politik tak kalah serunya, bahkan bisa melebihi, dunia artis.
Menyandang sebutan selebriti tidaklah menjadi jaminan akan mendapatkan karpet merah saat memulai berkarier sebagai politisi. Pertarungan di dalam duniaBisa jadi tidak semuanya mengalami kerikil tajam seperti itu. Namun, hal pertama yang diterima saat mulai melangkahkan kakinya ke dunia politik adalah dipandang sebelah mata, diremehkan.
Maka menjadi tidak mudah untuk melenggang ke Senayan. Seperti dikatakan oleh Nurul Arifin, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Golkar. saat berbicara dalam diskusi "Potensi Caleg Artis dan Influencer" di Pilpres 2024 di DPR, Selasa, 27 Juni 2023.
"Kalau jadi artis yang tidak enaknya adalah masuk partai pertama-tama kita itu kayak underestimate, pasti ya pasti itu," kata Nurul, artis senior yang sudah membintangi puluhan film layar lebar dan sinetron.
"Kemudian sepertinya ada gesture yang melecehkan, mungkin juga secara verbal soft ya, ada seperti itu," tambahnya.
Di mata pengamat pun, kehadiran aktris sebagai caleg juga diremehkan. Ada yang berpendapat, kemampuan aktris di dunia film, tarik suara atau melawak memang baik. Tapi kapasitas sebagai seorang politisi atau legislator, mungkin kurang memadai. Karena menjadi anggota legislatif tidak instan."
Munculnya public figure juga dianggap hanya sebagai suatu strategi vote getter dari partai politik pengusung untuk memanfaatkan ketenaran dan panggung politik.
Tren seperti ini sudah berlangsung sejak 2004 atau ketika pemilu langsung diberlakukan. Dimana kursi anggota DPR yang diperebutkan semakin banyak, sementara persaingan jadi lebih ketat bersamaan dengan kian bertambahnya partai politik.
Demi meraup kursi atau suara lebih besar, pertimbangan populer jadi modal utama bagi caleg agar dipilih. Di sinilah akhirnya tuntutan atas kehadiran pesohor makin tinggi.
Meski begitu, partai politik tentu sudah berhitung saat menyertakan aktris sebagai caleg, karena masing-masing punya nama di mata masyarakat. Nama yang menjadi modal mendapatkan perhatian dan suara para pemilih.
Walaupun tidak ada jaminan tersendiri untuk hasil yang selalu signifikan dengan popularitas atas pencapaian suara.
Salah satu parpol yang mengusung banyak aktris adalah PDI Perjuangan. Partai berlambang moncong banteng itu mencalonkan 13 publik figure. Mulai dari penyanyi Once Mekel, Marcell Siahaan, Sari Yok Koeswoyo, Andre Hehanusa, lalu komedian Deni Cagur, seniman Taufik Hidayat Udjo, pembawa acara Tamara Geraldine, dan Lucky Perdana.
Ada pula politisi petahana yang juga artis yakni Krisdayanti, Rieke Diah Pitaloka, Harvey Malaihollo, Junico Siahaan.dan Rano Karno.
Proses Panjang
Salah satu aktris yang diusung PDIP adalah Sari Yok Koeswoyo, mantan penyanyi cilik yang begitu terkenal di masanya. Puteri Yok Koeswoyo, bassit Koes Plus ini kembali berjuang meraih satu kursi ke Senayan.
"Saya berproses panjang sekali, mungkin sekitar 10 tahun, sampai akhirnya memutuskan menceburkan diri ke dunia politik praktis," kata Sari saat berbincang belum lama ini.
Memilih PDI Perjuangan, baginya sebagai jalan untuk mewujudkan visi, karena menganggap partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu membawa aspirasi "wong cilik".
Mantan penyanyi cilik yang dilahirkan di Jakarta pada 20 Agustus 1968 ini ditempatkan di daerah pemilihan Jawa Timur IX (Bojonegoro dan Tuban). Menurut Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, keluarga Koeswoyo sudah tidak asing lagi bagi Masyarakat Jawa Timur, terutama di Kabupaten Tuban.
Tentunya, partai berlambang banteng itu berharap ketenaran Koes Plus yang tak lekang ditelan jaman itu bisa membantu popularitas dan perolehan suara Sari.
Bukan Tim HoreÂ
Sari sendiri bukan tidak mendengar adanya sikap meremehkan terhadap aktris yang terjun ke dunia politik. Itu hal yang bisa dimaklumi, karena memang terlihat banyak parpol yang "memilih" artis tanpa berpikir kemampuan mereka.
"Tapi tidak semua parpol memilih artis atau seniman semata hanya untuk mendulang suara," kata Sari yang pernah menjadi idola sebagai penyanyi cilik bersama sepupunya, Chicha Koeswoyo.
Kemudian setelah beranjak dewasa pada tahun 1980-an Sari Yok Koeswoyo beralih pada jenis lagu remaja. Ia sempat mengeluarkan album seperti Malu-malu Mau, dilanjutkan dengan album Genit Akh Kamu, Sweet Bali, dan Pilih yang Mana. Â
Soal kemampuan aktris yang dianggap kurang memadai sebagai politisi, atau yang berkaitan dengan kerja legislasi, Sari melihatnya wajar saja jika ada pendapat seperti itu. Â
"Ini kembali lagi pada pilihan parpol bukan? Bisa saja yang dipilih parpol memang bukan yang punya kemampuan, tapi yang 'penurut'. Tetapi sudah banyak contoh artis atau seniman dari beberapa parpol memang mumpuni, menjadi anggota legislatif dan menunjukan kemampuannya sebagai politisi dan kerja legislatif," ujar perempuan yang memiliki tiga cucu dan tetap cantik di usianya yang 53 tahun.
Bagaimana dengan anggapan bahwa munculnya artis sebagai caleg akan melahirkan politisi instan, padahal banyak yang sudah menjadi kader bertahun-tahun?
Sari yang pernah membintangi film layar lebar tahun "Galih dan Ratna" (2017) dan "Asal Kau Bahagia" balik bertanya, benarkah itu merupakan langkah instan?
" Apa sih instan? Seduh air panas jadi kopi late? Proses kopi dari pohon ke keranjang pak tani, lalu di tikar jemuran, lalu mesin penggiling dan seterusnya dan seterusnya, itu proses bukan? Saya rasa perlu dilihat siapakah si artis ini. Kalau memang cuma tim hore, maka horelah mereka, begitu kan?."
Sari sendiri merasa meski sudah cukup lama menjadi kader, bahkan dicalonkan sebagai anggota legislatif 2019, namun ia merasa pengalamannya belum banyak.
"Pengalaman saya belum banyak, masih terus belajar, mendengar, untuk mengabdi itu tidak mudah," katanya.
Gagasan apa yang dibawanya untuk mengarungi pemilihan yang tentu tidak mudah pada 2024 mendatang?
"Hal-hal yang akan dilaksanakan, bukan sekedar dikampanyekan. Jangan mimpi saya, jangan gagasan saya, apa yang diinginkan rakyat, masyarakat dan konstituen dapil. Nyaris klise memang."
Meski ia mengatakan klise, namun pengalamannya sebagai calon dan pernah mengalami kegagalan pada 2019 membuatnya siap bertarung memperebutkan kursi ke Senayan. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H