Mohon tunggu...
Johanna Ririmasse
Johanna Ririmasse Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis

L.N.F

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

CHAT, Untuk Mengetahui Gejala Autisme Anak

24 Mei 2016   16:02 Diperbarui: 24 Mei 2016   16:12 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagai studi kasus dilakukan para pakar, yang meneliti bagaimana mengembangkan kecerdasan dan ketrampilan anak-anak. Beberapa teori dan pendekatan terbaru pun dapat dipelajari, sehingga dapat menolong orang tua untuk memahami, mengasuh dan mendidik anak-anak. Namun, tak juga dipungkiri bahwa ada juga anak yang mengalami gangguan atau keterlambatan perkembangan sejak dini. Seperti, anak penyandang autis (Autism) dan anak penyandang PDD (Pervasive Developmental Disorder).

Beberapa orang tua yang peka mendapati ada yang berbeda dengan perilaku anaknya, akan segera mencari informasi atau membawa anaknya  ke dokter, psikolog atau psikiater. Untuk mengetahui, kenapa anaknya belum bisa bicara padahal umurnya sudah tiga tahun, mengapa anaknya suka marah dan menangis tanpa sebab, tak bisa tidur di malam hari dan sebagainya. Kemudian, orang tua akan mndapat diagnosa yang tepat dari dokter, psikolog atau psikiater, tentang permasalahan anaknya. Dan, orang tua pun mencari solusi yang terbaik untuk menangani perilaku anaknya.

Di bawah ini, merupakan alat tes sederhana yang dibuat, untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami gangguan autisme yaitu CHAT.

CHAT (Checklist Autism in Toddlers)

Beberapa daftar tentang perilaku autisme pada anak atau CHAT (Checklist Autism in Toddlers)

INTERPRETASI

  • Resiko tinggi menderita autis bila tidak bisa melakukan A5, A7, B2, B3 dan B4
  • Resiko kecil menderita autis, tidak bisa melakukan A7 dan B4
  • Kemungkinan gangguan perkembangan lain, tidak bisa melakukan >3
  • Dalam batas normal, tidak bisa melakukan <3

Bagian A : Alo-anamnesis. Apakah anak anda :

1. Senang diayun-ayun atau diguncang-guncang naik turun (bounced) di lutut?

2. Tertarik (memperhatikan) anak lain?

3. Suka memanjat benda-benda, seperti tangga?

4. Bisa bermain cilukba, petak umpet?

5. Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh, menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko atau permainan lain ?

6. Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan menunjukan jari?

7. Pernah menggunakan jari untuk menunjuk sesuatu agar anda melihat ke sana?

8. Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil mainan atau balok-balok)

9. Pernah memberikan sesuatu benda untuk menunjukan sesuatu?

Bagian B : Pengamatan

1. Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata dengan pemeriksa)

2. Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan pemeriksaan sambil mengatakan, "Lihat, itu. Ada bola (atau mainan lain)." Perhatikan mata anak, apakah anak melihat ke arah benda yang ditunjuk dan bukan ke arah tangan pemeriksa.

3. Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas atau cangkir dari teko. Katakan kepada anak, "Apakah kamu bisa membuat secangkir susu untuk mama?" Diharapkan anak seolah-olah membuat minuman, mengaduk, menuang, minum. Atau, anak mampu bermain seolah-olah menghidangkan makanan, minuman, bercocok tanam, menyapu, mengepel dan sebagainya.

4. Tanyakan pada anak, "Coba tunjukan mana (nama benda yang dikenakan dan ada disekitar kita)." Apakah anak menunjukan dengan jarinya? Atau, menunjuk ke suatu benda sambil menatap wajah Anda?

5. Dapatkah anak Anda menyusun kabus/balok menjadi suatu menara? 

CHAT dikembangkan di Inggris dan telah digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000 balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi aspek-aspek : imitation, pretend play, dan joint attention. Pertanyaan A5, 7 dan B2, 3, 4 adalah pertanyaan yang paling penting. Anak yang tidak bisa melakukan hal-hal tersebut ketika diuji 2 kali (jarak 1 bulan). Kemudian, terdiagnosis sebagai autis ketika berumur 20-40 bulan. Tetapi, anak dengan keterlambatan perkembangan menyeluruh juga tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu, perlu menyingkirkan kemungkinan retardasi mental. 

***

(Writer : Johanna Ririmasse)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun