"It takes 20 years to build a reputation and five minutes to ruin it. If you think about that, you'll do things differently," -- Warren Buffet
Mengelola reputasi tidak bisa sendirian atau dilakukan beberapa orang saja, tapi harus bersama-sama. Dibutuhkan komitmen dan konsistensi untuk mewujudkan perbaikan reputasi itu. Tak bisa hanya mengandalkan kerja Komite Media dan Departemen Media dan Digital di PSSI.
Kerja departemen itu pun kurang terlihat untuk turut memperbaiki reputasi PSSI. Masih terbatas pada siaran pers, menanggapi suatu isyu (yang malah sering dilakukan oleh Joko Driyono dan Ratu Tisha sebagai Wawil Ketua Umum dan Sekjen PSSI).
Belum terlihat adanya program membuat atau mengalihkan isyu di tengah serbuan negatif terhadap reputasi organisasi. Padahal strategi semacam itu bukan hal baru bagi mereka yang biasa berkecimpung di dunia public relations.
Maka yang terlihat dari wajah PSSI pada 2018 ini adalah sikap defensif, menunggu bola. Kadang malah berbuah blunder atau ditertawakan jika jawaban yang diberikan melenceng dari apa yang ditanyakan pers.
Akibatnya, jika muncul suatu isyu baru maka cenderung menjadi bahan serangan tersendiri bagi PSSI. Isyu yang belum tentu benar akhirnya berkembang dan menjadi liar.
Semisal apa yang terkuak di acara Mata Najwa berikutnya dengan tajuk "PSSI Bisa Apa" jilid 2, dengan pengakuan Manager Persibara Banjarnegara, Lasmi Indriyani yang oleh Johar Lin Eng yang Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Tengah diperkenalkan dengan Mr.P.
Mr.P itu yang kemudian sering meminta uang agar Persibara bisa naik ke Liga 2, termasuk juga iming-iming jadi juara 3 Piala Soeratin dan medali di Porprov. Setoran uang itu, kata Lasmi, mengalir ke Johar Lin Eng yang juga anggota Exco PSSI. Â Nama lain yang disebut kecipratan uang itu adalah Dwi Irianto yang dikenal dengan panggilan Mbah Putih, anggota Komdis.
Lasmi juga menuturkan sudah mengeluarkan uang Rp 300 Juta untuk biaya operasional Timnas Puteri U-16. Nominal biaya itu ditentukan oleh anggota Exco, Papat Yunisal dan Tika, mantan wasit futsal yang jadi asisten Lasmi.
Tuduhan itu tentu memerlukan bukti karena menyangkut nama Exco dan Komdis PSSI. Seperti disampaikan oleh Joko Driyono bahwa perlu digarisbawahi juga apakah pernyataan yang disampaikan itu benar, tuduhan yang perlu dibuktikan.
Maka tepat langkah Papat Yunisal yang juga Ketua Asosiasi Sepakbola Wanita untuk melaporkan tuduhan itu ke Komdis, karena hal itu sudah merupakan pembunuhan karakter. Papat menegaskan jika dirinya tidak pernah sekalipun melihat uang, bahkan menggunakan sepersen pun tidak.