Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rem Blong dan Sambal Mbak Ririn

4 Agustus 2020   03:15 Diperbarui: 4 Agustus 2020   13:16 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

September 2017 merupakan titik balik bagi R.CM Kartika Adi Nugroho. Ketika itu ia sedang berlibur dan pulang ke Magelang, Jawa Tengah. Biasanya selama 3 bulan sebelum mendapat panggilan dari kantornya di Jakarta. Saat sedang melaju di jalanan, rem motornya blong.

Kaki Tiko, panggilan akrabnya, patah. Dipasang pen dan harus beristirahat selama 6 bulan.

Kecelakaan itu mengubah roda kehidupannya.  Ia sedang berlibur dari pekerjaan yang menjanjikan, sebagai Petty Officer di admin department bagian Crew Office di kapal pesiar Holland America Line sejak 2012.

Pekerjaan yang dirasanya mapan, dengan gaji yang ada, membuat Kartiko meminta isterinya, Ririn untuk berhenti kerja. Mereka menikah tahun 2010. Ririn dimintanya di rumah saja mengurus anak.

Kecelakaan itu membuat keuangan keluarganya morat-marit. Ketika sudah bisa berjalan, meski dengan tongkat, Tiko ke Jakarta untuk pemeriksaan kesehatan. Ini dibutuhkan untuk kepastian bisa bekerja kembali di kapal atau tidak. Ternyata hasilnya ia tak bisa lagi kerja, menanti pen di kakinya diambil. Padahal itu baru setahun bisa dicabut.

Kembali ke Magelang ia terus menjalani proses penyembuhan, bisa berjalan dibantu tongkat. Sang isteri, Ririn yang pandai memasak bekerja di sebuah dapur umum milik yayasan sekolah menengah swasta dengan gaji Rp 30.000 per hari.  

Suatu ketika, di awal 2018 saat menjemput isterinya, Kartiko mampir ke Dinas Kesehatan. Kebetulan ada program pelatihan gratis Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)  dari Dinas Kesehatan Magelang. Saat itu Kartiko ditantang oleh pihak Depkes untuk membuat produk makanan.

Alumni D3 jurusan Pariwiasta UGM (1995) dan S1 Akuntansi UGM (1999) itu bingung harus membuat produk apa.

Lalu ia ingat pengalamannya selama di kapal pesiar. Ada tiga hal yang selalu dirindukan awak kapal asal Indonesia saat mereka berlayar : rumah, mie instan dan sambal. Maka pilihannya adalah produk sambal, yang melibatkan isterinya.

Sang isteri sejak kecil sudah senang masak. Ini berkaitan dengan seringnya membantu ibunya menyiapkan makan siang untuk pegawai ayahnya yang seorang penjahit. Hobi lain isterinya adalah ke pasar.

Bermodalkan Rp 500 ribu, mulailah produk sambal pertama dibuat. Sambel Mbak Ririn, nama yang diusung pasangan itu.

Minimnya modal itu membuat Kartiko dan isterinya harus berinovasi. Ia ingat untuk menempelkan aluminium menggunakan setrika. Sedangkan untuk plastic shrink memakai ceret. Dengan cara seperti itu satu botol memakan waktu 5 menit.

Saat pertama kali mulai memasarkan sambal itu banyak hambatan didapat. Saat itu bagi masyarakat Magelang sambal dalam kemasan itu sesuatu yang tidak lazim. Tak heran jika harga satu botol yang Rp 10 ribu dianggap mahal, sehingga sering ditawar Rp 3 ribu.

Kartiko tak putus asa. Ia terus berusaha membuka pasar, antara lain ke teman-temannya. "Mereka membeli karena kasihan sama saya yang kesana kemari masih menggunakan tongkat,"kenang Kartiko sambil tersenyum pahit.

fe-sambal-ririn-5f2872aad541df40b26cacf2.jpeg
fe-sambal-ririn-5f2872aad541df40b26cacf2.jpeg
Meski begitu teman-temannya banyak memberi masukan tentang produknya. Misalnya soal pedas sudah cukup tapi rasanya kurang gurih. Bersama isterinya lalu dicoba memperbaiki formulasi yang kiranya bisa diterima oleh banyak orang.

Membuka jalan di awal perjalanan bisnisnya memang tidak mudah. Dalam 6 bulan hanya terjual 100 botol sambal. Kartiko tak putus asa. Ia mencoba jualan online, lumayan laku hingga ke Papua. Ini membesarkan hatinya.

Ia juga makin yakin dengan pilihannya menjual sambal setelah mendapatkan sertifikat halal pada September 2018. Ditambah juga dengan dorongan dari Depkes dan Deperindag setempat. Penjualan pun makin meningkat.

Sambal pertama yang diproduksi adalah rasa iwak wader. Pemilihan iwak wader ini bukan tanpa tujuan, karena  merupakan sambal khas Magelang. Sambal basah ini merupakan yang pertama kali di Magelang.

Butuh waktu lebih dari setengah tahun untuk membuat masyarakat aware. "Ternyata ada sambal Magelang,".

Kini, Kartiko memetik kerja keras dan keuletannya. "Omzet setiap bulan pada tahun 2019 sudah melewati gaji sebulan di kapal pesiar,"kata Kartiko dengan mata berbinar.

Lebaran 2019 omzetnya meningkat dua kali lipat, mampu menembus Rp 20 juta. Sedang Lebaran 2020 ini bisa Rp 30 juta setiap bulannya. Dalam kondisi normal bisa Rp 15 juta, tambahnya.

Ia pun tak lagi menggunakan ceret atau setrika untuk berproduksi, dengan mesin induksi sealer cukup dua detik saja satu botol sudah dikemas dengan rapi.

Selain itu juga sudah mempunyai 4 pegawai yang membantu persiapan bahan dan bersih-bersih.

Varian sambal pun sudah ada 13 rasa dalam kemasan botol 130 gram. Salah satunya adalah sambal mangut, yang pernah mengantar kedua pasangan ini menjadi finalis IKM Pangan Award Jateng 2019 dan finalis Startup Competition Bekraf & FTP UGM 2019.

Selain itu juga ada sambal tuna, udang, terasi, baby cumi dan lainnya. Produk lain yang banyak peminatnya adalah Mukidi (Mujair Krispi).

Sambal mangut ini punya makna tersendiri bagi Kartiko dan Ririn. Selama ini sulit mengolah mangut tanpa santan. Sambal yang jadi finalis IKM Pangan itu dibuat tanpa santan, dan itu merupakan suatu inovasi tersendiri.

sambal-ririn-2-5f28746b097f363f1b3a82e2.jpeg
sambal-ririn-2-5f28746b097f363f1b3a82e2.jpeg
Ada keinginan Kartiko yang akan diraihnya yakni membeli alat untuk membuat sambal bisa tahan lebih dari 6 bulan. Saat ini sambalnya baru tahan 4 bulan setelah diproduksi.

"Kita harus punya mimpi, agar tetap bertahan dan berjuang untuk meraihnya. Saat ini pun sudah merupakan berkah, sudah bisa menabung dan membantu teman-teman,"ujarnya lirih.

Keuletan Kartika bersama isterinya, Ririn kini telah membuahkan hasil. Mereka telah memetik apa yang telah ditanam : kerja keras, tak mudah putus asa, berdoa dan berinovasi. ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun