Anak-anak terdiam mendengar kata-kata John. Ahmad dan Sisi menganjurkan agar golput saja, tidak mau memilih. Berty dan Pedro mengangkat tangan, dan mengakui bahwa apa yang dikatakan John benar. Rima, Mia, Tika dan Nona tidak mau memberi pendapat. Sementara itu, Samuel dan Delon tidak ada dipertemuan sore ini.
***
Mama Aya dan Ann sedang duduk berhadapan di lantai. Mama Aya menaruh beberapa kartu di atas meja, dan bertanya kepada Ann. "Tunjuk, angka 3!"
Ann menunjuk angka yang dikatakan mama Aya. Kemudian, mama Aya tertawa senang sambil mengangkat kedua tangannya di udara. "Yeah, Ann bisa. Mama mau tanya lagi..."
Ann hendak berdiri meninggalkan meja, namun tangan Ann dipegang sama Mama Aya. "Duduk ya!"
Ann duduk. "Tunjuk angka 4..."
Ann menepuk tangannya. "Dengar, Mama." Mama Aya meminta perhatian Ann kembali. "Tunjuk, angka 2! Tunjuk, angka 7! Tunjuk, angka 1!" Ann melakukan apa yang diminta mama Aya. Dan, Mama Aya tersenyum senang dan memeluk Ann bahagia.
Papa Mathew baru pulang kerja dan duduk di sofa. Mama Aya juga baru selesai mengajar Ann, sesuai dengan teknik terapi yang diajarkan dokter Kristo. Papa Mathew meneguk teh manis yang disediakan Mama Aya. Papa Mathew turut bahagia mendengar cerita Mama Aya, tentang perubahan perilaku Ann sejak belajar angka, dengan teknik baru yang diajarkan pak Kristo. Papa Mathew bersyukur kepada Tuhan atas perkembangan belajar Ann.
"Papa sudah pulang kerja ya?! Papa belum sayang, Ann. Mana kumis, Papa?!"
Papa Mathew mengangkat Ann ke atas pangkuannya, mencium perut Ann dan menggelitik dengan kumisnya. Ann tertawa senang, tangannya diulurkan ke depan wajah papa Mathew. Tentu saja, papa Mathew yang sudah mengerti keinginan anak perempuannya, mencium dan menggelitik lengannya. Papa Mathew dan Ann tertawa bersama-sama. Papa Mathew menaruh Ann dipundaknya dan menerbangkannya di udara. Kebahagiaan dan tawa yang terdengar, mewarnai sore ini. Kebahagian yang terpancar bersama rasa syukur. Bahagia itu sederhana.
***