Mohon tunggu...
Johanna Ririmasse
Johanna Ririmasse Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis

L.N.F

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kemenangan yang Tertunda

10 Juli 2016   13:40 Diperbarui: 10 Juli 2016   13:47 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : www.merdeka.com

Siang tidak terlalu terik hari ini. Matahari bersinar hangat. Diantara, angin darat yang bertiup ke laut. Nona baru saja pulang dari sekolah, menaruh tas di atas meja. Nona sedang membuka sepatu sekolahnya. Ketika, papanya pulang ke rumah.

"Bata e, makan apa hari ini?" Papa Fredrick memanggil isterinya, bertanya tentang makan siang.

"Fredrick, ose masih mau makan siang? Bukannya, ose sudah kenyang minum sopi dan bir?"

Papa Fredrick berjalan sempoyongan. Papa Fredrick merangkul bahu mama Bata. "Jangan marah begitu dong, sayang. Beta tidak mabok, Bata. Beta hanya pusing sedikit."

Mama Bata melepaskan tangan papa Fredrick, dari pundaknya. Papa Fredrick menarik tangan mama Bata, dan menggenggamnya kembali. "Jadi, ose marah nih..."

Mama Bata, menatap papa Fredrick. "Beta hanya minta dari ose. Tolong lakukan sesuatu itu, ose pikir anak-anak di rumah. Anak-anak itu sudah besar..."

"Mama, beta kan masih kecil." Sherly, berkata dengan polosnya. Sherly naik ke gendongan papa Fredrick, sambil berkata. "Beta sudah berdoa buat Tuhan Yesus. Agar, papa dibukakan hati untuk bertobat."

"Oh, yeah?! Ose berdoa buat papa. Nona, ose berdoa untuk papa tidak?"

Nona tidak menjawab pertanyaan papa Fredrick. Nona mengangkat tas sekolahnya, dan berjalan menuju kamar. Nona berusaha menahan air mata, yang hampir menetes dipipi. Mama Bata menatap papa Fredrick, yang duduk di sofa. Sherly masih bersandar di lengan papa Fredrick. Mama Bata berkata, singkat. "Beta cuma bilang ini buat ose. Tolong, pikir anak-anak punya perasaan..."

***

Acara lomba yang diadakan, terselenggara dibeberapa tempat. Lomba pidato, lomba bermain musik, dan beberapa jenis lomba lainnya. Diadakan, di hotel di dalam kota. Sementara, lomba lari dan cabang lomba olah raga yang lain. Diadakan, dibeberapa stadion kota. Guru pelatih, juga mendampingi anak-anak diacara lomba. Pak Niko, ibu Vita, ibu Tomatala dan ibu Kepala Sekolah. Sekarang, mendampingi anak-anak di hotel.

Pak Hendorof, guru olah raga dan pelatih lari. Sekarang, mendampingi Ahmad dan Mia di stadion Karpan. Pak Hendorof, mengajak mereka pemanasan dan memberikan trik sederhana. Bagaimana menghadapi perlombaan nanti. "Pokoknya, kalian harus fokus."

"Baik, Pak." Mia dan Ahmad, menyahut serempak. Kemudian, mereka melakukan sprint starter. Mereka memperhatikan aba-aba, yang diberikan pak Hendorof. Dan, mempersiapkan diri untuk berlomba.

Lomba lari untuk anak perempuan, segera dilaksanakan. Mia berbaris, sesuai dengan nomor punggungnya. Pengarahan yang diberikan, diperhatikan dengan baik. Mia mengangkat tumit, dan berlari cepat. Ketika, kata ya terdengar. Peserta dari sekolah lain, berhasil menyusul posisi Mia. Namun, Mia teringat apa yang dikatakan pelatihnya. Fokus! Pada saat yang sama, Mia menekan ujung-ujung jari kaki ke tanah. Mia memajukan dada ke depan, dan menghantar tubuhnya melewati garis finish.

"Yeah! Mia, menang! Mia, menang!" Teriak, Ahmad. Mia melompat dan menyambut pelukan Ahmad. Mereka saling mengetos tangan di udara. Pak Hendorof, datang. Pak Hendorof mengucapkan selamat kepada Mia. Dan, menyodorkan minuman untuk diminum. Mereka pun, tersenyum dan bersyukur bersama. Usaha keras mereka telah membuahkan keberhasilan. Mia menduduki peringkat pertama, untuk lomba lari puteri. Sedangkan, Ahmad pun merasa puas. Sebagai, juara dua pada lomba lari putera.

***

Ruang pertemuan di hotel, penuh dengan para guru dan peserta lomba. Beragam warna baju yang dikenakan, menunjukan asal sekolah masing-masing. Dewan juri sedang berdiskusi. Untuk, menentukan pemenang lomba bermain musik. Ibu Elsa sebagai ketua dewan juri, maju ke atas panggung. Ibu Elsa membacakan hasil keputusan dewan juri.

Gemuruh tepuk tangan, terdengar memenuhi ruangan. Ketika, ibu Elsa membacakan juara 1 lomba bermain musik. Diraih, oleh Febrianto Sinanu. Kemudian, suasana terdengar tenang kembali. Ibu Elsa, melanjutkan membaca pemenang berikutnya. "Juara dua, diraih oleh peserta dengan nomor urut enam. Atas nama, John Ririhena yang memainkan gitar. John memetik alunan lagu Indonesia Tanah Air Beta, sebagai lagu wajib. Serta, lagu pilihannya. Adalah, Waktu Hujan Sore-Sore..."

Tepuk tangan dan sorak riuh terdengar kembali. Anak-anak sekolah dasar Inpres Teladan, saling berpelukan dan mengetos tangan diudara. Kegembiraan dan sukacita terpancar, karena kemenangan yang diraih John. Ketika, pengumuman hasil penjurian selesai dibacakan. Anak-anak pun berkumpul di kamar hotel, tempat mereka menginap.

Ibu kepala sekolah mengajak anak-anak dan rekan-rekan guru, untuk berdoa dan bersyukur. Beberapa lomba telah berhasil dimenangkan. Termasuk, Delon yang meraih juara 3 lomba pidato berbahasa Inggris. Anita Tjahya, murid kelas enam. Juga, berhasil membawa pulang piala. Lukisannya yang berjudul Jamrud Katulistiwa, telah meraih juara 1 lomba melukis.

Ibu kepala sekolah memberikan semangat, kepada anak-anak yang menang maupun kalah. Anak-anak yang menang lomba, diharapkan tetap berlatih. Sementara, anak-anak yang belum memenangkan lomba. Diharapkan, tidak menjadi putus asa. Anak-anak tetap belajar, dan berlatih lebih keras. Sebab, kekalahan adalah kemenangan yang tertunda.

***

(Writer : Johanna Ririmasse)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun