Mohon tunggu...
Johanna Ririmasse
Johanna Ririmasse Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis

L.N.F

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pensil dan Kertas

3 Juni 2016   16:37 Diperbarui: 3 Juni 2016   16:43 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : twitter.com

Braaakkk!

Bunyi suara bedebuk terdengar kencang dari dalam kamar Mimy. Tas sekolah Mimy jatuh dari atas meja belajar. Buku-buku dan alat tulis seakan melompat keluar dari tas sekolah. Semuanya jatuh berantakan di lantai.

“Mimy! Mimy!”

“Iya, Ma!”

“Ayo, cepat! Taruh tas sekolah di meja belajar. Lalu, Mimy turun makan ya!”

“Iya, Ma!”

Buk! Mimy menutup pintu kamarnya. Mimy segera turun meninggalkan tas sekolah yang jatuh berantakan.

Kamar Mimy terletak di lantai dua. Kamar Mimy berdinding merah muda. Meja belajar Mimy berwana merah muda. Tempat tidur Mimy juga tertutup rapi dengan seprei berwarna senada. Suasana kamar Mimy kini tampak lengang. Namun, sepuluh menit kemudian. Terdengar suara berisik dari lantai kamar. Ternyata, alat-alat tulis Mimy sedang bercakap-cakap satu dengan yang lain.

“Huh! Kenapa sih Mimy itu? Dia tak pernah menaruh alat belajarnya dengan baik!” Teriak pensil biru dengan kesal.

“Iya! Coba kalau begini terus. Tubuhku kan bisa patah!” Sebuah garisan bergambar kucing yang lucu, menyetujui pendapat pensil.

“Betul! Mimy tidak pernah menghargai dan menjaga alat belajarnya dengan baik!”

“Teman-teman, sebaiknya kalian jangan berburuk sangka dulu kepada yang lain. Mimy mungkin tidak sengaja menjatuhkan tas sekolahnya. Mimy sedang terburu-buru karena dipanggil Ibu.”

“Ah! Kamu tidak usah membela Mimy, kertas! Kamu kan tidak merasakan apa yang kami rasakan. Kamu kan terbungkus rapi didalam plastik!”

“Benar sekali apa yang dikatakan pensil biru, kertas! Coba kamu lihat aku?” Kata penghapus kepada kertas. “Tubuhku yang putih jadi kotor nih.”

“Aku mengerti, penghapus. Aku juga bisa melihatnya. Namun, menurutku…Mimy hari ini sedang terburu-buru.”

“Ah! Mimy selalu bersikap seperti itu. Saat pulang les kemarin sore. Mimy melempar tas belajarnya di atas sofa. Aku jadi terjatuh sehingga ujung pensilku patah!”

“Oh! Mimy harus menjemput Ayah di kantor kemarin sore. Mimy juga terburu-buru karena sudah ditunggu Ibu di mobil.” Kertas bergambar boneka lucu itu menjelaskan dengan sabar.

Sebuah rautan berwarna hijau berdehem sebentar. “Pensil, mungkin benar apa yang dikatakan kertas. Mimy tidak sengaja menjatuhkan kamu. Mimy juga sedang terburu-buru.” Rautan memandang pensil biru di sampingnya. “Kamu bisa menggunakan aku untuk meraut ujung pensilmu yang patah. Betul kan, pensil biru?”

Pensil biru belum sempat menjawab pertanyaan rautan. Ketika itu, pintu kamar terbuka. Mimy masuk sambil membawa bingkisan ditangannya. Mimy menaruh bingkisan tersebut di atas meja belajar. Mimy memungut kembali alat-alat belajarnya yang jatuh berantakan di lantai. Mimy membersihkan penghapus dan meraut ujung pensil yang patah.

Mimy mengambil bingkisan dan membukanya. Sebuah tempat pensil baru berwarna hijau. “Aku membeli tempat pensil baru dari uang jajan pemberian mama yang aku tabung bulan ini.”

Mimy memandang tempat pensil baru terbuat dari bahan kain yang kuat, juga memiliki restleting yang bisa dibuka dan ditutup. “Sekarang, alat tulis aku akan lebih aman dan terlindungi didalam tempat pensil baru.”

Wow! Semua alat tulis yang mendengar dan menyaksikan hal tersebut takjub kepada Mimy. Mereka tak menyangka Mimy telah berkorban begitu banyak. Mimy juga menghargai, menjaga dan melindungi alat-alat tulisnya. Semuanya kini jelas, ketika Mimy mengambil alat tulis satu persatu dan memasukannya di tempat pensilnya yang baru. Mimy menutup restleting tempat pensil barunya dengan lembut.

Saat itu terdengar suara pensil biru berbisik lembut. “Kertas, kamu benar sekali. Kita jangan berprasangka buruk dulu terhadap yang lain. Kita jangan berprasangka buruk dulu kepada Mimy.”

***

(writer : Johanna Ririmasse)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun