Mohon tunggu...
Johanna Ririmasse
Johanna Ririmasse Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis

L.N.F

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aroma Kasih Sayang

14 Juli 2016   17:24 Diperbarui: 14 Juli 2016   17:37 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Ambon, tampak sibuk dan meriah. Tetapi, suasana kota Ambon tetap tenang dan damai. Acara pesta paduan suara gerejawi atau pesparawi, akan diselenggarakan. Dan, kota Ambon terpilih sebagai tuan rumah. Momen besar, yang diadakan persekutuan gereja-gereja di Indonesia akan diadakan diakhir september. Masyarakat kota Ambon, diharapkan berpatisipasi menciptakan suasana yang tenang dan damai. Beberapa masyarakat Maluku, yang tidak menganut agama Kristen. Juga, berpatisipasi menerima tamu pesparawi untuk tinggal di rumah.

"Sebentar malam, pak Jokowi akan berkunjung ke kota Ambon."

"Oh, iya. Pak Jokowi akan hadir diacara pembukaan pesparawi." Rima, membenarkan perkataan Mia. Mereka sedang duduk di markas pertemuan.

Anak-anak yang lain, juga ikut membahas kedatangan pak Jokowi. "Ada tamu pesparawi yang tinggal di rumah kamu, Nona?"

Nona menggelengkan kepala ke arah Tika. "Menurut mama, kita belum dapat menjadi tuan rumah yang baik. Untuk, tamu pesparawi. Jika, papa..."

Nona tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ahmad datang menghampiri Nona. "Jangan sedih, Nona. Kita berdoa untuk orang tua kita ya."

Nona mengangguk. John dan Samuel yang sudah terjun ke laut, muncul kembali di atas jematan. John bertanya kepada Delon, apakah mama Ade menjual nasi kuning begadang. John mau makan nasi kuning begadang, sambil menunggu kedatangan pak Jokowi nanti malam. Rima duduk di samping Nona, dan berkata. "Beta tunggu kedatangan pak Jokowi, di depan jalan masuk rumah saja."

"Beta juga, Rima." Sisi, menimpali.

Anak-anak perempuan, duduk menghadap ke laut sambil bernyanyi diiringi deburan ombak. Anak-anak lelaki mandi dilaut. Mereka berenang, bercanda dan saling mencipratkan air. Nyanyia, tawa dan canda mereka. Bagaikan, lagu gembira kanak-kanak.

***

Ibu Shinta dan Pak Kristo, mengantar Ahmad dan Samuel ke depan jalan raya. Beberapa orang tua, juga ikut mengantar anak-anak. Mereka sudah tidak tahan, menanti kedatangan pak Jokowi.

"Pak Jokowi, sudah sampai di Lateri 2." Samuel, berkata. Anak-anak sudah tak sabar, menanti kedatangan orang nomor satu di Indonesia tersebut. Terdengar, jelas. Anak-anak sudah bersiap-siap.

"Itu, Pak Jokowi." Teriak, Ahmad.

Mobil sedan mewah berwarna hitam, tampak menuju ke arah kota. "Iya, benar. Itu, pak Jokowi..." Samuel, ikut berteriak senang.

"Pak Jokowi melambai ke arah kita." Anak-anak, berteriak senang. Ketika, Presiden Jokowi membuka jendela mobil, melambaikan tangannya ke arah seluruh rakyat Maluku, yang menyambut kedatangannya.

"Pak Jokowi kasih dadah..."

"Dadah, pak Jokowi..."

Suara anak-anak terdengar riang, bersahutan mengekspresikan perasaan mereka. Ketika, dapat melihat pak Jokowi dari dekat. Meskipun, hanya sesaat.  Entah, apa yang dipikirkan wajah-wajah polos tersebut. Adakah diantara mereka, mempunyai impian dan cita-cita ingin menjadi presiden. Seperti, pak Jokowi.

***

Ahmad sedang menerima telepon dari mama Imah. Ahmad mengabarkan kepada mama Imah, tentang hasil lomba lari. Ahmad tersenyum senang dan bahagia. Saat, mama Imah memberikan ucapan selamat.

"Siapa dulu dong, mamanya..."

"Ah! Kamu bisa saja, Ahmad. Mama bersyukur, ose bisa dapat juara 2. Tapi, ose tidak boleh sombong." Suara mama Imah, terdengar lembut dan tegas. Mama Imah, juga mengingatkan Ahmad untuk mengucapkan terima kasih. Kepada, pak Kristo dan ibu Shinta.

"Beta sudah bilang danke, buat mama Shinta dan papa Kristo, mama. Oh, iya. Kapan mama datang ke Ambon?"

"Insya, Allah. Mama akan datang ke Ambon." Mama Imah, berkata kepada Ahmad. "Ahmad, mama mau bicara dengan mama Shinta."

Ahmad, masuk ke ruang keluarga. Ahmad memberikan telepon kepada mama Shinta. Kemudian, duduk disamping Samuel, yang sedang melihat-lihat foto di Ipad. Pak Kristo, sedang membaca sebuah novel.

"Jadi, usie Imah mau datang ke Ambon?

Ahmad mengangkat kepalanya, berusaha menyimak pembicaraan mama Shinta dan mama Imah. "Usie Imah mau bertemu perempuan itu dimana? Tapi, beta harap. Usie Imah tidak berkelahi dengan perempuan itu..."

Pak Kristo, menaruh Man, Woman and Child, karangan Erich Segal diatas meja. Ahmad dan Samuel, berhenti melihat-lihat foto. Mereka menatap ke arah mama Shinta. Suara mama Shinta terdengar, terkejut menjawab di telepon. "Jadi, usie Imah mau bertemu perempuan itu di restoran?! Usie Imah, sudah yakin ingin bertemu dengan calon isteri baru...Eh, maksud beta. Selingkuhan suami usie Imah? Tujuannya apa, usie Imah?"

Jawaban mama Imah, tidak terdengar. Speaker telepon tidak dipasang mama Shinta. Sementara itu, papa Kristo hanya menatap Ahmad dan Samuel. Pertama kali dalam hidupnya, lelaki pecinta tulisan karya Erich Segal. Mulai, berpikir dan merasa. Tidak ingin melanjutkan, membaca Man, Woman and Child. Sekarang, baginya. Love Story memberikan aroma, rasa kasih sayang yang istimewa dan berbeda. Dibandingkan, Man, Woman and Child.

***

(Writer : Johanna Ririmasse)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun