Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Ketakutan Berbisnis, Nyaman dalam Ketidaknyamanan

9 Maret 2023   01:58 Diperbarui: 9 Maret 2023   02:06 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi Coaching Clinic di I Love Food Bazaar (Foto : Bareca Media & Training)

Acara
Acara "I Love Food Bazaar" dengan mentor Petrus Gandamana (Foto : Barca Media & Training)
"Yang penting jalan dulu aja. Kalau kita tidak pernah mencoba, maka tak akan pernah tahu hasilnya. Jualan aja dulu, pikiran kita didesain untuk menghindari sesuatu hal yang baru. Jangan tunggu nanti, kalau bisa coba sejak sekarang," kata Jeffry

Dalam merintis sebuah bisnis, tambahnya, memang tidak langsung membuahkan hasil yang manis. Namun bila dalam pikiran para pemula adalah dominasi bayangan kegagalan, maka usahanya pun tak akan pernah dijalani.


Mismanajemen Usaha Kecil

Perkara ketakutan dalam memulai atau menjalan bisnis juga ditemui oleh Ir.Petrus Gandamana, mentor usaha startup kuliner dan teknikal F&B. Dalam suatu sesi Coaching Clinic yang diselenggarakan Team BARECA di awal Februari 2023 lalu pada kegiatan I Love Food Bazaar di Pusat Perbelanjaan elit Plaza Indonesia Jakarta Pusat, ada seorang peserta bertanya kepadanya : Bagaimana mengelola usaha mikro yang manajemennya morat-marit karena semua dia tangani sendiri.

Konsumennya banyak, tapi tak sanggup dia layani. Produknya berupa cemilan yang dia buat sendiri, dan juga ada produk dari teman dan tetangga yang dititipkan pada dia, karena tahu usaha dia ramai pembeli.

Petrus lalu bertanya mengapa semua dia kerjakan sendiri? Dijawabnya kalau dia merekrut karyawan dia merasa takut kalau nanti usahanya sepi maka dia tidak sanggup menggajinya. Dari jawaban itu bisa dipahami bahwa hampir sebagian besar pengusaha dihantui oleh ketakutan, yang sering tidak beralasan atau secara logika mungkin benar, namun mungkin juga tidak. Mengapa?

"Pertama saya berikan pemahaman kepada sang pengusaha, katakanlah namanya Ibu Sinta, bahwa saat kita menjalankan usaha ada pilihan : menjual produk dalam jumlah banyak namun labanya tipis, maka volume penjualan harus tinggi agar tercapai target laba yang ditetapkan dan menutup biaya operasional untuk melaksanakan target penjualan yang tinggi volumenya."

Pilihan kedua adalah menjual produk yang tebal laba marjinnya, namun konsekuensinya mungkin volume tidak besar, yang bagi sebagian orang dianggap demikian, karena jumlah pasarnya lebih sedikit daripada produk yang dijual dengan marjin laba tipis.

"Pada pilihan jenis ini produk harus memiliki nilai yang tinggi dan unik, sehingga pembeli yang bersedia membayar dengan harga tinggi, merasa sepadan atau merasa dirinya spesial karena mendapatkan produk yang tidak dibeli kebanyakan orang," Petrus menjelaskan.

Menurut Petrus yang pendiri BARECA Media & Training, untuk bisa memilih kedua pilihan tersebut, tentu harus melihat kemampuan dan kondisi kita. Mulai dari kemampuan diri sanggup mengelola pasar yang mana, alat kerja dan sarana produksi yang dimiliki, juga adanya tim produksi dan pemasaran serta penjualan, yang sanggup berkomitmen dan kompeten dalam melayani segmen pasar yang mana.

Filosofi bisnis kita dan kepercayaan pada produk kita juga harus seirama dan dipegang teguh untuk melayani target pasar yang dipilih. Setelah meyakini target pasar yang cocok dengan kondisi kita, maka perlu disiapkan suatu perencanaan produksi dan pemasaran (merek, komunikasinya, promosinya, strategi distribusi dan penetapan harganya) serta penjualan (sistem penjualan, promo penjualan, waktu pembayaran, logistik dan portofolio produk).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun