Siang itu seorang perempuan cantik berpose mengenakan kain dengan motif daun yang indah. Kombinasi warna agak gelap dan putih dengan sentuhan hijau dedaunan membuat kain itu tampak eksotik.
Model itu mengenakan kain Ecoprint karya Modesta Nursanti, pengusaha wanita yang juga dikenal sebagai seorang pelukis. Kain yang tampak anggun dikenakan itu salah satu karya terbaru Santi, sapaan akrabnya, untuk dipasarkan.
Meski dunia melukis berbeda dengan bisnis ini, namun bagi Santi keduanya memiliki banyak kesamaan. Selain merupakan olah rasa, melukis dan Ecoprint memberikan kegembiraan dan kepuasan tersendiri. Keduanya menghasilkan karya seni yang tak hanya memuaskan penciptanya, sang pelukis atau desainer, tapi orang lain.
Teknik Ecoprint juga makin menambah minatnya karena pengolahan kain yang menggunakan warna alami, bukannya kimia yang dapat mencemari air tanah. Motifnya juga natural yakni daun-daunan, batang daun dan bunga-bunga.
Bagi Santi, seni mengolah kain yang semua unsur bahan di dalamnya berasal dari alam, dan diproses dengan konsep ramah alam secara manual (handmade) menambah daya tarik Ecoprint. Semuanya itu menjadikan Ecoprint sebagai salah satu desain produk karya seni rupa 'egois' bernilai artistik dan berkualitas baik.
"Egois" itu diartikan pada desain yang dimasukkan ke dalam kain merupakan hasil imajinasi orang yang membuatnya. Jadi tidak ada yang baku dalam menerapkan ide ke dalam kain.
Sedari kecil Santi sudah suka melukis, dan sudah mengguratkan prestasi yang mengagumkan. Dalam pameran anak-anak sedunia di Tokyo pada 1981 Santi menyabet hadiah perunggu. Medali yang sama juga didapatnya di pameran serupa tahun berikutnya di Korea Selatan.
Perempuan berusia 49 tahun yang suka melukis keindahan alam, kesenian tradisional dan kecantikan wanita hingga kini tetap melukis. Karyanya terbaru ditampilkan dalam pameran bersama "Halaman Seni" di Plungkung, Wonosari, Yogyakarta pada 2017.
Kini kain Ecoprint menjadi dunia baru yang digeluti Santi di rumahnya di bilangan Ngampilan, Yogyakarta. Bidang yang sebelumnya tak pernah ia kenal, tapi makin lama makin menggelitik minatnya untuk lebih ditekuni.
Ya, Santi yang pernah bekerja di sebuah perusahaan valuta asing itu mengenal kain Ecoprint ketika mendapat kesempatan mengikuti pelatihan yang diadakan Kelurahan Ngampilan, Yogyakarta. Dari situ ia mencoba mempraktekkan di rumahnya yang luas, mengatasi beberapa kendala dan mulai berinovasi.
Seperti penggunaan soblok, alat untuk mengukus, yang kapasitasnya 5 kg hanya menghasilkan 1 kain ukuran 2 meter, atau 4 syal. Selain itu, soblok 5 kg itu memiliki kematangan yang tidak merata, juga kepanasannya tidak maksimal.
Di awal memulai membuat kain Ecoprint, Santi rela menyusuri Kali Mambu di daerah Umbulharjo untuk mencari daun-daun, juga di trotoar-trotoar dan desa-desa yang banyak tumbuhan liar.
Daun Jati, Kelengkeng, Jarak, Jambu, Secang, Jolawe, Mawar, Dollar-dollaran (body) dan Ketepeng jadi bahan baku yang sering dipakainya. Daun-daun segar yang mengandung banyak tanin daun, serta tidak berbulu jadi prioritasnya.
Proses produksi yang lama memang membutuhkan kesabaran. Namun hasil yang diperoleh memberikan kepuasan tersendiri. Satu kain tak pernah sama dengan lainnya. Ini yang membedakan dengan kain hasil printing.
Selain memproduksi kain yang dipasarkannya lewat media sosial seperti Instagram, Santi juga memberikan kursus atau les privat. Peserta yang cukup membayar Rp 400 ribu selain mendapatkan ilmu juga memperoleh bahan kain dan pewarna alam.
Setiap hari Kamis rumahnya ramai oleh anak-anak TK yang belajar melukis. Mereka membayar Rp 10.000,- setiap kali datang, yang dipakai untuk membeli bahan kertas dan krayon.
Tak hanya itu, peserta les privat juga datang dari luar Yogyakarta, seperti pada awal September lalu dari Lampung. Peserta itu sedang berlibur ke Yogya, dan tertarik untuk belajar kain Ecoprint langsung dari Santi.
Santi mematok harga kain proses Ecoprint dengan bahan katun primisima panjang 2 meter, lebar 115 cm dengan harga berkisar Rp 400-500.000. Pembelinya selain dari Yogyakarta juga daerah lain, baik yang memesan atau saat berlibur ke kota gudeg itu.
Ecoprint makin membuat Santi bersemangat untuk melangkah lebih jauh lagi sambil berusaha mewujudkan cita-citanya. Ia ingin membuat galeri atau butik dengan materi Ecoprint dan shibori dalam bentuk fashion. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H