Mikroplastik di Indonesia
Plastik telah menjadi bahan yang umum digunakan selama sekitar 50 tahun terakhir. Setiap tahun, populasi dunia menggunakan sekitar 500 juta hingga 1 miliar kantong plastik. Penggunaan plastik yang meningkat telah menyebabkan lonjakan limbah plastik. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan populasi, konsumsi plastik, dan kebiasaan pembuangan sampah.
Plastik adalah bahan polimer sintetik dan semi-sintetik yang berasal dari sumber daya fosil seperti batu bara, gas alam, minyak mentah, dan produk organik. Plastik terbentuk melalui proses tertentu pada suhu dan tekanan yang khusus.
Ada tiga kategori utama plastik:Â
termoplastik,Â
termoset, danÂ
elastomer.Â
Beberapa jenis plastik yang umum digunakan termasuk :
polietilen (PE),Â
polipropilen (PP),Â
polivinil klorida (PVC),Â
polietilen tereftalat (PET),Â
poliuretan (PUR), danÂ
polistiren (PS).Â
PET digunakan secara luas untuk serat sintetis (60%) dan sebagai bahan dasar botol kemasan (30%). PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan atau minuman yang dikemas dengannya, yang berpotensi membahayakan kesehatan. PS adalah polimer aromatik yang dapat melepaskan stirena, yang sebaiknya dihindari karena dapat mengganggu sistem hormonal pada wanita serta menyebabkan masalah reproduksi, pertumbuhan, dan sistem saraf. Plastik PE tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme, yang menyebabkan masalah lingkungan. Di sisi lain, PP memiliki karakteristik yang jernih, kuat, ringan, tahan terhadap lemak, dan stabil pada suhu tinggi.
Plastik mengalami degradasi menjadi ukuran yang lebih kecil melalui dua proses utama: fragmentasi dan biodegradasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fragmentasi plastik, termasuk faktor biologis, kimia, dan fisik mekanik. Faktor biologis mencakup peran bakteri, jamur, predator, dan organisme tingkat tinggi, sementara faktor kimia melibatkan proses hidrolisis dan oksidasi. Faktor fisik atau mekanik seperti pencucian, paparan sinar UV, kondisi iklim, dan tekanan mekanis juga berperan penting.
Proses degradasi plastik menghasilkan partikel-partikel kecil yang dikenal sebagai mikroplastik, dengan ukuran berkisar antara 1μm hingga 5mm. Mikroplastik dapat dibagi menjadi dua kategori utama: mikroplastik primer dan sekunder. Mikroplastik primer adalah partikel yang sengaja dibuat untuk berbagai aplikasi, seperti pelet resin untuk pembuatan produk plastik besar atau bahan tambahan dalam produk kosmetik seperti scrub wajah dan pasta gigi. Mikroplastik sekunder terbentuk dari proses fragmentasi plastik yang lebih besar menjadi pecahan yang lebih kecil.
Mikroplastik merupakan bahan yang berbahaya dan beracun (B3). Manusia dapat terpapar mikroplastik melalui berbagai cara, termasuk pernapasan, konsumsi makanan, dan kontak langsung. Paparan mikroplastik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan, masalah kardiovaskular, kanker paru-paru, dan gangguan reproduksi. Keberadaan mikroplastik di lingkungan juga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
Penelitian di berbagai negara telah dilakukan untuk memahami lebih lanjut tentang mikroplastik, termasuk penelitian tentang keberadaan dan karakteristik mikroplastik di udara serta analisis efek mikroplastik pada tingkat seluler dan molekuler.
Kontaminasi Mikroplastik di Kehidupan Sehari-hari
Menggunakkan sedotan
Menggunakkan wadah plastik dan sterofoam sebagai tempat makanan
Mengkonsumsi ikan dan makhluk hidup lain yang terkontaminasi mikroplastik.
Dampak Mikroplastik
Kanker
Impoten
Turun berat badan
Kematian sebesar 40%
Solusi Untuk Menghindari Paparan Mikroplastik :
Menghindari Penggunaan Sedotan: Mengurangi atau menghindari penggunaan sedotan sekali pakai dapat membantu mengurangi konsumsi plastik. Anda dapat menggunakan alternatif seperti sedotan stainless steel atau kaca yang dapat digunakan berulang kali.
Menggunakan Wadah Makanan Alternatif: Mengganti wadah makanan plastik dan sterofoam dengan wadah yang terbuat dari bahan yang dapat didaur ulang atau alternatif ramah lingkungan seperti stainless steel, kaca, atau bahan yang dapat terurai secara alami.
Pemilihan Produk Laut: Memilih ikan dan produk laut lainnya yang kurang terkontaminasi mikroplastik dapat membantu mengurangi paparan. Ini mungkin melibatkan memilih ikan dari sumber yang lebih bersih atau memilih ikan yang lebih kecil dalam rantai makanan laut, karena mereka cenderung memiliki kadar mikroplastik yang lebih rendah.
Menggunakan Botol Air dan Wadah Makanan Berulang: Menggunakan botol air yang dapat diisi ulang dan wadah makanan berulang dapat mengurangi penggunaan wadah sekali pakai dan membantu mengurangi limbah plastik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H