Rasanya aneh jika masalah penerapan semi bubble di seri ke-4 Liga 1 jadi salah satu penyebab utama. Mau semi atau tidak sistem  yang diterapkan, penerapan prokes mestinya hal yang mutlak dijalankan dengan segala resikonya.
Melalui media online dan media sosial bisa diketahu pemain-pemain dengan mudahnya ditemui di jalanan Pulau Dewata, khususnya di Kawasan Kuta dan sekitarnya. Mereka bebas berlalu lalang, ada yang bertemu fans dan berfoto Bersama. Tanpa memikirkan apakah yang mereka lakukan sudah benar atau tidak.
Tak hanya itu, ada juga yang kedapatan berkunjung ke beach club di Kawasan Canggu, Pantai, Melasti, dan sebagainya. Dari pantauan juga hotel tempat mereka menginap selama di Bali, masih dihuni oleh wisatawan atau orang lain.
Maka, menjadi pertanyaan besar, apakah positifnya 62 pemain itu bukannya jadi tanggungjawab klub yang jelas lalai atau kurang tegas menjalan prokes?. Pemain tentu tak bisa berjalan-jalan berama keluarga atau teman jika tak mendapatkan ijin. Ataukah mereka memang bebas melenggang tanpa perlu ijin?
Jika hal itu memang terjadi karena kelalaian klub, sepatutnya PT LIB memberikan sanksi. Hal ini agar menjadi pelajaran dan memberikan efek jera. Pembiaran tanpa ada tindakan pada akhirnya akan menyudutkan LIB dan PSSI, dengan dampak dilarangnya kompetisi 2022 mendatang. Kembalilah era gelap sepakbola kita.
Entah jika PSSI dan LIB memang tidak berani tegas, dan nasib kompetisi mendatang dipertaruhkan. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H