Papat juga memastikan bila dirinya tidak tahu menahu jika dibalik tawaran Lasmi menjadi Manajer Timnas, ada perjanjian dengan seseorang yang mengiming-imingi tim Persibara Banjarnegara akan masuk 32 besar nasional Liga 3.
Langkah serupa bisa dilakukan oleh Johar Lin Eng dan Dwi Irianto jika merasa tuduhan itu memang mengada-ada. Â Langkah seperti itu juga akan membantu nama baik PSSI, jangan nanti didengungkan organisasi itu banyak mafia pengatur skor.
Bersikap defensif terus, seperti strategi parkir bus ala Mourinho semasa menukangi Chelsea, lebih banyak ruginya karena ini bukan soal pertandingan di lapangan tapi pembentukan opini. Jika pun tidak bersikap ofensif, atau sekedar reaktif saja, PSSI bisa memikirkan cara lain yang lebih menarik, elegan dalam memperbaiki citranya.
Siaran pers tidaklah cukup, Sifatnya hanya satu arah, tanpa dialog dan tak ada proses mendengarkan. Begitu juga wawancara tanpa pertanyaan tajam dari wartawan tak ubahnya berita yang muncul di media laiknya siaran pers saja.
Di sinilah sosok Ketua Umum jadi sangat dibutuhkan kehadirannya. Era internet dan teknologi saat ini memang memudahkan segala bentuk komunikasi. Namun pemimpin perlu hadir secara nyata, secara fisik saat terjadi suatu krisis. Tak cukup hanya lewat telepon, facebook, twitter, instagram atau siaran pers.
Tanpa kemauan merubah paradigm akan pentingnya membuat strategi komunikasi yang lebih fokus, kesadaran bahwa mengelola reputasi adalah urusan semuanya PSSI tetap jadi bulan-bulanan publik.
Tidak semua anggota Exco dan pengurus PSSI lainnya menjadi "pemain", jadi bagian dari mafia sepakbola. Mereka masih ada yang sungguh-sungguh bekerja untuk kemajuan sepakbola. Sayang jika mereka turut terseret karena tuduhan tanpa bukti.
Di sisa kepengurusan yang masih satu tahun lebih, harus dimanfaatkan oleh untuk memperbaiki citranya, selain prestasi timnas tentunya. Membuktikan bahwa mereka memang mampu memenuhi harapan yang ada, meski tentu ada yang butuh waktu seperti pembinaan usia muda atau raihan prestasi di tingkat regional dan internasional.
Exco PSSI pun harus mampu menunjukkan kerja sebagai tim, tak hanya tampak di permukaan satu dua orang saja yang seperti bekerja sendirian. Setidaknya ada anggota Exco bisa berbicara tentang bidang yang jadi tanggungjawabnya. Bukan baru dikenal setelah terkena kasus seperti sosok Hidayat.
Monggo, PSSI ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H