Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Mengajarkan Gerald Harus Tetap Bangkit Saat Alami Kegagalan

14 November 2023   16:06 Diperbarui: 14 November 2023   17:39 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerard (jersey putih) saat bermain di tim National Tsing Hua University (Foto : Dok.Pribadi Gerald)

Di sebuah tim, wajar jika yang selalu jadi sorotan, selain pemain bintang atau kapten, adalah  pelatih. Ia menjadi sumber berita lewat pernyataan atau sikapnya. Bahkan busananya pun jadi perhatian, diulas dari segi fashion, seperti yang terjadi para pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate.

Namun, sosok asisten pelatih jarang mendapat sorotan media. Tak mengherankan jika nama-nama asisten pelatih tidak banyak dikenal oleh publik.

Sebut saja nama Zeljko, Thomas Scheiner atau Herman Burgos. Mereka kurang dikenal oleh public, atau hanya diketahui sebatas nama. Tetap saja nama-nama itu tidak sepopuler pelatih kepala.

Buvac adalah asisten Jurgen Klopp di Liverpool, Schneider pernah menjadi asisten Joachim Loew di Timnas Jerman, dan Burgos adalah asisten Diego Simeone di Atletico Madrid sejak 2011 hingga 2020.

Padahal, meski bertugas di belakang layar, namun peran asisten pelatih sama pentingnya dengan seorang pelatih utama. Bahkan, bisa dikatakan tanpa seorang asisten, pelatih utama tak akan ada apa-apanya.

Seperti saat Pep Guardiola melatih Barcelona. Tanpa sosok Tito Vilanova sebagai asistennya, belum tentu Guardiola bisa membawa Barcelona meraih 14 trofi dalam kurun waktu 2008-2012.

Lalu ada pula duet Brian Clough dan Peter Taylor. Bagi Clough, Taylor bukan hanya sekadar asisten pelatih, tapi juga tempat berkeluh kesah. Mereka dikenang karena meraih dua gelar Piala Eropa (Liga Champions) berturut-turut.

Ketika Clough mendapat tawaran sebagai pelatih Leed Unitedpada 1974, ia hanya bertahan 44 hari saja lalu dipecat. Pemecatan yang diterima dengan sadar oleh Clough, setelah Leeds yang saat itu merupakan klub kuat di Liga Inggris hanya mampu meraih empat poin dari lima laga yang dilakoninya pada awal kompetisi Liga Inggris 1974-1975.

Clough juga sadar bahwa tanpa Taylor, yang memilih bertahan di Brighton & Hove Albion serta tak mau mengingkari hati kecilnya --dia pembenci abadi Leeds, ia tidak bisa menunjukkan tuahnya sebagai pelatih ternama. Tanpa Taylor, dia bukan apa-apa. Taylor bukan hanya sekadar asisten pelatih, tapi juga tempat Clough berkeluh kesah.

Hubungan pelatih dan asisten yang sudah disebutkan tadi bisa dijadikan bukti bahwa asisten pelatih punya peran sangat penting dalam kesebelasan sepakbola.

Tugas pokok seorang asisten pelatih hanyalah menjalankan pekerjaan teknis yang diinstruksikan sang pelatih kepala. Misalnya, menyusun dan mengawasi menu latihan, mengembangkan kebugaran pemain, membantu pemulihan cedera pemain, dan sederet tugas teknis lainnya.

Namun asisten pelatih juga bertugas menyelaraskan ambisi sang pelatih dengan realitas di lapangan. Pembagian tugas seperti ini bekerja diam-diam. Sulit dijabarkan lewat kata-kata.


Adaptasi Diri

Peran sebagai asisten pelatih itu juga yang membuat bangga Gerard Peter Cornelius Theo, mahasiswa mahasiswa Fakultas Ekonomi semester lima di National Tsing Hua University (NTHU), universitas ternama di Taiwan.

Gerald yang lahir dan besar di Jakarta saat ini menjadi asisten pelatih di NTHU untuk anak-anak usia 5-10 tahun.

Saat mulai kuliah, pemuda berusia 20 tahun itu mendaftar sebagai pemain tim universitasnya. Ia sudah bermain selama setahun sebagai starting eleven mewakili NTHU. Namun untuk 2023 ini baru tampil tiga sebelum dibalut cidera.

Di luar latihan rutin yang dijalaninya, ia sering melihat anak-anak berlatih di bawah bimbingan kakak kuliahnya yang menjadi pelatih.

"Minggu depannya saya dipanggil untuk membantu melatih anak-anak itu. Ramai sekali kelas kelompok umur itu. Sejak itulah saya mulai menjadi Asisten Pelatih, dan para siswa suka dengan saya. Ini menggembirakan, merupakan pengalaman baru," tutur Gerald.

Sepakbola sudah dikenalnya sejak berusia 5 tahun, lewat ajakan ayahnya, Petrus Gandamana yang sering mengajaknya menyaksikan tayangan Piala Eropa 2008. Lalu di usia 9 tahun mulai berlatih di tim Sepakbola Sekolah SIS United. Klubnya itu berkompetisi di Jakarta School Football League..

Gerard (nomer dua dari kanan belakang) bersama tim National Tsing Hua University (Foto : Dok.Gerald).
Gerard (nomer dua dari kanan belakang) bersama tim National Tsing Hua University (Foto : Dok.Gerald).
Menurut Gerald, sepakbola menarik dari segi harus bisa balance antara mempunyai kemampuan individu yang bagus. Balance itu membuat setiap pemain juga mempunyai skillset yang spesial tersendiri.

Melalui special skillset ini, individunya  harus bisa berintegrasi di tim tersebut. Meski skill individu seseorang mungkin di atas rata-rata, namun kalau tidak bisa berintegrasi dan mengikuti cara main tim tersebut juga akan susah.

"Menurut saya the beauty of football dan yang bikin saya jatuh cinta pada sepak bola ada di area itu. Kita harus bisa mengadaptasi diri sendiri terhadap situasi yang diberikan, ngedisplay specialty skill individu dengan cara membantu tim."

Baginya, sepakbola juga membuatnya menjadi individu yang lebih bisa commited, bekerjasama secara tim, mengajarkan  cara jadi determined, dan saat gagal pun harus tetap bangkit. Itu yang membuatnya ingin membagikan pelajaran dan kebahagiaan apa saja yang didapat dari sepakbola.

Gerald yang suka bermain sepakbola, travelling, dan juga kopi punya mimpi membuka cafe roastery sendiri, dan dalam satu hari juga bisa buka Sekolah Sepak Bola.

Usia Dini

Pengagum Messi,Ronaldo, Zidane dan Ronaldinho ini menilai pentingnya pembinaan usia dini, dengan sistem pelatihan yang mudah dimengerti oleh para siswa.

"Kalau dari kecil sudah bisa main bola dengan bebas, dalam sistem perlatihan formal anak-anak tersebut bisa lebih cepat mengerti permainan sepak bola dari sisi tactical. Lalu lebih bisa bekerja sama dengan rekan-rekan tim yang lain juga."

"Saat bermain di luar pelatihan tidak formal ya kita bisa improveball feel, game sense dan mengetahui kemampuan diri kita sendiri lebih dalam."

Latihan yang diberikan untuk anak-anak berfokus pada dasar-dasar (basic) bermain bola, dengan have fun,  menyenangkan dan gembira. Tidak perlu ada tekanan yang besar, yang penting memainkan bola dengan senang.

"Untuk sesi latihan kira kira satu jam, namun kalau untuk private session dengan saya 1.5-2 jam tergantung progres dari sesi tersebut."

Meski begitu, ada juga kendala ditemuinya selama memberikan latihan. Terutama dari segi komunikasi, karena untuk mencoba menjelaskan hal-hal yang lebih spesifik, kadang harus menghabiskan waktu lebih banyak untuk memikirkan dan menjelaskan yang diinginkan dalam bahasa Mandarin.

Di Taiwan sendiri, lanjutnya, meski sepakbola belum setua keberadaannya dibandingkan dengan Indonesia, namun perkembangannya sangat maju. Banyak sekolah di Taiwan yang mengadakan  ekstra kulikuler sepakbola di sekolah, mulai banyak dibukanya Sekolah Sepak Bola dan juga banyak bimbingan sepak bola yang dikasih untuk anak kecil.

"Dari sepakbola banyak hal yang bisa dipelajari, menjadi bahan perenungan dan mewarnai perjalanan hidup seseorang," tegas Gerald. ***

     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun