Mohon tunggu...
Johanna Ririmasse
Johanna Ririmasse Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis

L.N.F

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terapi Bagi Anak Penyandang Autis

16 Januari 2016   11:25 Diperbarui: 2 Mei 2016   14:06 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami sudah membuat janji dengan dokter spesialis anak, untuk melakukan beberapa pemeriksaan kesehatan bagi anak kami. Ini adalah langkah awal bagi proses terapi biomedis bagi anak penyandang autis."

Anak penyandang autis acapkali menunjukan serangkaian kesulitan-kesulitan berperilaku dalam beberapa bidang perkembangan. Beberapa penelitian dilakukan, dan telah ditemukan beberapa faktor penyebab terjadinya gejala autisme pada anak. Maka, penanganan autisme pun menjadi kompleks dan terpadu. Diperlukan beberapa disiplin ilmu, profesi yang bekerja sama untuk menolong anak penyandang autisme dan keluarganya. Oleh karena itu, beberapa terapi dapat dilakukan sehubungan dengan penanganan perilaku anak-anak penyandang autisme. Diantaranya, Terapi Biomedis, Terapi Perilaku, Terapi Bicara, Terapi Okupasi dan Sensori Integrasi, Terapi Bermain dan sebagainya.


TERAPI-TERAPI BAGI ANAK PENYANDANG AUTISME

Terapi adalah salah satu metode yang dilakukan untuk menangani perilaku autistik anak. Terapi bertujuan untuk mengarahkan perilaku anak penyandang autisme, dari perilaku yang tidak terkontrol dan tak berarti, menjadi perilaku yang terkontrol, berarti dan fungsional.


1. Terapi Biomedis
Perkembangan riset mengenai autisme saat ini banyak ditujukan pada gangguan metabolisme. Ternyata banyak sekali gangguan yang ditemukan pada anak-anak penyandang autis, seperti gangguan pencernaan, alergi makanan, gangguan kekebalan tubuh, ketidakmampuan anak-anak penyandang autis untuk membuang racun dari tubuhnya sehingga banyak dari mereka yang keracunan logam berat. Semua gangguan ini saling berkaitan dan akhirnya mengganggu fungsi otak.

Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mencari gangguan metabolisme pada anak yang bisa memperberat gejala autisme atau bahkan juga mencetus gejala tersebut. Hal-hal yang perlu diperiksa adalah, feses, urine, darah dan rambut.
Melalui hasil pemeriksaan laboratorium, anak penyandang autisme pun diberikan pengobatan medis, yang bertujuan untuk mengurangi gejala perilaku autistik dan faktor penyebabnya.


2. Terapi Perilaku
Terapi perilaku adalah cara dan teknik untuk memperbaiki dan mengarahkan anak penyandang autis, untuk berperilaku yang tepat dan fungsional. Penanganan perilaku yang digunakan menggunakan metode ABA atau dikenal juga dengan nama metode LOVAAS. 

Metode ABA (Applied Behavioral Analysis) adalah metode tata-laksana perilaku yang telah berkembang sejak puluhan tahun yang lalu. Prof. DR. Ivar O. Lovaas dari university of California, Los Angeles (UCLA) Amerika Serikat, menggunakan dan mengembangkan metode ini secara intensif pada anak-anak penyandang autis. Metode ini juga digunakan untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus lainnya, seperti Asperger, ADHD (attention Deficit Hiperactive Disorder) dan sebagainya.


3. Terapi Bicara
Terapi bicara bertujuan untuk memperbaiki dan mengarahkan kemampuan bicara anak, kepada komunikasi yang terarah dan bermakna. Oleh karena anak penyandang autis juga mengalami keterlambatan berbicara dan kesulitan berbahasa, maka terapi bicara juga diperlukan anak penyandang autis.
Sebelum melaksanakan terapi bicara kepada anak, orang tua dan terapi harus mengetahui dan mengenal gejala dan gangguan bicara yang khas pada anak penyandang autis. Bila anak penyandang autis tersebut belum bisa bicara, disebabkan karena faktor stimulasi yang kurang dan organ-organ tubuh disekitar mulut belum siap. Maka, anak perlu diberikan latihan oral motorik dan stimulasi dari lingkungan untuk mengembangkan kemampuan bicara anak.
Apabila anak mengalami gangguan komunikasi dua arah, maka anak diberikan latihan-latihan yang mengarahkan anak untuk berkomunikasi dua arah. Apabila anak mengalami kesulitan dalam komunikasi dua arah yang panjang, maka anak dilatih konsentrasi dalam pembicaraan yang singkat, dan perlahan-lahan di perpanjang rentang komunikasi dan isi pembicaraan.


4. Terapi Okupasi dan Terapi Sensori Integrasi
Salah satu disiplin ilmu dan jenis terapi, yang diperlukan untuk menangani permasalahan sensoris dan motorik anak penyandang autis, adalah terapi okupasi dan sensori integrasi.

Sebagian anak penyandang anak autis juga mengalami gangguan perkembangan motorik yang kurang baik. Gerak-geriknya kasar dan kurang luwes bila dibandingkan anak-anak seumurnya. Pada anak-anak ini perlu diberikan terapi okupasi untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan ketrampilan ototnya. Contohnya, otot jari tangan dikuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis dan melakukan semua hal yang membutuhkan ketrampilan otot jari tangannya, seperti menunjuk, bersalaman, memegang raket, memetik gitar, bermain piano dan sebagainya. Para terapi okupasi juga sering memakai Sensory Integration (SI), untuk menerapi kelainan sensoris pada anak-anak penyandang autisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun