Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Mas Timbul" dan Mimpi Akademi Bakmi Jawa

22 Februari 2019   06:02 Diperbarui: 22 Februari 2019   14:37 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun ada yang memesan dengan jumlah posri yang banyak, namun penjual bisanya membuatnya tetap satu persatu porsi menggunakan wajan yang kecil. Tidak diolah secara missal secara berbarengan. Hal tersebut akan menjaga rasa Bakmi Jawa sehingga tetap khas di lidah.

Sedangkan pamor itu bermakna Bakmi Jawa semestinya bisa tersebar dimana-mana. "Tak usah orang Jawa, wong Jogja saja ada di seluruh dunia. Kalau rumah makan Padang bisa di mana-mana, kenapa Bakmi Jawa gak bisa," kata Heru dengan nada serius.

Ia pun memberi kesempatan bagi siapa saja yang ingin membuka usaha Bakmi Jawa, bisa belajar di angkringan Mas Timbul. Gratis untuk belajar di sini, mulai dari belanja bahan-bahan, pengelolaan usaha hingga bagaimana berpromosi.

Tiga pengusaha Bakmi Jawa sudah ditelorkan dari praktik kerja nyata di angkringannya. Dua buka usaha di Jakarta, satunya di Jogja. Bagi Heru hal itu sangat menggembirakannya, karena bisa membuat orang berkarya, apalagi membawa Bakmi Jawa keluar Jogja.

Apalagi jiwa merantau orang Jawa dinilainya masih kurang dibanding dengan warga Padang. Padahal Bakmi Jawa dan masakan Padang punya kesamaan yakni sama-sama menu sehari-hari.

Akademi

Heru yang memulai usahanya dengan menjual mobil itu tak hanya ingin membuat Bakmi Jawa ada dimana-mana. Ia memendam keinginan adanya lembaga pendidikan khusus Bakmi Jawa, semacam Lembaga Pendidikan Kejuruan (LPK).

Saat berlangsung Pasar Malam Sekaten 2018 lalu, Heru sempat membuka angkringan dan memasang spanduk "Akademi Bakmi Jawa".

"Mungkin bukan akademilah, semacam LPK agar masakan ini pun bisa dipelajari secara ilmiah. Di LPK itu nanti ada kurikulumnya, seperti pemilihan bahan baku, standar pelayanan, pembuatan menu, standar masak bagi koki, kebersihan, manajemen usaha dan lainnya," jelas Heru.

Foto : dokpri
Foto : dokpri
Adanya lembaga pendidikan semacam  itu tak lepas dari pengalaman Heru yang pernah bekerja sebagai marketing communication di beberapa perusahaan swasta. Lelaki usia 43 tahun itu juga pernah aktif di sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kemanusiaan. Di LSM itu Heru sempat tinggal di Padang saat terjadi musibah gempa. 

Idealismenya pun tetap ia terapkan dalam berbisnis. Di angkringan Mas Timbul yang saat ini memiliki 13 karyawan, semuanya anak-anak muda yang tinggal di Jogja. "Anak-anak muda bermasalah, baik di bidang sosial, pendidikan dan lainnya, tapi punya kemauan untuk kerja keras, kemauan untuk berusaha" tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun