Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hidangan Kehidupan di "Meja 17"

19 Juli 2021   01:06 Diperbarui: 19 Juli 2021   01:40 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal itu bisa dilihat pada salah satu cerita yang menarik minat saya yakni "Menyamak Babi". Di situ ditampilkan dua tokoh yang merupakan sahaba bernama "Or" dan "Ang". "Or' seorang penulis, sedangkan "Ang" adalah politisi.

Keduanya saling melengkapi. Sebagai tokoh politik "Ang" membutuhkan pemikiran "Or" lewat tulisan-tulisannya. Jelas keduanya punya dunia berlainan. "Ang" butuh publikasi dan simpati masyarakat yang akan dan telah memilihnya.Sedangkan "Or" mencoba menyajikan analisa terkait dengan situasi politik terbaru.

Namun, perbedaan itu menghilang saat keduanya pulang ke rumah. Mereka menjadi babi, sehingga nama merekapun berganti : Or mendi "Ba", dan Ang dipanggil "Bi". Keduanya juga berkubang dan makan di tempat yang sama.

Namun hubungan mereka retak ketika terjadi penggusuran pemukuman kumuh di Gang Serabut, yang akan diubah menjadi mall. "Or" menentang hal itu, tindakan yang dilakukan oleh "Ang" untuk meraup keuntungan jutaan ringgit. "Or" menuliskan keberpihakannya kepada kaum miskin itu di meja 17.

Konflik dua sahabat itu makin meruncing. Saat berdebat di Meja "Or" sampai menggebrak meja. "Ang" juga tak mau kalah, karena merasa di dunia politik yang ada adalah "Membunuh atau dibunuh."

Akhirnya keadaan semakin tak terkendali. "Or" merasa jijik dengan perbuatan sahabatnya yang tega melenyapkan perempuan simpanannya sendiri. Mayat perempuan itu ditemukan terapung di sungai di sisi kota dalam keadaan  yang amat mengenaskan.

Prof.Irwan memberikan ending menawan dalam cerita itu. "Or" sudah tidak berubah menjadi babi lagi saat masuk ke dalam rumah, sedangkan Ang selamanya menjadi babi walaupun di luar rumah.


Dimensi Luas

Irwan Abu Bakar saat menyerahkan novel dokpri
Irwan Abu Bakar saat menyerahkan novel dokpri
Meskipun novel anti plot itu ditulis oleh Prof.Irwan hampir sepuluh tahun lalu, namun kesemuanya memiliki dimensi yang lebih luas dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Realita yang gamblang di depan mata untuk dikunyah dengan pahit, atau sekedar bisik-bisik di sudut kedai sambil menikmati teh tarik.

Hal ini tak terlepas dari kedalaman berpikir seorang Prof.Irwan. Setiap persoalan bisa ia sajikan dengan menarik, tanpa kesan menggurui atau hanya sepotong-potong.

"Meja 17" menorehkan sejarah tersendiri menjadi buku sastrawan Malaysia yang diterbitkan dan diedarkan di Indonesia. Ini menjadi silahturami sastra yang patut ditiru penulis Malaysia lainnya. Pembaca di Indonesia akan lebih mengenal nama-nama penulis Malaysia, baik yang sudah terkenal maupun belum di negara serumpun itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun