Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kegelisahan Nurhayati dan Cermin Sepak Bola Putri

1 Februari 2022   17:22 Diperbarui: 2 Februari 2022   18:30 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nurhayati saat berseragam timnas putri. (Foto : Koleksi Nurhayati)

Suatu sore di sebuah lapangan dekat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Di luar lapangan, sekitar 20 orang tua saling ngobrol, kebanyakan ibu-ibu. Mereka menunggu anak-anaknya yang sedang berlatih, bergabung di sebuah SSB yang menjamur di Yogyakarta.

Itu merupakan pemandangan biasa hampir setiap hari di sudut-sudut Yogya. Bisa jadi juga di daerah lain yang anak kecil dan remaja suka bermain bola. Bermimpi menjadi pemain profesional, memperkuat PSS Sleman atau PSIM Yogyakarta.

Tak berapa lama, beberapa cewek yang membawa tas. Mereka menuju ke sisi lapangan lain, mengganti sepatu lalu berlari-lari ringan. Pemain lainnya juga berdatangan. Mereka lalu berlatih tanding menghadapi pemain putra lainnya yang sedang berlatih.

Itu semua terjadi pada 2020 lalu, sebelum pandemi Covid-9 menjadi hantu yang mematikan kehidupan sepakbola putri dengan tak adanya kompetisi selama dua tahun. 

Kompetisi putri pertama dan terakhir pada 2019 yang diawali dengan pembukaan di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Kompetisi yang menyulut gairah para remaja putri untuk menekuni sepakbola.

"Saya dan teman-teman tetap berlatih meski PSSI sudah mengatakan tak ada kompetisi tahun ini. Entah tahun depan. Kami tetap harus menjaga kondisi, tak boleh berhenti berlatih dan berharap," kata Nurhayati saat itu. Ia merupakan salah satu andalan tim nasional puteri, berposisi sebagai gelandang serang.

Ia juga menjadi bagian dari timnas putri ketika Indonesia melaju ke putaran final Piala Asia Wanita 2022 setelah mengalahkan Singapura. Namun Nurhayati harus menghadapi kenyataan pahit yang selalu dihindari oleh pesepakbola manapun : cedera. Pulang dari Tajizkistan ia langsung terbaring di meja operasi.

"Cedera lutut membuat saya tidak berangkat ke India. Alhamdulilah sekarang sudah ada perkembangan lebih baik," ujar gadis asal Asahan, Sumatra Utara itu saat berbincang beberapa waktu lalu. Nur, panggilan akrabnya berharap Mei mendatang sudah bisa mulai berlatih lagi.

Meski tak memperkuat timnas putri, Nur setiap hari terus mengikuti perjalanan rekan-rekannya. Ia merasa sedih dan bangga dengan apa yang sudah terjadi dalam final Piala Asia Wanita 2022 di India.

"Ya intinya bangga dengan perjuangan teman2 yang pantang menyerah masalah hasilnya buat pelajaran bagi kita untuk lebih baik kedepannya," komentar Nur yang terpilih sebagai pemain terbaik Liga Futsal Nusantara tahun 2018.

Di laga pertamanya, Indonesia dihancurkan Australia dengan 18 gol tanpa balas di Mumbai Football Arena, Mumbai, India. Para pemain Indonesia lalu mendapat cibiran usai berfoto Bersama dengan Sam Kerr, sapaan akrab Samantha, yang runner-up The Best FIFA Women's Player 2021, Menghadapi Indonesia, Sam Kerr mencetak lima gol.

Sam Kerr --sapaan akrab Samantha-- adalah salah satu pesepak bola putri terbaik di dunia saat ini. Dia dinobatkan sebagai runner-up The Best FIFA Women's Player 2021 pada Selasa (18/1/2022).

Momen yang kemudian diunggah di akun  Twitter timnas putri Australia, @TheMatildas pada Sabtu (22/1/2022) pagi WIB itu langsung mengundang cibiran netizen Indonesia. "Kalah telak kok tertawa-tawa begitu,"begitu antara lain komentar menyakitkan yang muncul.

Nur tak mau mengomentari cibiran itu. Baginya proses latihan yang keras itu pasti ada, dan hanya tim yang merasakan prosesnya.

Para pemain timnas puteri Indonesia saat berfoto bersama Sam Kerr (Foto : Twitter @The Matildas)
Para pemain timnas puteri Indonesia saat berfoto bersama Sam Kerr (Foto : Twitter @The Matildas)
"Sejujurnya saya kecewa juga dengan kejadian itu, namun sikap sinis dari netizen bisa menjadi cambbuk buat kami untuk menjadi lebih lagi.  Kalau masalah foto bareng timnas Australia bagi saya gak masalah. Kita kan main bola kebetulan itu mungkin idola jadi gak papa kan sekedar foto bisa buat kenang-kenangan", ucap Nur.

Meski begitu gelandang yang pernah memperkuat PSS Sleman Putri itu mempertanyakan, apakah hanya timnas putri saja yang merasa malu dan kecewa atas kekalahan itu? Bukiankah semestinya kita semua bercermin dari situ, bahwa kekalahan dari Australia, Thailand dan Philipina semestinya menampar diri sendiri karena tak adanya kompetisi.

Tak adanya kompetisi bagi Nur sangat berpengaruh pada pada perkembangan timnas putri.

"Dari mana timnas putri bisa bagus dalam segi permainan kalau kompetisi saja tidak ada. Bagaimana pelatih atau pengamat bisa menilai mana pemain yang layak dipanggil timnas karena menurut saya timnas yang bagus disebabkan karena liganya yang tertata rapi dan bagus juga," kata Nur yang optimis kompetisi kembali bergulir.

Kegelisahan Nurhayati tak adanya kompetisi, yang membuat timnas putri Indonesia harus terjuangkal dengan kekalahan luar biasa di Final Piala Asia 2022 adalah kegelisahan kita semua. Entah bagaimana PSSI bersikap. Akankah tetap menutup mata bahwa kekalahan mengenaskan dari timnas putri sebenarnya cermin wajah mereka sendiri yang tak becus menggelar kompetisi liga putri. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun