Maka ketika kepastian adanya turnamen pada 20 Maret 2021, klub pun bersiap meski dalam sikap kebat-kebit. Mereka harus mempersiapkan tim yang sudah dibubarkan atau diistirahatkan, dengan status semua pemain sudah habis masa kontraknya.
Para pemain lama yang dipertahankan harus dikontrak, juga yang baru (jika klub punya dana untuk mendatangkan pemain baru). Mempersiapkan lapangan dan jadwal latihan, menyediakan mess dan hotel/apartemen, menghitung biaya tandang, dan lainnya.
Jika klub mengontrak pemain dalam jangka waktu pendek, katakanlah 2 bulan saja (Maret-April) untuk turnamen Piala Menpora 2021 (yang berakhir 25 April), jelas melanggar aturan FIFA.
Sebaliknya jika mengontrak untuk satu musim (10 bulan), lalu kompetisi tidak mendapat izin dari kepolisian, bukankah akan membuang uang untuk menggaji pemain?
Apapun polemik dengan dilemanya yang ada, turnamen ini bisa menjadi tantangan tersendiri bagi klub untuk membuktikan dirinya bersiap menjadikan dirinya sebagai sebuah industri yang siap. Pelajaran dari pandemi saat ini merupakan modal besar bagi semua klub untuk lebih berani, optimis, dan tak gentar menghadapi kompetisi mendatang.
Di sini dibutuhkan perubahan pola pikir yang mungkin selama ini cenderung berpikir jangka pandek. Dalam istilah Direktur Utama PT Putra Sleman Sembada, Marco Gracia Paulo, "Membangun klub secara utuh dan berkelanjutan dan bukan hanya tim yang berlaga dari musim ke musim kompetisi."
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI