Minggu, 27 Oktober 2024, menjadi puncak rangkaian kegiatan Mata Pena, yaitu Aksi Literasi dari lima kegiatan yang dirancang, yaitu diskusi penggerak literasi, motivasi literasi bagi anak muda, pelatihan menulis cerita, pelatihan menulis puisi, dan aksi literasi. Pada aksi literasi ini, diumumkan hasil lomba menulis cerita, lomba menulis puisi, baca cerita terbaik, baca puisi terbaik, dan pemberian hadiah.
Kepala Desa Donoyudan, Poniman, sangat mengapresiasi kegiatan Mata Pena. Anak-anak di desa memang harus diarahkan ke budaya positif. Salah satunya adalah literasi. Dengan demikian, mereka tidak salah pergaulan. Karena itulah, Pemerintah Desa Donoyudan sangat senang dengan keberadaan taman bacaan ini. Kini anak-anak mempunyai tempat bermain yang edukatif.
"Mata Pena sangat bermanfaat bagi masyarakat. Ini adalah contoh nyata, bahwa literasi itu penting agar masyarakat menjadi cerdas. Harapan saya, kegiatan semacam ini bisa dilakukan secara rutin" terang Poniman.
Dukungan serupa disampaikan oleh para tokoh masyarakat. Ketua Takmir Masjid Nurul Yaqin Rejosari, H. Suyamto, menyatakan, keberadaan TBM Mata Pena makin memperkuat upaya untuk mewujudkan masyarakat madani, khususnya di Dusun Rejosari Desa Donoyudan. Oleh karena itu, kegiatan literasi yang dilakukan Mata Pena layak didukung.
"Aksi Literasi ini upaya nyata agar generasi muda menjadi cerdas. Dengan kolaborasi, mewujudkan masyarakat madani adalah keniscayaan" ujar beliau.
Pada Aksi Literasi ini, sepuluh karya anak terpilih, yakni lima karya terbaik cerita dan lima karya terbaik puisi. Lima karya terbaik cerita yaitu Yunita Prita Talsa Putri, Bilqis Faiha Rifda, Maysahla Garneta TW, Kahlista Safa Riski Salsa, dan Denova Putri Alyatin. Lima puisi terbaik yaitu Friska Dwi Rahmawati, Nusaibah Izzatul Musahibah, Zidni Ilma Nakliffa Hakikia, dan Giza Fitriananda Putri Edwin. Kesepuluh pemenang itu berhak mendapatkan piagam penghargaan dan uang pembinaan.
Ada momentum yang sangat menyentuh saat pemberian hadiah. Pemenang pertama harus membacakan karyanya di depan hadirin. Saat Friska Dwi Rahmawati membacakan puisinya yang berjudul Ayahku, para tamu undangan terlihat meneteskan air mata. Mereka sangat tersentuh dengan pembacaan puisi oleh anak kelas 4 MI Nurul Yaqin itu.