Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Intan yang Terus Diasah dalam Lagu dan Kasih Sayang

11 Juni 2021   17:49 Diperbarui: 11 Juni 2021   18:20 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaulah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang melucur.
Sang Pemanah mahatahu sasaran bidikan keabadian.
Dia menentangmu dengan kekuasaanNya,
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat. 

(Kutipan puisi Kahlil Gibran, "Anakmu bukan Anakmu") 


Sore itu di sebuah kafe di daerah Sleman, Yogyakarta yang dipenuhi pengunjung. Ada live music dari band lokal, seperti biasa membawakan lagu sebagai hiburan. Usai satu lagu disajikan, seorang gadis kecil melangkah dengan tenangnya ke panggung, berbicara dengan para pemain band.

Pengunjung pun tersita perhatiannya. Banyak yang berbisik, menantikan lagu anak-anak apa yang akan ditampilkan Intan, nama gadis cilik itu. Ia baru berusia 5 tahun, dengan wajahnya yang manis dan sering tersenyum.

Namun para pengunjung merasa surprise ketika Intan dengan suaranya yang merdu dan melengking justeru membawakan lagu populer "Mungkin Hari Ini Esok atau Nanti". Applause pun segera diberikan usai Intan mengakhiri lagu yang dipopulerkan oleh Annet itu.

Bagi Intan, bocah kelahiran Lampung 10 November 2015, keheranan orang terhadap penampilannya bukan hal baru. Sejak di Lampung, kota kelahirannya, ia sudah sering naik panggung diiringi oleh musisi yang dewasa. 

Bahkan di kota gajah itu ia mempunyai fans base "Intan Mooy", nama yang diberikan penggemarnya. Saat Intan manggung, mereka datang membawa banner dan turut bernyanyi bersama.

Menyanyi sejak usia 4 tahun, Intan yang bernama lengkap TIfanny louis Marintan sudah berani naik panggung. Saat itu bersama orangtuanya tinggal di Lampung. Penampilan pertamanya di sebuah kafe di Lampung.

Juara 2 (foto : Ist/ dokpri)
Juara 2 (foto : Ist/ dokpri)
Kurangnya ajang lomba untuk anak-anak, membuat Intan pernah ikut lomba menyanyi dengan masuk kategori umum. Tak lain karena lagu yang dibawakannya masuk kategori pop untuk dewasa. Keikutsertaan yang pertama mengantar Intan yang bercita-cita jadi dokter itu meraih Juara II. Tiga bulan kemudian ikut ajang lomba lainnya, dengan raihan juara Harapan 1.

"Sejak usia 4 tahun sudah terlihat ia suka sekali menyanyi, otodidak, belajar dari Youtube saja. Belum pernah ikut kursus vokal. Bahkan saat tampil tidak pernah berlatih, langsung saja menyanyi begitu mendapatkan kesempatan,"tutur Hendra Leonard. 

Hendra dan isterinya, Ratih Robani tak menampik adanya suara miring tentang tampilnya Intan di berbagai kafe atau tempat yang punya panggung. Mereka tetap berusaha mengikuti hobi puteri semata wayang itu, tanpa melupakan faktor pendidikannya. Intan sendiri masih jadi siswi salah satu TK swasta di Lampung.

"Ini bukan eksploitasi anak. Sebagai orangtua, kami hanya ingin menyalurkan hobi anak untuk menyanyi di panggung," kata Hendra yang kini bekerja di sebuah perusahaan swasta di Sleman.

Kuatnya keinginan Intan untuk menyanyi juga cukup membuat kewalahan orangtuanya. Meski begitu mereka berusaha memenuhi keinginan Intan yang juga suka bermain sepakbola itu.

"Jika 4 hari dalam seminggu tidak menyanyi di panggung, Intan uring-uringan. Ngambek, mogok makan. Lalu jika sudah di kafe, dan tidak diijinkan menyanyi, dia bisa menangis sejadi-jadinya," jelas Hendra sambil tertawa. Melihat anaknya seperti, biasanya Hendra membawanya ke kafe agar dia dapat menyanyi. 

Para penggemarnya di Lampung (Foto : Ist/dokpri)
Para penggemarnya di Lampung (Foto : Ist/dokpri)
Menyinggung soal anaknya lebih suka membawakan lagu dewasa ketimbang anak-anak seperti usianya, Intan hanya tersenyum. Hendra menjelaskan, lingkungan yang ada kebanyakan musisi dewasa. Jadi ketika mau menyanyikan lagu anak-anak, tak ada yang mengiringi.Selain itu, ketika diajari justeru puterinya itu menolak. 

Meski begitu Intan tetap tak ubahnya anak-anak seusianya. Bahkan sering jika tampil di kafe lalu ada yang nyawer alias memberikan uang sebagai tanda apresiasi, dia tidak tahu nilai lembaran uang itu. 

Banyak kafe yang sudah disinggahi dan menjadi panggung bagi Intan. Mulai dari  Lampung, Bandung, Yogyakarta, Sleman dan Solo. Pernah mendapat 600 ribu rupiah saat tampil di sebuah kafe di Sleman.  

Intan tak peduli siapa yang mengiringinya menyanyi, baik itu akustik, hanya keyboard atau band. Dia peka terharap nada, misalnya nada G bisa ikuti, juga nada lainnya. Ia juga berani tampil di panggung segede apapun, tanpa minder dan takut.

Dari berbagai kota itu, satu hal yang membuat Hendra cukup heran adalah belum pernah bertemu dengan anak 5 tahun yang berani tampil di panggung dan mendapat sambutan meriah.

Dalam waktu dekat waktu akan rilis single pertamanya "Ayah Bunda Malaikat Duniaku", ciptaan Aga, seorang musisi Lampung.

"Kami hanya ingin anak ini bisa menyalurkan hobinya, toh positif dan membuatnya senang. Tuhan yang mengaturnya, kami hanya mendampingi dan menjaganya untuk tetap tumbuh seperti anak-anak lain,"kata Hendra.

Maka, seperti kata Khalil Gibran, Intan pun menjadi anak panah dengan busurnya yang siap melesat cepat ke arah yang akan ditempuhnya. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun