Kafe yang punya jam buka lebih panjang dari restoran memang menawarkan banyak hal. Kongkow, bergosip atau bisa juga jadi tempat pelarian untuk merenungkan kegundahan. Ia juga menawarkan kegembiraan lewat musik yang digelar. Â
Apa yang terjadi di kafe pernah ditampilkan dengan begitu indah, sekaligus perih oleh WS Rendra, penyair ternama lewat puisi "Blues Untuk Bonnie". Keperihan yang dibawakan dalam lagu blues penyanyi kulit hitam di sebuah caf di Boston, Amerika Serikat. Keperihan akan nasib masyarakat kulit hitam yang dinomerduakan, terpuruk dalam kemiskinan. Puisi yang benar-benar menendang tepat di perut.
Namun tentu tak semua memberi kesedihan. Ada kegembiraan pastinya, bertemu teman lama atau merayakan sesuatu yang menggembirakan.
Seperti sebuah kafe yang mencoba menawarkan sesuatu yang lain : kabar baik. Menularkan hal-hal baik setelah seseorang meninggalkan kafe itu.. Berkabar baik bagi orang lain setelah ia menghabiskan pasta carbonara atau segelas segelas kopi Americano. Termasuk juga tentunya bermanfaat bagi lingkungan
Terasa berbeda namanya. Nama yang terdiri dari 3 kata. Tak seperti lainnya yang umumnya satu atau dua kata saja.
"Semua ini berawal dari obrolan tentang nama kafe yang akan dibuka. Saat itu, saya dan suami, Ison Desi Satriyo ingin membangun kafe di tanah yang sudah lama belum digarap," tutur Fransiska Nuke dalam bincang menjelang senja minggu lalu di kafe KBE.
Saat itu, di tahun 2018, keduanya bertemu Gama Marhaendra yang penyuka seni. Gama yang mengusulkan nama Kabar Baik. "Dia sahabat kami, masih muda, meninggal mendadak karena serangan jantung," tambah Ison mengenang Gama yang sama-sama penggemar klub Liverpool.
"Kabar Baik" dianggap punya konsep kuat dan beraura positif. Sedangkan "Eatery" dipilih karena orang lebih cenderung untuk makan dan nongkrong.
Dari Bawah
Pasangan Nuke dan Ison yang menikah pada tahun 2001 melakoni bisnisnya dari bawah.. "Sesuatu yang terasa tidak prestige, lulusan UGM kok buka warung. Tapi kami tak peduli, passion Nuke memang di kuliner,"jelas Ison.