Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola

Jokdri

20 Februari 2019   03:27 Diperbarui: 20 Februari 2019   03:37 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu, Juli 2018 yang panas di Surabaya, di sebuah lobi hotel saya menanti Jokdri, sapaan akrab Joko Driyono. Sambil terkantuk-kantuk setelah minum obat flu.

Tak lama ia tampak keluar dari pintu lift. Santai dandanannya. Ia mendatangi, lalu berkata "Kok kelihatan sakit?. Ayo ke dokter, kita ngobrol lain kali saja." Ajakan itu saya tolak, karena lain kali itu tidak pasti kapannya mengingat kesibukannya.

Itulah sisi lain Jokdri yang sudah saya kenal hampir sepuluh tahun lamanya. Sosok yang merupakan nara dengan penguasaan masalah yang disampaikan runtut, ditambahi data luar kepala.

Saya pertama kali kenal Jokdri di sebuah diskusi tentang PSSI, kala sedang riuh aksi menggulingkan Nurdin Halid. Berlanjut dengan ngopi, makan dan tentunya berbicara lewat telepon. Setidaknya sebulan sekali bertemu, kecuali beberapa kali baru bisa dua tiga bulan. Tapi ia berusaha mencari waktu bertemu atau telepon.

Seperti jelang Lebaran 2018 lalu, saat ia sibuk dengan PSSI dan harus menghadiri rapat FIFA, sekaligus menyaksikan pembukaan Piala Dunia 2018 di Rusia. "Nanti dari Rusia aku ke Tuban, terus ke Jakarta lagi. Kita ketemu setelah Lebaran,"katanya lewat Whatsapp. Kami pun makan malam di sebuah restauran di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Ia juga membawakan topi dari Rusia.

Tak ada kesan menggurui saat ia menjelaskan sesuatu, meski semua mafhum khatamnya ia tentang sepakbola. 

Di tengah obrolan itu saya sering melihat sosok Jokdri yang suka sastra, pendidikan dan ekonomi.

Lelaki berkacamata kelahiran Ngawi, Jawa Timur itu juga tampak berbeda saat berbicara tentang keluarganya. Tentang anak-anaknya. Antusiasnya saat bercerita keponakan dari isterinya, bocah perempuan yang jadi anak angkatnya. Ditunjukkannya foto di iphone-nya bocah itu sedang berpose, juga bercanda dengan Jokdri.

Namun saat menyinggung berbagai masalah persepakbolaan Indonesia ia berubah jadi serius. Entah tentang PSSI, klub, suporter, perhatian pemerintah, kompetisi atau sorotan publik terhadap Edy Rahmayadi.

Ia pun sadar akan sorotan publik terhadap dirinya. "Saya tahu orang mengatakan saya sudah terlalu lama di PSSI. Tuduhan jadi mafia bola, serakah akan kekuasaan dan lainnya yang disertai cacian. Tak apa, hak orang bicara seperti itu."

Meski begitu, ia terlihat agak gamang saat ditanya berapa lama mengurusi sepakbola. Jokdri yang lulusan ITS Surabaya itu sedikit terdiam. "Sebenarnya aku ingin minggir saja dari hiruk pikuk sepakbola. Januari mendatang (Januari 2019) aku harus memutuskan tetap di PSSI atau AFC," ujarnya suatu saat. Waktu sudah menunjuk pukul 2 pagi di pertengahan Oktober 2018 itu.

Foto : dok.pribadi
Foto : dok.pribadi
Perjalanan Jokdri di sepakbola juga memiliki catatan buram. Mulai dari Persebaya yang tersingkir di era Indonesia Super League (ISL) musim  2009/2010, rangkap jabatan, kepemilikan Persija dan statusnya sebagai tersangka.

Meski begitu, bagi yang mengenalnya secara dekat, Jokdri tak hanya seorang maestro, tapi juga sosok yang punya kesetiaan dalam berteman. Ia tak pernah melihat dengan kaca mata berbeda status atau seorang teman yang sedang terpuruk dalam gelombang kehidupan.  

Jokdri kini pun sedang terpuruk dengan kasus yang menimpanya. Mungkin ia akan dimasukkan ke penjara, duduk di kursi pesakitan, terus disorot media, kehilangan jabatan. Mungkin ia tak lagi hadir di dunia sepakbola yang telah membesarkan namanya.

Tak ada yang tahu seperti apa kesedihan yang ia rasakan, yang tersimpan sendiri di bilik hati. Kesedihan seorang anak manusia yang namanya tetap akan tercatat dalam sejarah sepakbola Indonesia. Apapun kekeliruan yang telah dilakukannya. 

Ia sudah bersiap diri untuk minggir. Menikmati waktu lebih banyak bersama keluarganya nanti.

Jokdri tetap orang baik. Setidaknya bagi saya. ***


Sekedar catatan :

Saya hanya ingin berbagi tentang sosok Jokdri yang saya kenal secara pribadi. Tentu ini bersifat subyektif, bisa mengundang pro kontra. Wajar saja, ada yang suka dan tidak suka pada Jokdri. Banyak yang menghujatnya, meski belum jelas apakah mereka semua tahu hujatannya sendiri.

Tak ada maksud pembelaan atas kasus yang menimpa Jokdri. Biarlah keadilan berbicara, waktu yang menjadi saksinya. Ini hanya sekedar catatan seorang teman. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun