Di hari-hari ini, setelah dua tahun penonton tak bisa hadir di stadion, suara mereka menjadi santapan bathin yang menggetarkan. Piala Presiden menjadi pintu yang terbuka bagi supporter melampiaskan kegembiraannya karena bisa berteriak, bertepuk tangan atau mengibarkan spanduk bagi tim kesayangannya.
Turnamen yang diikuti 18 klub Liga 1 2022/2023 dan dimulai 11 Juni hingga 17 Juli mendatang itu merupakan pemanasan untuk bersiap menghadapi kompetisi 2022/2023 yang direncanakan kick off pada 27 Juli 2022.
Pemain baru, termasuk yang muda dari hasil didikan akademi klub dimainkan. Mereka butuh waktu beradaptasi, apalagi adanya pelatih anyar, agar terajut kerja sama tim.Â
Sponsor pun diperkenalkan oleh beberapa lewat pemasangan logo di jersey. Tentu ada juga yang belum memperkenalkan sponsor barunya, mungkin masih dalam tahap negosiasi dan kick off pun masih sebulan lebih.
Entah luput atau apa, tak banyak yang memperhatikan apalagi mempertanyakan logo yang ada di jersey Persik Kediri, tim yang mampu tampil mengejutkan di kompetisi 2021/2022 lalu, dan bertahan di klasemen 11.
Di bagian depan jersey tim asuhan Javier Roca itu terpampang tiga huruf "AFG" yang menyolok, dan di bawahnya #AthletesForGood. Di atas tulisan AFG ada dua logo apparel DJ Sport dan Persik Kediri.
Pemasangan logo AFG di jersey Persik Kediri itu sudah sedari mengawali pertandingan perdananya di babak penyisihan Grup D Piala Presiden 2022 pada 12 Juni 2022 lalu menghadapi Persikabo 1973. Dalam laga itu Persik Kediri menang lewat gol tunggal yang dicetak striker anyarnya, Joanderson di menit ke-50.
Jersey Persik Kediri itu memang berbeda dengan klub lainnya di Piala Presiden yang menampilkan logo sponsor. Ada yang memenuhi jersey seperti Bali United dan Persib Bandung, ada yang hanya satu dua saja.
AFG di jersey seperti mengingatkan kita pada FC Barcelona yang pada 2006 menjadi sorotan publik saat klub ternama itu memasang logo UNICEF (United Nations Children's Fund) di bagian depan. Bahkan berbeda dengan sponsorship lainnya, justeru pihak Barca "membayar" UNICEF sebesar 1,5 juta pounsterling per tahun sebagai sumbangan terhadap berbagai kegiatan organisasi yang berdiri tahun 1946 itu.
AFG tentu tidak sama dengan UNICEF yang merupakan organisasi resmi PBB, namun keduanya memiliki nafas yang sama: berbuat sesuatu bagi kemanusiaan.
AFG juga bukan identik dengan Persik sebagai sebuah klub, meski ada kemiripan pada sosok Arthur Irawan yang mendirikan AFG di Indonesia tiga tahun lalu. Arthur yang pemain gelandang juga bos Persik Kediri melalui kepemilikan saham mayoritas di klub itu lewat PT Astral Asia Global (PT AAG).
Terlepas dari kepemilikan mayoritas saham itu, menampilkan AFG di jersey Persik Kediri menunjukkan keseriusan dan konsistensi Arthur untuk menggemakan aksi kemanusiaan dari para atlet.
"Saya senang melihat teman-teman atlet sebetulnya sudah banyak yang mulai bergerak untuk membantu sesama. Bentuknya juga beragam, tidak selalu dinilai dengan materi misalnya mereka membantu anak-anak SSB dengan mengisi sesi coaching clinic," tutur Arthur beberapa waktu lalu ketika berbincang dengannya.
