Pada Minggu, 27 Oktober 2024, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena menutup rangkaian keliterasian dengan mengadakan kegiatan Aksi Literasi. Acara ini digelar di Aula Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Yaqin Rejosari Donoyudan Kalijambe Sragen. Kegiatan ini dihadiri Kepala Desa Donoyudan, Ketua Takmir Masjid Nurul Yaqin, Ketua RT, tokoh masyarakat, dan 100an anak-anak.
Ketua TBM Mata Pena, Johan Wahyudi, melaporkan, TBM Mata Pena lahir pada 30 Juli 2021. Dengan memanfaatkan halaman rumah, buku-buku koleksi pribadi dipajang di kotak-kotak buah. Setiap kotak berisi satu jenis buku. Semua orang boleh membaca buku dan meminjamnya secara gratis. Karena rumah itu dekat sekolah, anak-anak sering mengunjunginya. Momen anak-anak yang rajin membaca buku itu difoto dan di-posting ke media sosial.
Dari posting-an itulah, beragam komentar positif bermunculan. Banyak pihak mengapresiasi keberadaan TBM Mata Pena. Bahkan banyak wartawan memberitakan keberadaannya. Secara otomatis, TBM Mata Pena makin dikenal masyarakat luas. Dampaknya, banyak pihak menaruh perhatian. Ada yang menjadikannya sebagai tujuan studi banding. Ada juga yang memberikan bantuan buku-buku.
Pada Februari 2024, pemerintah memberikan bantuan kepada komunitas penggerak literasi. Caranya, komunitas itu mengirimkan proposal ke Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbudristek. Pada Agustus 2024, pemerintah mengumumkan hasil seleksi komunitas literasi untuk diberikan bantuan. TBM Mata Pena menjadi salah satu komunitas yang lolos. Pada 27-30 Agustus 2024, TBM Mata Pena diundang ke Jakarta untuk mengikuti pembekalan.
Pada Minggu, 6 Oktober 2024, TBM Mata Pena mulai mengadakan kegiatan perdana dan kedua, yaitu Diskusi Penggerak Literasi dan Motivasi Literasi bagi Anak Muda. Diskusi penggerak literasi dilakukan dengan mengundang para penggerak literasi di lingkungan sekitar, seperti pengelola perpustakaan desa, pustakawan sekolah, blogger, penulis dan lain-lain. Motivasi literasi mengundang Sholihah, penulis muda dan praktisi literasi, sebagai narasumber.
Pada Minggu, 13 Oktober 2024, TBM mengadakan kegiatan ketiga, yaitu Pelatihan Menulis Cerita. Kegiatan ini digelar di secretariat dengan menghadirkan Hamdani, penulis puluhan buku cerita dan wartawan, sebagai narasumber. Kegiatan ini diikuti puluhan anak-anak dari lingkungan sekitar. Usai pelatihan, anak-anak langsung mengikuti lomba menulis cerita.
Pada Sabtu, 26 Oktober 2024, TBM Mata Pena melanjutkan program kerjanya dengan menggelar Pelatihan Menulis Puisi. Kegiatan ini menghadirkan Djoko Sulaksono, dosen UNS Solo, sebagai narasumber yang diikuti 90 anak-anak. Kegiatan ini diadakan di aula MI Nurul Yaqin dengan pertimbangan cuaca. Setelah pelatihan, diadakan lomba cipta puisi.
Minggu, 27 Oktober 2024, menjadi puncak rangkaian kegiatan Mata Pena, yaitu Aksi Literasi dari lima kegiatan yang dirancang, yaitu diskusi penggerak literasi, motivasi literasi bagi anak muda, pelatihan menulis cerita, pelatihan menulis puisi, dan aksi literasi. Pada aksi literasi ini, diumumkan hasil lomba menulis cerita, lomba menulis puisi, baca cerita terbaik, baca puisi terbaik, dan pemberian hadiah.
Kepala Desa Donoyudan, Poniman, sangat mengapresiasi kegiatan Mata Pena. Anak-anak di desa memang harus diarahkan ke budaya positif. Salah satunya adalah literasi. Dengan demikian, mereka tidak salah pergaulan. Karena itulah, Pemerintah Desa Donoyudan sangat senang dengan keberadaan taman bacaan ini. Kini anak-anak mempunyai tempat bermain yang edukatif.
"Mata Pena sangat bermanfaat bagi masyarakat. Ini adalah contoh nyata, bahwa literasi itu penting agar masyarakat menjadi cerdas. Harapan saya, kegiatan semacam ini bisa dilakukan secara rutin" terang Poniman.
Dukungan serupa disampaikan oleh para tokoh masyarakat. Ketua Takmir Masjid Nurul Yaqin Rejosari, H. Suyamto, menyatakan, keberadaan TBM Mata Pena makin memperkuat upaya untuk mewujudkan masyarakat madani, khususnya di Dusun Rejosari Desa Donoyudan. Oleh karena itu, kegiatan literasi yang dilakukan Mata Pena layak didukung.
"Aksi Literasi ini upaya nyata agar generasi muda menjadi cerdas. Dengan kolaborasi, mewujudkan masyarakat madani adalah keniscayaan" ujar beliau.
Pada Aksi Literasi ini, sepuluh karya anak terpilih, yakni lima karya terbaik cerita dan lima karya terbaik puisi. Lima karya terbaik cerita yaitu Yunita Prita Talsa Putri, Bilqis Faiha Rifda, Maysahla Garneta TW, Kahlista Safa Riski Salsa, dan Denova Putri Alyatin. Lima puisi terbaik yaitu Friska Dwi Rahmawati, Nusaibah Izzatul Musahibah, Zidni Ilma Nakliffa Hakikia, dan Giza Fitriananda Putri Edwin. Kesepuluh pemenang itu berhak mendapatkan piagam penghargaan dan uang pembinaan.
Ada momentum yang sangat menyentuh saat pemberian hadiah. Pemenang pertama harus membacakan karyanya di depan hadirin. Saat Friska Dwi Rahmawati membacakan puisinya yang berjudul Ayahku, para tamu undangan terlihat meneteskan air mata. Mereka sangat tersentuh dengan pembacaan puisi oleh anak kelas 4 MI Nurul Yaqin itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H