Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Boleh Bertanding dengan Swab Test, PSSI Pilih Rapid Test

30 Juni 2020   19:27 Diperbarui: 30 Juni 2020   19:34 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persebaya Surabaya saat menghadapi Bhayangkara FC. (foto : dok Persebaya)

Meski PSSI sudah mengeluarkan kebijakan untuk meringankan beban klub, mengijinkan membayar gaji pemain maksimal 25% untuk April-Juni, namun banyak klub yang tetap terengah-engah membayarnya. Bahkan Persita Tangerang hanya bisa membayar 10% dari nilai gaji pemainnya.

Subsidi dari PT LIB sebagai operator kompetisi turut seret, terakhir diterima pada minggu ketiga Mei 2020. Bagi klub, subsidi itu hanya numpang lewat, karena langsung digunakan untuk membayar gaji pemain dan karyawan perusahaan, serta kewajiban ke pihak lain.

Dalam prakteknya tak hanya pemain yang menerima pemotongan gaji, karyawan pun terkena sejak gaji bulan April (yang diterima Mei).

Terengah-engahnya klub terlihat pada Juni 2020 ini, meski tak bisa digeneralisir karena ada yang kuat secara finansial. Ada yang belum membayar gaji pemain dan karyawannya. Apakah ini terkait dengan tidak adanya subsidi dari PT LIB, bisa jadi karena subsidi itu bersama sponsor dan pemasukan tiket jadi income utama klub.

Memang belum semuanya mampu memaksimalkan penjualan merchandise. Bahkan ada yang tidak punya store. Padahal sepakbola sudah merupakan industri yang punya prospek bagus asal dengan pengelolaan yang profesional.

Meski PSSI sudah menyatakan komitmennya soal pembiayaan rapid test, namun bisa dipertanyakan apakah pemilihan jenis tes Corvid-19 itu sudah disetujui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19?

Belum lagi pertandingan sepakbola termasuk jenis kegiatan yang masih dilarang oleh Gugus Tugas tersebut. Seperti dikemukakan oleh Kepala Gugus Tugas, Letjen TNI Doni Monardo saat melakukan rapat dengan Komisi X DPR, 17 Juni 2020 lalu, pihaknya masih melarang kegiatan olahraga yang sifatnya kerumunan dan sarat kontak fisik, termasuk sepakbola.

Andai pun bisa digelar, maka setiap pelaku kompetisi harus dicek kesehatan menggunakan swab test, bukan rapid test seperti yang dicanangkan PSSI.

Ketidaksinkronan itu harus dibereskan, agar tidak menjadi preseden. Cabang olahraga lainnya bisa meniru PSSI, tidak mempedulikan Gugus Tugas jika tetap kompetisi dijalankan dengan penonton dan hanya melakukan rapid test.

Jangan karena PSSI mau ngirit dan lancar menggulirkan lanjutan kompetisi lalu menabrak aturan yang ada. Atau memang berani cuek saja, seperti halnya menabrak Statu sendiri dengan meniadakan degradasi di Liga 1 tanpa melalui kongres?. Hanya PSSI yang tahu hal itu.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun