Mozaik di Desa Caturtunggal

Namun bagi Kepala Desa Caturtunggal, Agus Santoso Psi, kirab budaya tak sekedar pawai untuk memperkenalkan budaya yang ada di wilayahnya. Kirab itu juga menunjukkan bahwa keragaman di desa itu bukanlah sekedar slogan pemanis saja, tapi terpelihara dengan keguyuban yang nyata. Mampu bersatu tanpa menimbulkan gejolak di tengah masyarakat

"Persoalan pluralitas ini jika dikelola dengan baik akan bisa menjadi potensi kerukunan. Di sinilah dibutuhkan pendekatan dialog yang baik. Dialog yang baik di tengah perbedaan yang ada, akan bisa memberi kesejukan, bukan justru mempertajam perbedaan, menonjolkan eksklusivisme, dan bahkan membuka potensi konflik di tengah masyarakat," jelas Agus Santoso.

Toleransi masyarakat Caturtunggal,  yang menurut data tahun 2017 berjumlah 19.094 KK (33.265 pria dan 29.007 perempuan) juga terbilang tinggi. Hal ini tercermin dalam segala sendi kehidupan seperti gotong royong, kerja bakti, rewang, layat, jagong manten, tilik bayi, tilik orang sakit, supitan.

Semuanya itu  masih dipelihara dengan baik tanpa mengkotak-kotakkan warga yang berbeda agama, ras dan lainnya.

Tak mudah memang menjaga Indonesia mini di Caturtunggal. Namun apa yang telah dilakukan membuktikan hal itu bukanlah mustahil. ***