Christian meletakan buku catatan psikologi umum ditanganku. "Terima kasih buat puisinya. Aku suka!"
"Terima kasih buat catatan psikologi umumnya. Aku butuh..."
"Oh iya, catatan psikologinya dipulangkan besok ya. Sanpai bertemu besok!"
Aku menaruh buku catatan psikologi umum milik Christian kedalam tas. Lalu berkata kepadanya,"Sampai bertemu besok. Semoga Miranda menyukai puisinya dan membalas perasaanmu..."
Christian tersenyum manis ke arahku, dan berlalu dari pandanganku. Aku menatap tubuh atletis yang menghilang dibalik pintu. Kemudian, menarik napas sedalam-dalamnya. Ah, Miranda memang gadis idaman yang pantas bersanding dengan Christian. Mereka berdua bagaikan senja dan malam, yang serasi untuk menutup hari. Sementara, aku ini siapa?! Aku gadis yang tak menarik bagi Christian. ARGH! Kenapa aku berharap, agar menjadi gadis menarik dimata Christian.
Aduh! Aku buru-buru mereda perasaanku, dan menutup pesona Christian dari ingatanku. Kemudian, aku mengingatkan diriku sendiri. "Kamu hanya sebatas kabut yang menghilang dibalik awan. Tak akan terlihat dalam pandang..."
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H