Janji-janji yang tak mudah direalisasikan dalam waktu yang singkat, 5 tahun kepemimpinannya nanti di Sumatra Utara. Dan lebih afdhol jika itu ia lebih fokus memenuhinya, agar dikenang rakyat Sumut sebagai pemimpin yang hebat, dan berhasil.
PSSI biarlah dipimpin oleh mereka yang memang mengerti sepakbola. Mereka yang tahu seperti apa amburadulnya sepakbola tanah air, dan bisa memperbaikinya dengan sisa waktu yang ada.
Mereka yang menghargai pemain berkiprah di luar negeri, bukannya dinilai mata duitan, apalagi luntur nasionalismenya.
Jika hanya rangkap jabatan karena itu tidak dilarang oleh aturan, dan bisa fokus, maka PSSI juga yang akan terkena imbasnya. Baik sebagai organisasi yang kerap dibibilang jadi batu loncatan politik, organisasi yang dipimpin dengan setengah hati, dan seperti jadi isteri kedua.
Di sinilah ujian seorang Edy Rahmayadi sebagai seorang pemimpin yang kini merambah dunia nonmiliter sebagai seorang kepala daerah terpilih, sekaligus masih memegang jabatan sebagai Ketua Umum PSSI.
Ujian untuk memutuskan mana yang terbaik untuk lebih fokus. Tanpa perlu lagi menanti disoraki dan dicibir penonton seperti saat hadir dalam laga Indonesia vs Islandia, 14 Januari 2018 lalu.***