Di sesi itu, para pemain bisa memberi motivasi anak-anak untuk jadi pesepak bola profesional dengan membagikan pengalamannya. Mudah-mudahan gerakan dan nilai yang AFG sebarkan bisa menyentuh lebih banyak orang, khususnya di kalangan atlet maupun pecinta olahraga.
Melalui coaching clinic dapat membawa begitu banyak kegembiraan bagi anak-anak kurang mampu. Beberapa dari mereka mungkin menemukan kemampuannya untuk bermain sepak bola. Sementara yang lain hanya mendapatkan pengalaman yang menyenangkan. Keduanya sangat berarti bagi para pemain dan anak-anak.Â
Meski hanya terpampang selama Piala Presiden 2022 Arthur yang pernah menjadi pemain Espanyol B dan Malaga itu percaya apa yang dilakukan AFG akan memberi persepsi baru bagi para pemain untuk berbuat sesuatu bagi lingkungan sekitarnya.Â
Gerakan kemanusiaan dari para atlet seperti sebuah momen yang tidak bisa diuraikan begitu saja. Tak selalu juga diketahui dalam pemberitaan. Aksi yang kadang senyap tapi dilakukan dengan nyata. Tak semuanya diberitakan atau disorot.
Dalam kaitan dengan Persik Kediri, Arthur melihatnya sebagai keterlibatan kedua pihak untuk menaruh perhatian lebih kepada gerakan berbuat baik terhadap sesama. Harapannya semakin orang mengenal AFG maka akan semakin banyak yang tergerak untuk ikut membantu.
"Sepak bola adalah olahraga paling populer di Indonesia saat ini, dan sebagai pemain kami mendapat banyak manfaat dari dukungan komunitas tempat kami bekerja. Menurut pandangan pribadi saya, kami memiliki tanggung jawab untuk memberikan kembali kepada masyarakat dengan cara apa pun yang kami bisa, dan menjadi pengaruh positif bagi komunitas tempat kita berada," ujar Arthur seperti dikutip di laman fifpro.org.Â
Ia merasa sedih melihat anak-anak tidak menerima kebahagiaan yang diberikan oleh sepak bola hanya karena tak punya ruang untuk bermain, atau tidak punya uang membeli sepatu atau bola. Bayangkan banyak potensi yang belum tergali dari berbagai sudut di Indonesia. Mereka mestinya mendapatkan kesempatan untuk bersinar.
"Terkadang kita hanya perlu meluangkan waktu untuk memikirkan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh komunitas di sekitar kita. Bukannya secara otomatis beranggapan bahwa uang akan menyelesaikan setiap masalah," ujar Arthur dengan tegas.
Baginya, juga para atlet dan public figure lainnya yang digandengnya untuk terlibat dalam AFG mampu untuk menginspirasi orang dengan tindakan nyata. Cukup dengan hal-hal sederhana untuk memperhatikan orang lain. Semakin banyak yang terlibat akan semakin baik.
Kolaborasi Arthur dengan pembalap Formula 2, Sean Gelael serta influencer ternama, Awkarin pada 2021 lalu misalnya mampu menghasilkan lebih dari Rp 300 Juta untuk membantu korban bencana alam di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Barat.
"Bagi saya berprestasi tidak hanya bisa dicetak di dalam lapangan saja, tapi juga di luar lapangan dengan membantu mereka yang membutuhkan. Spirit ini yang diharapkan tertanam dan terwujud lewat penampilan AFG di jersey," kata Arthur.
Penampilan logo AFG di jersey Persik Kediri tak pelak menjadi oase kemanusiaan yang diharapkan menular pada tim Liga 1 lainnya untuk membuka ruang dan nafas positif di ladang kemanusiaan. Masyarakat di lingkungan masing-masing klub akan merasakan kehadiran mereka secara nyata.
Berbuat sesuatu dalam gerakan kemanusiaan menjadi pengalaman yang tak cukup diterjemahkan dalam kata-kata. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H