingga berakhirnya kompetisi Liga 1 2023/2024.
Tercatat PSIS menyisakan 6 (enam) laga kandang yang jelas penting untuk mendulang poin di tengah ketatnya persaingan di posisi 5 besar klasemen Liga 1 2023/2024.
PSIS Semarang sendiri dikenal sebagai tim yang mumpuni saat bermain di kandangnya, dengan dukungan suporter yang fanatic dan memberi semangat tersendiri bagi para pemain.