Seto Nurdiantoro akan kembali menjadi pelatih klub berjulukan Super Elang Jawa untuk musim kompetisi 2022.
Ada dua hal yang saat ini sedang dinantikan oleh suporter PSS Sleman. Pertama, PSS mampu meraih poin di sisa 6 laga seri 5 BRI Liga 1 2021/2022 untuk tetap bertahan di kompetisi kasta tertinggi itu. Kedua, apakahWajar saja jika para suporter PSS dalam kondisi was-was. Penampilan skuat yang dilatih oleh I Putu Gede (IPG) sejak seri kedua memang membuat mereka sport jantung. Saat ini PSS masih bercokol di peringkat 12 klasemen sementara dengan raihan 32 poin.
Raihan yang mengecewakan, dan jelas belum aman dari ancaman pesaingnya yang di bawahnya. Ancaman terbesar dari Madura United dengan 27 laga dan perolehan 31 poin. Jika hari ini (7/3/2022) PSS tidak mampu menundukkan Bhayangkara FC (posisi 5) hari ini (Senin, 7/4/2022), apalagi sampai kalah dan Madura meraih kemenangan, posisi PSS makin terancam.
Barito Putra yang di urutan 15 sudah menunjukkan kebangkitannya. Terpelesetnya PSS merupakan peluang bagi Barito, juga Persipura Jayapura (yang masih belum jelas nasibnya soal sanksi akibat tidak datang menghadapi Madura United).
Jika mengacu pada amannya posisi dari jurang degradasi dengan 40 poin misalnya, PSS butuh 8 poin dari 5 laga mendatang.
Selain Bhayangkara,lawan lainnya yang harus dihadapi PSS adalah Persita Tangerang, PSIS Semarang, Persipura dan Persela Lamongan. Dua tim terakhir, Persipura (poisi 16) dan Persela (posisi 16) sedang berusaha keras untuk beranjak dari zona degradasi. Sedangkan PSIS dan Persita tentu ingin mempertahankan posisinya di papan tengah.
Di tengah perjuangan skuat asuhan IPG itu muncul video  Seto Nurdiantoro sedang berada di Omah PSS, kantor PT Putra Sleman Sembada (PT PSS) yang menaungi PSS Sleman. Di  video itu tampak Seto berjalan keluar kantor PT PSS itu bersama dua staf manajemen yang menaungi Super Elja.
Selain itu juga ada foto saat Seto bertemu dengan Direktur Utama PT PSS, Andywardhana Putra bersama Rumadi, Penasihat Tim PSS di sebuah kafe yang belum diketahui kapan waktunya.
Sah-sah saja Seto datang ke Omah PSS, Jumat (4/3/2022) siang itu. Seto pelatih yang berjasa membawa PSS menjuarai Liga 2 2018 untuk melangkah ke Liga 1. Bahkan sebagai pendatang baru, PSS mampu bercokol di peringkat 8 klasemen Liga 1 2019.
Seto juga orang Sleman, wajar saja dia terlihat di Omah PSS. Sesuatu yang pertama kalinya karena sejak lahan itu disewa oleh PT PSS dan karyawan boyongan di awal Desember 2020 Seto belum pernah menginjakkan kakinya.
Tak ada yang salah dengan itu. Begitu juga jika Direksi PT PSS dengan Penasihat Tim atau Dewan Penasihat mau ngopi dengan Seto untuk sekedar berbincang. Tapi apakah tidak ada tempat untuk ngopi, toh Sleman punya puluhan kafe atau hotel yang bagus.
Namun dari foto yang ada tak tampak satu cangkir pun kopi.
Seto tak lagi mendapat perpanjangan kontrak pada Januari 2020 semasa PSS masih dipimpin oleh Soekeno yang CEO PT PSS dan pemilik saham mayoritas. Hingga kini belum diketahui secara pasti apa penyebab Seto didepak dari PSS, apakah soal kenaikan gaji yang diajukannya atau factor lain.
Pengganti Seto kemudian adalah Eduardo yang mantan aissten Luis Mila, yang hanya seumur jagung saja dan kemudian di tengah terhentinya kompetisi akibat Covid-19 muncullah Dejan Antonic sebagai coach baru PSS.
Seto yang mantan pemain timnas Indonesia begitu dicintai oleh suporter. Selain torehan prestasinya menukangi PSS, hasil jeblok di era Dejan Antonic makin menguatkan gaung kembalinya Seto yang saat itu menjadi pelatih PSIM Yogyakarta, klub Liga 2 yang belum beruntung naik ke Liga 1.
Foto itu, Seto berbincang dengan Rumadi disaksikan oleh Andywardhana, berbicara banyak. PT PSS sendiri sampai saat tulisan ini dibuat belum memberikan pernyataan apapun. Meninggalkan tanda tanya, sekaligus juga merugikan tim secara keseluruhan.
Andai Seto sudah dikontrak untuk menukangi PSS Sleman musim 2022 mendatang, itu hal yang wajar saja. Hal yang menggembirakan bagi suporter.
PSS butuh sentuhan pelatih asal Kalasan itu. Seto pun juga ingin kembali menangani klub Liga 1, menorehkan guratan yang bagus seperti 2019 lalu.
Namun, keputusan untuk menyajikan foto dan video meski jelas tidak akan diakui oleh manajemen PSS jelas tidak elok. Disajikan saat IPG dan tim pelatih sedang berjuang berat untuk membuat PSS tetap bertahan di Liga 1.
Bagaimana perasaan IPG saat ia berupaya keras, dengan hasil yang diharapkan membuat PSS tak kembali ke Liga 2, lalu muncul foto yang seperti vonis baginya untuk tidak lagi menangani PSS musim depan.
Melihat apa yang terjadi, rasanya apa yang pernah dikatakan Jose Maurinho kepada Jornal de Noticias setelah ia berhenti menjadi pelatih Real Madrid.
"Menjadi makin, dan makin sulit bagi sebuah grup untuk bekerja bersama-sama. Banyak nilai telah sirna, pendidikan dan profesionalisme menjadi buruk bahkan makin buruk," ujar Mou.
Menurut Pelatih asal Portugal itu : "Ini masalah masyarakat sekarang ini, secara khusus sepak bola - kurang bekerja dalam grup, lebih memilih bekerja secara sendiri-sendiri." Â
Sepakbola pada esensinya bukanlah sekedar bermain selama 90 menit dengan berbagai drama di lapangan. Filsuf Prancis, Albert Camus percaya bahwa sepak bola bisa merefleksikan realitas kehidupan.
Camus mengaku dibantu olah raga, terutama sepakbola dalam memahami moralitas dan tanggung jawab sebagai umat manusia. Pada akhirnya bukan hanya sekadar permainan menggiring bola, tetapi juga media untuk merenungkan kembali moralitas manusia sebagai insan berhati dan berpikir.
Sebuah foto itu telah menunjukkan realitas yang ada. Menjadi renungan dimana etika itu berada dalam sebuah pertarungan dan ambisi. Apakah etika itu tertutup rapat di saku mereka yang merasa punya duit lebih dan menjadi penguasa untuk menentukan ada tidaknya seseorang. Sosok yang dirasa sudah dihargai dengan angka dalam kontrak kerja, tanpa perlu adanya etika menyertainya.
Semestinya jika itu terjadi di Sleman, apa yang ada dalam semboyan dalam SEMBADA terutama E-ya (Elok dan Edi) menjadi dasar segala tindakan. Edi yang bermakna aspek keindahan sebagai hasil rekayasa manusia bisa diterapkan. "Edi" yang ada dari penyebaran foto itu sama sekali tidak menampakkan keindahan, tapi kedangkalan.
Sayang sekali.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H