Hanya Diri Sendiri, Kepatutan dan Mengamini Saja
Saat masalah kepastian Luis Milla menjadi pelatih timnas Indonesia tetap dibicarakan, Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi memulai tugasnya sebagai Gubernur Sumatera Utara.
Berita yang dibicarakan terkait tugasnya sebagai Gubernur Sumut adalah pengusiran ibu-ibu yang turut berdemo di depan kantor gubernur Sumut, 13 September 2018, menuntut Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan nomor 71 tahun 2016 dicabut. Ibu-ibu itu dianggap berbicara sendiri saat sang gubernur sedang berbicara di atas mobil komando, dan ini membuatnya tidak senang.
Ketidakpastian Milla melatih timnas membuat para suporter menuding PSSI tak becus menyelesaikan masalah gaji Milla secara profesional. Soal gaji Milla yang belum dibayar PSSI selama tiga bulan, juga kontrakan rumahnya, mencuat di media.
Hal itu jelas menambah corengan bagi wajah PSSI, yang ironisnya bertekad memperbaiki citranya saat Edy Rahmayadi mencanangkan perbaikan citra itu sebagai salah satu misinya saat maju sebagai Ketua Umum PSSI.
Sedangkan sebagai Gubernur Sumut yang baru, Edy Rahmayadi usai dilantik oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, 5 September 2018 lalu, menyiapkan program prioritas pada 100 hari pertama dengan memprioritaskan masalah ketenagakerjaan dan pendidikan.
Pertanyaan kapan Edy yang mantan Pangkostrad itu meletakkan jabatan sebagai Ketua Umum PSSI, tidak merangkapnya dengan jabatan Gubernur Sumut, kembali mengemuka. Edy sendiri pada 1 Agustus 2018 lalu tetap bersikeras tak akan melepas jabatan di PSSI.
"Amanah rakyat yang diberikan kepada saya melalui voter, bahwa saya akan menjalankan amanah ini empat tahun. Saya berusaha sekuat tenaga saya. Saya akan berusaha berbuat yang terbaik. Empat tahun, kecuali wartawan mau jadi ketua PSSI," ujar Edy.
Siapa yang bisa menghentikan ambisi Edy Rahmayadi untuk tetap rangkap jabatan sebagai Ketua Umum PSSI dan Gubernur Sumatra Utara? Selain dirinya sendiri, hanya kepatutan saja yang mampu melakukan itu.
Seruan, himbauan sampai petisi yang ditandatangani lebih dari 50 orang sudah dilayangkan tak mempan juga. "Tak ada aturan yang melarang rangkap jabatan," begitu argumen yang sering dilontarkannya.
Pemilik suara atau voters yang memilihnya di kongres PSSI pada 10 November 2016 juga diam saja. Hanya Achsanul Qosasi, boss Madura United saja yang berani bersuara. Lainnya, tiarap. Cari aman.