Lelaki berambut lurus dan berhidung mancung tersebut, mengulurkan sebuah buku kepadaku. "Kamu boleh mencatat catatan psikologi umum hari ini. Tapi...."
"Tapi, ada syaratnya."
"Apa syaratnya?!"
"Aku naksir Miranda. Kamu kenal Miranda?!"
Siapa sih yang nggak kenal Miranda. Gadis cantik, berkulit putih, dengan postur tubuh semampai laksana model papan atas. Tentunya, dikenal seluruh kelas, bahkan seantero mahasiswa psikologi dan mahasiswa lain di kampus kami. Jadi, aku mengangguk tanda mengerti jelas maksudnya.
Suara bariton didepanku mengulurkan tangannya, sambil berkata. "Nama aku Christian. Nama kamu siapa?"
Aku baru ingat, kalau kami belum berkenalan dari tadi. "Nama aku Natalia.."
"Oke, Natalia. Kamu dengar aku baik-baik. Aku akan meminjamkan buku padamu, asalkan kamu membuatkan puisi untuk Miranda. Tentang perasaan aku padanya."
"Puisi?! Aku tidak bisa buat puisi?!"
"Kamu harus bisa! Kalau kamu tidak bisa, maka buku catatan ini tidak akan sampai ketanganmu." Christian menarik buku catatannya kembali.
"Kamu jahat!" Aku berujar, spontan.