"Ini bukan eksploitasi anak. Sebagai orangtua, kami hanya ingin menyalurkan hobi anak untuk menyanyi di panggung," kata Hendra yang kini bekerja di sebuah perusahaan swasta di Sleman.
Kuatnya keinginan Intan untuk menyanyi juga cukup membuat kewalahan orangtuanya. Meski begitu mereka berusaha memenuhi keinginan Intan yang juga suka bermain sepakbola itu.
"Jika 4 hari dalam seminggu tidak menyanyi di panggung, Intan uring-uringan. Ngambek, mogok makan. Lalu jika sudah di kafe, dan tidak diijinkan menyanyi, dia bisa menangis sejadi-jadinya," jelas Hendra sambil tertawa. Melihat anaknya seperti, biasanya Hendra membawanya ke kafe agar dia dapat menyanyi.Â
Meski begitu Intan tetap tak ubahnya anak-anak seusianya. Bahkan sering jika tampil di kafe lalu ada yang nyawer alias memberikan uang sebagai tanda apresiasi, dia tidak tahu nilai lembaran uang itu.Â
Banyak kafe yang sudah disinggahi dan menjadi panggung bagi Intan. Mulai dari  Lampung, Bandung, Yogyakarta, Sleman dan Solo. Pernah mendapat 600 ribu rupiah saat tampil di sebuah kafe di Sleman. Â
Intan tak peduli siapa yang mengiringinya menyanyi, baik itu akustik, hanya keyboard atau band. Dia peka terharap nada, misalnya nada G bisa ikuti, juga nada lainnya. Ia juga berani tampil di panggung segede apapun, tanpa minder dan takut.
Dari berbagai kota itu, satu hal yang membuat Hendra cukup heran adalah belum pernah bertemu dengan anak 5 tahun yang berani tampil di panggung dan mendapat sambutan meriah.
Dalam waktu dekat waktu akan rilis single pertamanya "Ayah Bunda Malaikat Duniaku", ciptaan Aga, seorang musisi Lampung.
"Kami hanya ingin anak ini bisa menyalurkan hobinya, toh positif dan membuatnya senang. Tuhan yang mengaturnya, kami hanya mendampingi dan menjaganya untuk tetap tumbuh seperti anak-anak lain,"kata Hendra.
Maka, seperti kata Khalil Gibran, Intan pun menjadi anak panah dengan busurnya yang siap melesat cepat ke arah yang akan ditempuhnya. ***