Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Delapan Tersangka Match Fixing Liga 2 2018, PSSI Berani Beri Sanksi Klub yang Terlibat?

19 Oktober 2023   06:32 Diperbarui: 19 Oktober 2023   06:37 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PSS Sleman menjadi juara Liga 2 2018 dan promosi ke Liga 1 2019. (Foto : IG PSS Sleman)

Ditentukannya delapan orang sebagai tersangka praktik suap di Liga 2 2018 merupakan gebrakan terbaru dari Satgas Anti Mafia Sepakbola. Namun, kasus yang ada sebenarnya cerita lama karena pada 2018 dan 2019 sudah heboh, lalu padam dan kini menyala kembali.

Pernyataan tentang para tersangka itu disampaikan oleh Satgas dalam dua kesempatan. 

Pertama enam tersangka pada 27 September 2023, yang terdiri dari empat perangkat pertandingan yakni R sebagai wasit utama, E (asisten wasit satu), R (Asisten wasit dua) dan A selaku wasit cadangan. Kemudian K sebagai perantara klub dengan wasit dan kurir pengantar uang berinisial A.

"Dalam pemantauan itu terdapat wasit yang terindikasi melakukan atau terlibat dalam match fixing pada pertandingan Liga 2 antara Klub 'x' melawan Klub 'y' pada November 2018 (cetak tebal dari penulis)," ujar Asep dalam konferensi pers, Rabu, 27 September 2023.

Dua minggu kemudian Satgas menambah dua tersangka lagi yakni VW dan DR pada 12 Oktober 2023.

Menurut Ketua Satgas Anti Mafia Bola Irjen Pol Asep Edi Suheri, DR adalah penyandang dana, yang memberi uang kepada VW agar melobi perangkat pertandingan untuk memenangkan klub Y.

Satgas sudah memeriksa 15 saksi dalam kasus pengaturan skor tersebut. Mereka yang diperiksa diantaranya pihak klub, wasit, pengawas pertandingan, pihak hotel, pegawai hotel, penyelenggara pertandingan hingga Komdis PSSI.

 Tak hanya itu, penyidik juga telah meminta keterangan dari enam ahli pidana.

Asep menekankan, proses penegakan hukum ini sendiri hasil dari sinergitas antara Polri dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Induk organisasi sepakbola tanah air itu menyampaikan laporan dari Sport Radar Intelligence and Investigation dari FIFA yang diserahkan pada tanggal 24 Juni 2023.

Dari rangkaian tersebut, ditemukan fakta modus operandi yang dilakukan untuk melobi perangkat wasit, guna memenangkan pertandingan salah satu klub dengan iming-iming uang.

Pihak klub memberikan uang sebesar Rp100 juta kepada para wasit di hotel tempat menginap dengan maksud agar klub X menang melawan klub Y.

 

Tiga Hal

Match fixing adalah pengaturan pertandingan, sehingga memunculkan skor atau hasil yang diinginkan satu klub.

Tujuan dari match fixing tak lepas dari judi. Bandar maupun petaruh di dunia judi, akan mengatur hasil pertandingan untuk mendapatkan keuntungan.

Terdapat tiga hal yang menarik perhatian dari penyampaian Satgas tentang upaya match fixing tersebut.

Pertama, perangkat pertandingan yang pada 2018 lalu sudah dihukum oleh Komisi Wasit kini menjadi tersangka. Dalam arti, aspek pidana dikenakan kepada mereka.

Kedua, Satgas dengan jelas mengatakan klub yang terlibat dalam match fixing itu saat ini masih berlaga di Liga 1.

Meski tidak menyebut secara eksplisit nama klub itu, kita mengetahui ada tiga klub Liga 2 yang mampu promosi ke Liga 1 yakni PSS Sleman, Kalteng Putra dan Semen Padang. Dari ketiganya, hanya PSS Sleman yang mampu bertahan hingga saat ini. Kalteng Putra dan Semen berlaga di Liga 2 setelah mengalami degradasi pada kompetisi Liga 1 2019.

 Adanya pengakuan klub bahwa mereka sudah menggelontorkan Rp 1 miliar untuk para wasit dalam beberapa pertandingan, akankah mereka diseret ke meja hijau dan mendapat sanksi berat dari PSSI?.

Jika klub mengatakan tidak tahu menahu soal pengaturan pertandingan, dengan alasan itu dilakukan secara pribadi oleh oknum manajemen, berarti individu yang akan dihukum. Namun, seperti dinyatakan oleh Satgas, klub mengakui menggelontorkan hingga Rp 1 miliar.

PSS Sleman menjadi juara Liga 2 2018 dan promosi ke Liga 1 2019. (Foto : IG PSS Sleman)
PSS Sleman menjadi juara Liga 2 2018 dan promosi ke Liga 1 2019. (Foto : IG PSS Sleman)

Offside

Menelusuri jadwal kompetisi, pertandingan yang menjadi sorotan saat itu adalah PSS Sleman melawan Madura FC pada 6 November 2018 di babak delapan besar Liga 2 yang berlangsung di Stadion Maguwoharjo, Sleman.

Laga itu dipimpin oleh Reza Pahlevi (wasit), Agung Setyawan (wasit cadangan), Tengku Khairuddin (asisten wasit 1), dan Rastawi (asisten wasit 2). Empat nama ini cocok dengan inisial wasit yang diumumkan Satgas Anti Mafia Bola.

Dalam pertandingan itu, terdapat dua kejanggalan. Saat itu, di menit ke-72 wasit utama Reza Pahlevi mengalami "cedera", sehingga harus digantikan oleh Agung Setyawan sebagai wasit cadangan.

Hal ini terasa janggal karena sangat jarang wasit utama menderita cedera dan akhirnya harus diganti.

Kejanggalan kedua terjadi di injury time, tepatnya di menit ke 81 saat wasit Agung Setyawan mengesahkan gol yang terjadi akibat bunuh diri pemain Madura United, Chairul Rifan. Padahal dalam tayangan ulang, terlihat jelas pemain PSS, Ilhamul Irhas berada dalam posisi offside, sebelum melepaskan umpan yang mengakibatkan terciptanya gol bunuh diri.

Asisten wasit tidak mengangkat bendera offside saat pemain PSS yakni Ilhamul Irhas sudah berada dalam posisi offside saat menerima bola dari rekannya, sebelum melepaskan umpan silang yang melahirkan gol bunuh diri pemain belakang Madura FC, Chairul Rifan.

Bahkan anggota Komite Wasit PSSI, Purwanto sangat geram melihat kinerja seluruh perangkat pertandingan PSS vs Madura FC. Dia langsung mengambil keputusan untuk mengistirahatkan seluruh wasit yang bertugas di laga tersebut.

"Saya lihat sendiri di video pertandingan, bahwa itu adalah kesalahan wasit. Jelas, posisi pemain PSS itu offside, seharusnya wasit bisa langsung mengambil keputusan tanpa harus menunggu asisten wasit," ujar Purwanto.

Semua Tahu

Dua tersangka yakni VW dan DR menarik untuk dicermati. Meski Satgas hanya memberikan inisitial, yang banyak media juga memberikan tanpa menyebut nama lengkap, namun bagi mereka yang berkecimpung di sepakbola tidaklah asing, terutama VW. Istilahnya "semua tahu siapa VW."

VW adalah Vigit Waluyo, yang namanya mencuat ke publik sebagai pengatur skor setelah disebut oleh Bambang Suryo pada acara Mata Najwa PSSI Bisa Apa Jilid 1, 28 November 2018.

Vigit sendiri belum pernah ditangkap sebagai tersangka match fixing, meski oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI ia sudah dijatuhi hukuman dilarang seumur hidup beraktivitas di sepakbola Indonesia..

Sanksi terhadap VW sebagai pengelola PS Mojokerto Putra itu disampaikan oleh Ketua Komdis PSSI Asep Edwin di Kuningan, Jakarta Selatan, 8 Januari 2019.

DR adalah Dewanto Rahadmoyo, yang pada musim kompetisi Liga 2 2018 menjabat sebagai asisten manajer PSS Sleman. DR lalu menjadi manajer PSS Sleman pada tahun 2022. Ia digantikan oleh Gustavo Lopez yang pernah menjabat sebagai Direktur Teknik Persela Lamongan.

DR sendiri pernah diperiksa Satgas  Anti Mafia Bola pada 4 April 2019 bersama Soekeno (CEO klub), Seto Nurdiantoro (pelatih), dan Sismantoro (manajer).

Seto juga merupakan kakak ipar DR. Sedangkan Sismantoro menjadi manajer PSS Sleman 2018 saat berhasil promosi ke Liga 1.

Sebelumnya, PSSi telah menghukum anggota komite eksekutif (Exco) Hidayat, yang disebut terlibat dalam pengaturan skor PSS Sleman dengan Madura FC, dengan sanksi larangan beraktivitas selama dalam sepakbola Indonesia selama tiga tahun, larangan dua tahun masuk stadion, dan denda Rp 150 juta.

VW sendiri pernah mengungkapkan bagaimana praktek pengaturan skor di Liga 2 yang ditanganinya. Keterangan itu disampaikannya usai menjalani pemeriksaan di Polda Jawa Timur, 24 Januari 2019.

Mantan manajer Deltras Sidoarjo itu juga menyebut nama-nama klub yang biasa meminta bantuannya untuk mengatur pertandingan di Liga 2 Indonesia. Ada tiga klub yang biasa meminta bantuannya untuk memenangkan pertandingan. Ketiganya adalah PSMP Mojokerto Putra, PSS Seleman, dan Kalteng Putra.

Vigit mengaku, dirinya tidak pernah terlibat dalam pertandingan di Liga 1 Indonesia. Menurutnya, dia hanya terlibat pada pertandingan-pertandingan di Liga 2 Indonesia saja, yaitu dengan ketiga klub tersebut. Itu pun, kata dia, hanya melakukan pengaturan pada pertandingan kandang saja.

"Dalam membantu memenangkan pertandingan, kami hanya bermain di home. Enggak pernah bermain di away," ujar Vigit.

Khusus PSS Sleman, menurut Vigit, ada oknum di PSSI yang melindungi agar prestasi klub asal Kabupaten Sleman, DIY itu terus terjaga. "Memang itu sudah ada dalam permainan itu beberapa oknum PSSI melindungi (PSS Seleman) agar prestasi tim terjaga baik," kata Vigit.

Menarik untuk dinantikan, apakah para perangkat pertandingan, VW dan DR akan diajukan ke meja hijau seperti halnya Dwi Irianto alias Mbah Putih, Nurul Safarid dan Mansyur Lestaluhu yang menjadi tahanan di Rutan Kelas II Banjarnegara pada 2019. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun