polietilen tereftalat (PET),Â
poliuretan (PUR), danÂ
polistiren (PS).Â
PET digunakan secara luas untuk serat sintetis (60%) dan sebagai bahan dasar botol kemasan (30%). PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan atau minuman yang dikemas dengannya, yang berpotensi membahayakan kesehatan. PS adalah polimer aromatik yang dapat melepaskan stirena, yang sebaiknya dihindari karena dapat mengganggu sistem hormonal pada wanita serta menyebabkan masalah reproduksi, pertumbuhan, dan sistem saraf. Plastik PE tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme, yang menyebabkan masalah lingkungan. Di sisi lain, PP memiliki karakteristik yang jernih, kuat, ringan, tahan terhadap lemak, dan stabil pada suhu tinggi.
Plastik mengalami degradasi menjadi ukuran yang lebih kecil melalui dua proses utama: fragmentasi dan biodegradasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fragmentasi plastik, termasuk faktor biologis, kimia, dan fisik mekanik. Faktor biologis mencakup peran bakteri, jamur, predator, dan organisme tingkat tinggi, sementara faktor kimia melibatkan proses hidrolisis dan oksidasi. Faktor fisik atau mekanik seperti pencucian, paparan sinar UV, kondisi iklim, dan tekanan mekanis juga berperan penting.
Proses degradasi plastik menghasilkan partikel-partikel kecil yang dikenal sebagai mikroplastik, dengan ukuran berkisar antara 1μm hingga 5mm. Mikroplastik dapat dibagi menjadi dua kategori utama: mikroplastik primer dan sekunder. Mikroplastik primer adalah partikel yang sengaja dibuat untuk berbagai aplikasi, seperti pelet resin untuk pembuatan produk plastik besar atau bahan tambahan dalam produk kosmetik seperti scrub wajah dan pasta gigi. Mikroplastik sekunder terbentuk dari proses fragmentasi plastik yang lebih besar menjadi pecahan yang lebih kecil.
Mikroplastik merupakan bahan yang berbahaya dan beracun (B3). Manusia dapat terpapar mikroplastik melalui berbagai cara, termasuk pernapasan, konsumsi makanan, dan kontak langsung. Paparan mikroplastik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan, masalah kardiovaskular, kanker paru-paru, dan gangguan reproduksi. Keberadaan mikroplastik di lingkungan juga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
Penelitian di berbagai negara telah dilakukan untuk memahami lebih lanjut tentang mikroplastik, termasuk penelitian tentang keberadaan dan karakteristik mikroplastik di udara serta analisis efek mikroplastik pada tingkat seluler dan molekuler.