Aku mengangguk sambil menyalami gadis kecil tersebut. Kemudian, aku kembali ke meja, tampat aku dan Delima makan siang. Namun, aku tak menyangka mendengar semburan Delima yang tajam. "Jadi, kamu lebih memilih membela pengamen kecil berbaju kucel dan bau itu, dari pada aku! Oke, aku tak akan lagi mengajak kamu makan dan mentraktir kamu lagi!" Delima berdiri dari duduknya. "Silahkan bayar tagihan kamu sendiri!"
Aku hanya menatap Delima yang telah berlalu dari hadapanku. Aku tahu, Delima memang sering mengajak aku makan dan mentraktir aku. Tapi, aku sadar dan memilih. Lebih baik aku memilih mengikuti hati nuraniku, yang masih memiliki rasa kemanusian, dari pada makan gratis dari seorang teman yang tak memiliki rasa kemanusiaan. Aku merogoh isi dompetku. "Puji Tuhan! Aku masih punya uang untuk membayar tagihan makananku! Ah, Percuma makan gratis kalau kehilangan rasa kemanusiaan!"
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H